Sejarah Dinamakannya Masjid Kemayoran di Surabaya

Senin, 01 Juni 2015 – 05:35 WIB
Sejarah Dinamakannya Masjid Kemayoran di Surabaya.Foto Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com SURABAYA - Setelah terjadi pertempuran dengan Belanda pada 1750 yang menewaskan Kiai Badrun, perlawanan bagi kaum Muslim tak pernah surut.

Masjid Kemayoran yang menjadi tempat ibadah tetap dipertahankan. Meskipun Belanda kala itu risi dengan suara azan dan pengajian.

BACA JUGA: Sejarah Masjid Kemayoran, Bikin Belanda Risi saat Dengar Azan dan Pengajian

Namun seiringnya waktu, titik kompromi pun disepakati. Belanda tetap mengizinkan beribadah tapi dengan syarat Masjid Kemayoran dipindah.

Subhan, salah seorang takmir Masjid Kemayoran, menceritakan bahwa kebijakan Pemerintah Belanda tersebut  mendapatkan persetujuan  masyarakat.  Masjid  itu pun dipindahkan ke sebuah lahan di depan  gedung  DPRD  Jatim.  

BACA JUGA: Potensi Taman Wisata Alam Km 14, Sorong

Dulu lahan tersebut merupakan milik tentara angkatan darat Belanda yang berpangkat  mayor.  Karena  itu,  warga setempat akhirnya menyebut kawasan tersebut  sebagai  Jalan  Kemayoran yang diambil dari kata ’mayor’.

”Masjid ini pun kemudian sering disebut Masjid Kemayoran,” tutur Subhan seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Minggu (31/5).

BACA JUGA: Dataran Tinggi Dieng, dari Kompleks Candi hingga Rambut Gimbal

Sementara  itu,  sejarawan  Surabaya, Dukut Imam Widodo, mengatakan bahwa bangunan Masjid Roudhotul Musawwaroh atau Masjid Kemayoran, kini jauh berbeda  dengan  bentuk  aslinya  dulu.

”Sepertinya sudah banyak direnovasi untuk berbagai keperluan. Seperti yang tampak di ruang utama masjid,” jelas Dukut.

Penulis buku Soerabaia Tempo Doeloe itu menyayangkan adanya renovasi besar besaran terhadap masjid itu. Sebab,  hal itu justru menghilangkan corak asli bangunan.

”Masyarakat kita itu kalau mendirikan bangunan, rata-rata selalu disertai dengan perobohan bangunan asli dan mementingkan kemegahan. Padahal, kalau mau mempercantik kan bisa dengan menambah bangunan baru di sekitar masjid,” tambah Dukut.  (jan/han/sar/jee/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tinggalkan NASA demi Menjadi Pelukis Klasik di Italia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler