Menilik Eks Lokalisasi Dolly dan Jarak Setelah Lebaran

Senin, 04 Agustus 2014 – 07:59 WIB
MASIH SEPI: Salah satu tempat karaoke di kawasan lokalisasi Jarak belum buka hingga Sabtu malam (2/8). (Dimas Alif/Jawa Pos)

jpnn.com - Keberhasilan pemkot menutup lokalisasi Dolly-Jarak bisa dilihat setelah Lebaran. Hingga H+6 Lebaran tadi malam, kawasan Dolly tetap sepi. Meski sebagian menyatakan buka sejak Jumat malam. Seperti apa?

* * *

BACA JUGA: Obituari Rukin Firda, Perginya Jurnalis Pro-Edukasi

GANG Dolly terlihat lengang Jumat malam lalu (1/8). Beberapa pria duduk santai sambil menikmati kopi di warung pertigaan gang tersebut. ”Sepi, Mas!” ucap Mustofa, warga Jarak yang ikut cangkrukan di warung itu.

Kata sepi memang cocok untuk menggambarkan keadaan Dolly sepekan setelah Lebaran. Gang yang biasanya dipenuhi para mucikari, calo, dan pria hidung belang itu kini lengang. Tidak ada orang yang lalu lalang.

BACA JUGA: Melihat Sembahyang Kubur Kedua di Singkawang

Tidak ada satu pun wisma yang buka sepanjang gang itu. Lampu berbagai warna yang biasanya menerangi Gang Dolly juga tidak menyala. Suasananya tidak ubahnya kota mati.

Djunaedi, salah seorang penjaga wisma, membeberkan, sebenarnya memang ada rencana untuk buka lagi dua hari setelah Lebaran seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Pengumuman yang dipasang di setiap wisma juga menunjukkan niat untuk dibuka lagi. Begitu pula sejumlah spanduk yang dipasang di jalan-jalan. Tapi, tahun ini memang begitu berbeda. ”Kalau buka, ya cari mati, Mas!” kata Djunaedi.

BACA JUGA: Satu Meja Pakai Bahasa Inggris, Meja Lain Mandarin

Pria asal Lamongan itu menuturkan, dua hari setelah Lebaran atau pada Rabu lalu (30/7), dia dihubungi pemilik wisma. Dia tidak diminta untuk membuka wisma lagi, tapi mengembalikan kunci. ”Mungkin tidak ingin buka lagi,” imbuhnya.

Keengganan para pemilik wisma untuk buka lagi itu bisa jadi karena tindakan Pemkot Surabaya yang semakin tegas. Di-back up polisi dan TNI, pemkot mantap melakukan tahap penutupan Dolly-Jarak secara tuntas.

Pada 27 Juli lalu atau sehari sebelum Lebaran, pemkot memasang plang tanda kawasan Dolly-Jarak bebas prostitusi. Hal itu berujung pada kericuhan dan enam orang dibawa ke Mapolrestabes Surabaya. Empat orang di antaranya langsung ditetapkan sebagai tersangka dengan sangkaan sebagai provokator. Mereka dianggap menjadi penggerak massa yang melempari polisi dengan batu, bom molotov, dan gas air mata. Orang-orang itu merupakan pentolan yang selama ini menolak penutupan lokalisasi Dolly-Jarak.

Belakangan, lima orang lain kembali diamankan. Mereka juga ditangkap dengan dugaan serupa. Penangkapan itu berdasar pada bukti rekaman yang didapat polisi saat terjadi kerusuhan.

Setelah kericuhan itu, petugas gabungan dari Sapol PP Surabaya, polrestabes, dan TNI kembali mendatangi kawasan Dolly-Jarak pada Kamis lalu (31/7). Mereka menyisir wisma-wisma yang ditengarai akan buka lagi. Hasilnya pun cukup lumayan. Tiga orang perempuan yang mengaku sebagai PSK digerebek di sebuah wisma di Jalan Putat Jaya. Mereka adalah Jarni, 42, asal Kediri; Mariana, 45, dari Blitar; dan Nanik Ernawati, 29, asal Lumajang. Mucikari yang disebut-sebut bernama Karli masih dicari petugas.

Sejauh ini wisma di Dolly dan Jarak tidak menunjukkan gelagat untuk kembali membuka bisnis esek-esek. Padahal, beberapa hari pascadeklarasi lalu, mucikari dan PFL menyatakan akan tetap mengoperasikan lokalisasi Dolly. Memang, ada kabar bahwa sejumlah PSK mulai kembali ke Surabaya. Hanya, mereka masih tiarap. ”Beberapa PSK sudah datang ke Dolly, tapi wisma tidak jadi buka,” tambah Doni Setiawan, penjaga wisma lainnya.

