jpnn.com - Keberadaan suku Dayak Tadan ada sejak ratusan tahun. Mereka hidup bergantung pada alam dan hutan di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia di Kecamatan Seluas, Bengkayang.
---
BACA JUGA: Mayor Heri Haryadi, ââ¬ÅPemberi Nyawaââ¬Â Kendaraan-Kendaraan Bersejarah
PERMUKIMAN suku Dayak Tadan ada di perbatasan Jagoibabang, Bengkayang, Kalimantan Barat, dengan Serian, Sarawak. Kehidupan suku Dayak Tadan masih sangat sangat tradisional.
Akses pembangunan masih kurang memadai. Akses jalan darat masih terhambat oleh luas hutan dan lahan perkebunan sawit milik perusahaan swasta.
BACA JUGA: 12 Tahun Keliling Dunia, Reza Budi Sumali Banting Setir Jadi Dosen di Singapura
Sepanjang perjalanan dengan menyusuri Sungai Kumba, banyak diselubungi pepohonan kayu besar. Potongan-potongan kayu yang mengambang di permukaan sungai dengan mudah ditemui. Beberapa kali speedboat menabrak potongan-potongan kayu itu.
''Jika tidak ahli mengemudikannya, bisa-bisa speedboat tenggelam karena menabrak kayu,'' ujar Hermansyah, salah satu masyarakat sekitar, saat mendampingi Pontianak Post (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Maestro Komponis Indonesia Itu Berpulang
Masyarakat Dayak Tadan ada sejak ratusan tahun. Peninggalan nenek moyang mereka masih terjaga dengan baik. MisalÂnya, fosil tengkorak manusia yang sudah tersimpan berabad-abad di rumah adat yang diberi nama Ponggo.
Ada 68 tengkorak manusia, 48 tengkorak rusa, dua tengkorak buaya, dan dua tengkorak harimau. Semua tersimpan dengan utuh di Rumah Ponggo.
Menurut Pico, 45, kepala dusun Dayak Tadan, tengkorak-tengkorak itu biasanya digunakan dalam ritual adat. Terutama saat musim panen raya setahun sekali. Pesta adat digelar dengan meriah. Seluruh tokoh adat, ujar dia, berkumpul setiap 25 Mei guna menggelar ritual upacara adat dengan mengorbankan babi sebagai sesembahan kepada leluhur. (rin/diq/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Petenis Cantik Ini Bersinar setelah Operasi Pengecilan Dada Supernya
Redaktur : Tim Redaksi