jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyatakan, dunia tengah menghadapi empat isu krusial yang bisa mengganggu keamanan kawasan dan wilayah. Empat isu itu adalah ketegangan Korea Utara, Laut Tiongkok Selatan, trilateral pengamanan Laut Sulu, serta perkembangan krisis Rohingya.
Ryamizard menyatakan itu ketika menjadi pembicara utama Dialog Raisinia di New Delhi, India, Kamis (18/1). Sebagaimana siaran pers Kementerian Pertahanan, mengenai ketegangan di Semenanjung Korea, Ryamizard mengajak semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan situasi yang justru dapat memicu eskalasi konflik.
BACA JUGA: Fatwa 1.800 Ulama Pakistan: Bom Bunuh Diri Haram!
Terkait situasi ketegangan Laut Tiongkok Selatan yang sudah cenderung mereda dan membaik perlu terus dipelihara. Indonesia juga mengapresiasi niat baik Tiongkok yang sudah membuka diri dan berkeinginan untuk bekerja sama dalam memperkuat arsitektur keamanan kawasan.
Ryamizard mengatakan, ancaman yang sanga nyata saat ini adalah terorisme dan radikalisme. Dia menegaskan, terorisme merupakan ancaman yang bersifat lintas negara dan memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup.
BACA JUGA: Iraq Ibu Kota Serangan Teror Dunia
Sebagai contoh, wilayah Filipina Selatan telah dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang ikut memicu aksi-aksi teror lain. Kelompok itu terus berencana membangun Daulah lslamiah Katibah Nusantara yang merupakan aliansi dari Divisi Islamic State Asia Timur di bawah kendali struktur ISIS pusat pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi yang berbasis di Syria dan Irak.
"Guna mengatasi potensi ancaman terorisme dan radikalisme ini maka Indonesia bersama negara lainnya yaitu Filipina dan Malaysia telah mengambil langkah-langkah kerja sama yang konkret melalui pembentukan platform kerja sama trilaterial di Laut Sulu yang diisi dengan kegiatan patroli bersama," ucap Ryamizard.
BACA JUGA: Bom Kembar ISIS Renggut 35 Nyawa
Masalah kawasan lain yang tidak luput dari perhatian adalah krisis Rohingnya di Negara Bagian Rakhine. Menurutnya, perlu langkah konkret dan penanganan bersama yang tepat sasaran bagi persoalan Rohingya.
"Karena bila tidak ditangani dengan baik dan benar, para pengungsi yang rapuh ini dapat direkrut oleh kelompok ISIS untuk memperkuat jaringannya," ucap Menhan.
Untuk lebih memperkuat sistem pengawasan dan deteksi dini terhadap potensi berkembangnya ancaman ISIS di kawasan, Kementerian Pertahanan telah mengeluarkan satu inisiatif platform kerja sama baru. Yakni konsep kerja sama pertukaran intelijen strategis bernama Our Eyes.
Konsep tersebut hampir mirip dengan Five Eyes negara barat yang melibatkan unsur kerja sama pertahanan/militer dan jaringan intelijen secara terintegrasi. Konsep itu adalah murni kerja sama untuk mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme di kawasan tanpa ada agenda politik di dalamnya.
"Konsep ini telah didukung secara aklamasi oleh para Menhan ASEAN serta beberapa negara mitra seperti Amenka Serikat, Australia, Rusia dan Jepang menyatakan keinginannya untuk bergabung," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 1.500 Tiang Lindungi New York dari Teror
Redaktur : Tim Redaksi