Suasana di Jarak juga tidak jauh berbeda. Berdasar pantauan Jawa Pos selama dua malam terakhir, Jumat malam (1/8) dan Sabtu malam (2/8), tidak ada satu pun wisma yang buka. Perempuan-perempuan malam yang biasa nongkrong di teras wisma Jarak juga tidak terlihat.

Tutupnya sebagian besar wisma itu juga berdampak pada beberapa usaha lain. Misalnya, tempat parkir dan beberapa warung. Purwanto, salah seorang pemilik lahan parkir di Jarak, mengeluhkan sepinya pengunjung. ’’Hampir tidak ada yang parkir,” katanya.

Bila wisma benar-benar masih takut untuk buka, berbeda halnya dengan rumah karaoke di Dolly-Jarak. Beberapa lokasi karaoke sudah mulai buka. Di ujung Gang Dolly, dua tempat karaoke buka. Kedua tempat adalah Monggo Mas dan Dolly Racun Café. Dari luar, suara ingar-bingar lagu dangdut terdengar jelas.

Belasan sepeda motor memenuhi teras kafe tersebut. Kondisi di dalam karaoke juga cukup ’’hidup”. Lima belas orang berada di lokasi itu. Secara bergantian, mereka minum-minum dan berjoget. Terutama saat irama music house diperdengarkan. Tidak jarang, kaum perempuan di karaoke tersebut menunjukkan tarian yang sensual. (mas)

Di Jalan Jarak, dua tempat hiburan malam masih beroperasi. Yaitu, Dondong Pub & Karaoke dan Monggo Mas Putat Jaya. Pengunjung yang masuk di Dondong cukup ramai. Sementara itu, Karaoke Monggo Mas Putat Jaya yang baru buka Sabtu lalu (2/8) masih terlihat sepi.

Meski tempat hiburan malam masih buka, hal itu tidak dapat menutupi sepinya pengunjung lokalisasi Dolly. ”Kalau hanya karaoke, ya nggak seru, Mas!” timpal Djunaedi.

Daya tarik utama Dolly tentu wisma dan para PSK. Bila wisma tutup, bisnis lainnya akan terdampak. Djunaedi melihat tidak ada harapan lagi yang bisa digantungkan di Dolly-Jarak. Dia pun berniat untuk segera mencari pekerjaan lain. ”Pekerjaan tidak hanya di sini,” ucapnya.

Beroperasinya karaoke di Dolly-Jarak itu segera disikapi pemkot. Mereka saat ini memang belum mengambil tindakan tegas. Misalnya, menyegel tempat karaoke. ”Kami akan koordinasikan dulu,” kata Kepala Bakesbangpol Linmas Surabaya Soemarno.

Soemarno juga termasuk dalam Tim Pengawas Rumah Hiburan Umum (RHU) Surabaya. Termasuk dalam RHU adalah rumah karaoke. Harus ada izin khusus untuk menjadikan rumah sebagai bisnis karaoke. Kalau tidak ada izin, mereka bisa ditindak.

Tapi, pemkot juga tidak mau gegabah dalam mengambil tindakan. Soemarno berdalih para pemilik tempat karaoke itu bisa jadi sekadar mengetes alat musik mereka. ”Kalau sekadar mengetes alat musik ya tidak apa-apa kan,” tuturnya.

Sejauh ini pemkot memang sudah menunjukkan tajinya dengan kerap mengadakan razia di Dolly-Jarak. Mereka dibantu aparat kepolisian dan TNI.

Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto menambahkan, pengawasan Dolly-Jarak akan semakin ketat setelah Lebaran. Pengawasan itu tidak hanya melibatkan petugas yang tidak berseragam. Tapi, warga yang pro dengan penutupan lokalisasi tersebut juga telah diajak berkoordinasi. ”Warga cukup antusias untuk memberikan informasi tentang kondisi Dolly,” jelasnya.

Tidak hanya itu. Pemkot juga sudah menyusun rencana tahap demi tahap untuk membersihkan kawasan Putat Jaya dari prostitusi. ”Sebentar lagi kami akan copoti papan bertanda wisma,” ungkapnya. (laz/jun/c6/nw)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesian Card Artists, Pengembang Skill Unik Card Flourish


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler