FEBRUARI 2015, saya, adik, dan teman-teman kuliah berlibur ke Jepang. Setelah deg-degan menunggu pengumuman nilai ujian, kami berenam berunding untuk mempersiapkan liburan semester ganjil tersebut.
------------------
Dharin Serebrina Arfiputri-Mahasiswi
------------------
Kebetulan, salah seorang di antara kami tinggal di Jepang. Burhana Mawarasti (Buna), kawan kami itu, mengundang kami untuk berkunjung ke rumahnya di Tokyo, Jepang.
Selama 10 hari di Jepang, kami menginap di rumah Buna. Kami disambut sangat hangat oleh keluarga Buna yang tak terasa sudah seperti keluarga sendiri. Dan ternyata, tidak butuh waktu yang lama bagi kami, terutama saya, untuk jatuh cinta pada Negeri Sakura ini…
BACA JUGA: Sejarah Dinamakannya Masjid Kemayoran di Surabaya
Di Jepang, kami sempat berkunjung ke beberapa tempat. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Fujiko F. Fujio Museum atau Museum Doraemon di daerah Kawasaki. Museum itu berisi kumpulan kartun yang dibuat Profesor Fujiko dan karakter Doraemon-lah yang paling populer. Patung dan barang-barang di dalamnya lucu dan sangat menarik.
Kami juga menemui benda-benda fenomenal khas di kartun Doraemon. Misalnya, pintu ke mana saja, telepon ajaib, dan masih banyak lainnya. Ada juga kafeteria yang menyajikan makanan dan minuman ala Doraemon seperti dorayaki dan kartu penghafal.
BACA JUGA: Sejarah Masjid Kemayoran, Bikin Belanda Risi saat Dengar Azan dan Pengajian
Selama di Jepang, kami tidak hanya berjalan-jalan keliling Tokyo. Kami juga menyempatkan untuk pergi ke luar kota. Pada hari kedua kami pun berkunjung ke Edo Wonderland di Kota Nikko.
Tempat itu seolah membawa kami menjelajahi waktu dan ikut merasakan suasana Jepang saat masih di bawah kepemimpinan Tokugawa Sogunate, yaitu pada 1603–1868, yang disebut Edo Period.
BACA JUGA: Potensi Taman Wisata Alam Km 14, Sorong
Pemandangan sekitar Edo Wonderland dikelilingi gunung dan bukit-bukit indah yang penuh dengan salju. Kami makin terbawa suasana. Semua rumah, gedung pertunjukan, kantor polisi, kuil, warung, jembatan, toko suvenir, dan bahkan penjara sama persis dengan zaman Edo dahulu.
Kami juga menyempatkan menonton berbagai atraksi. Salah satunya adalah ninja. Wahhh, selama atraksi, bulu kuduk saya sampai merinding karena suasana ruangannya gelap dan mencekam. Dan tibat-ba, eits, sang ninja sudah muncul begitu saja. Bolak-balik saya kaget dibuatnya, hehehe.
Ninja di Jepang sangat memperhatikan penampilan, sampai-sampai katanya mereka rela untuk tidak makan daging agar bau badan mereka tidak tercium musuh.
Selain ke Kota Nikko, kami berkunjung ke Taman Nasional Fuji-Hakone-Izu. Kami pun berangkat pagi-pagi agar dapat berkunjung ke Gunung Fuji terlebih dahulu. Ya, siapa yang tak kenal dengan Gunung Fuji? Gunung Fuji sangat identik dengan Jepang selain sakura.
Belum afdal rasanya ke Jepang jika tidak berkunjung ke Gunung Fuji. Ketika memasuki kawasan Gunung Fuji, saya dikagetkan oleh jalan yang ’’bernyanyi’’ waktu mobil kami melintasinya. Ternyata suara itu berasal dari gesekan ban mobil dengan jalan yang dibuat untuk mengurangi gesekan agar tidak licin. Wah, unik sekali yaa….
Sayang sekali, kami hanya boleh sampai di kaki gunung. Kami tidak bisa berkunjung ke bagian atas gunung karena sedang musim dingin. Saat musim dingin, salju di Fuji terlalu banyak dan jalanan menjadi licin. Biasanya saat musim panas, pengunjung bisa naik ke bagian yang lebih atas pada gunung.
Saya sempat kecewa karena tidak bisa lebih dekat dengan Gunung Fuji. Akhirnya saya dan teman-teman menghibur diri dengan bermain salju di kaki gunung. Kami menghancurkan es, lalu melemparnya ke udara seolah-olah sedang hujan salju. Setelah mengambil beberapa foto, saya dan teman-teman meninggalkan Gunung Fuji dengan perasaan sedikit terhibur dan… tentu saja kedinginan.
Kami juga menyambangi danau kaldera, Hakone. Kami memutuskan untuk menaiki kapal menyeberangi danau ke Togendai. Harga untuk naik kapal terbilang murah, hanya 1.500 yen (sekitar Rp 160 ribu).
Dengan harga itu, kami sudah dapat duduk di kelas VIP dan menikmati pemandangan dari atas kapal yang begitu indah dengan meminum cokelat panas yang kami beli di pelabuhan sekitar danau, sembari menunggu kapal kami datang. Yummm….
Hari-hari terakhir di Jepang kami isi dengan jalan-jalan di sekitar Tokyo dan membeli oleh-oleh. Keluarga Buna juga mengajak kami untuk mencicipi makanan khas Jepang seperti udon, mochi, dorayaki, onigiri, sushi, dan snack-snack lucu khas Jepang.
Sudah berkali-kali saya dibuat jatuh cinta dengan Negeri Sakura ini. Negeri yang aman, nyaman, tertib, taat aturan, bersih, indah, dengan orang-orangnya yang sangat baik dan ramah. Walau begitu, kami tetap harus pulang ke Indonesia untuk kembali belajar dan melakukan kegiatan kami sehari-hari.
Ingin rasanya suatu saat kami pergi ke Jepang lagi untuk lain urusan, yaitu meneruskan sekolah kedokteran kami di Negeri Sakura. Walaupun kami tahu, itu tidaklah mudah. Sayonara! (*/c10/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dataran Tinggi Dieng, dari Kompleks Candi hingga Rambut Gimbal
Redaktur : Tim Redaksi