jpnn.com, JAKARTA - Komunitas Muda Beda Berkarya mengedukasi masyarakat Situbondo dan Bondowoso dalam menangkal berita hoaks menjelang pemilu 2024.
Edukasi dalam bentuk talkshow literasi digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2023.
BACA JUGA: Cegah Narkoba dan Judi Online, Literasi Digital Siswa DigalakkanÂ
"Hoaks adalah berita bohong yang tidak ada sumbernya. Perlu sikap yang kritis untuk tidak langsung percaya dan wajib untuk cek terlebih dahulu akan sumber beritanya agar tidak termakan berita hoaks," ujar Dr. Luluk Maktumah, M.Pd.I, dosen Universitas Bengkulu dalam talkshow Komunitas Muda Beda Berkarya belum lama ini.
Luluk mengimbau untuk jangan mudah cepat percaya dan langsung ikut menyebarkan berita yang didapatkan dari media sosial dikarenakan dalam mendekati pemilu pasti akan banyak berita-berita hoaks yang bertebaran di media sosial.
BACA JUGA: Tangkal Berita Hoaks, MPO Golkar Bagikan Laptop untuk Anggota di Seluruh Indonesia
Dia juga menegaskan akan konsekuensi tindakan apabila ikut menyebarkan berita bohong akan terancam hukuman pidana.
“Banyak berita atau konten di media sosial yang belum tahu sumbernya sudah langsung di-share, apalagi dalam menyambut pemilu," ujarnya.
BACA JUGA: Penyebaran Berita Hoaks Meningkat, Pemerintah Menggencarkan Literasi DigitalÂ
Seharusnya, kata Luluk, sebelum share dicek dahulu karena semua itu ada konsekuensinya.
Salah satunya bagi yang melakukan penyebaran hoaks akan kena pidana hukuman 6 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar.
Dr. Luluk juga memaparkan alasan hoaks mudah menyebar dikarenakan kebanyakan orang dalam menanggapi berita atau konten di sosial media terlalu mengikuti emosinya dan kurang bisa menanggapi secara rasional.
Hal itu yang membuat akan bahaya berita hoaks di mana bisa membentuk polarisasi yang bisa memicu perpecahan.
“Kenapa hoaks bisa mudah menyebar karena ada perasaan terancam, perasaan marah, perasaan curiga yang berlebihan. Punya rasa tidak percaya diri yang memiliki pemikiran tidak rasional dan hanya mengikuti emosinya saja untuk membentuk polarisasi yang bisa memicu perpecahan," tuturnya.
Selain itu, Dr. Luluk juga menekankan agar pemilu dapat berjalan aman dan damai, masyarakat Indonesia khususnya di Situbondo untuk bisa lebih bijaksana dalam menanggapi perbedaan pendapat.
Tidak ada sikap intimidasi dan saling fitnah hanya dikarenakan berbeda pendapat.
Luluk menyampaikan agar pelaksanaan pemilu dapat berjalan aman dan damai, perlu kearifan dan kebijaksanaan dari kita semua dalam menanggapi perbedaan pendapat.
Tidak boleh merasa yang paling sempurna, perlu sikap bijak dalam memilih.
"Tidak boleh melakukan tindakan yang bisa membuat perpecahan dikarenakan perbedaan pendapat yang berujung intimidasi dan fitnah," ujarnya.
Dr. Luluk mengajak semuanya agar kegiatan pemilu 2024 bisa berjalan aman dan nyaman dalam lingkup ruang digital.
Semua orang harus andil untuk tidak terlibat dalam penyebaran berita hoax dan harus berhati-hati dengan judul-judul berita yang provokatif.
“Bagaimana caranya agar tidak terlibat penyebaran hoaks, harus hati-hati dilihat dari judulnya yang terlihat provokatif tidak usah langsung percaya dan disebarkan, terlebih amati situs dan faktanya. Cek untuk foto-fotonya dikarenakan banyak yang menggunakan foto editan,” jelas Luluk.
Sependapat dengan Dr. Luluk, Bahrul Walid selaku Staf Bawaslu Kab. Situbondo juga menambahkan bahwa pentingnya untuk membaca secara lengkap isi suatu berita.
Jangan langsung memberikan asumsi serta menyebarkan berita hanya dikarenakan kita membaca dari potongan beritanya saja.
"Wajib untuk membaca agar tidak terprovokasi dan bisa membandingkan informasi itu bermasalah atau tidak. Jadi, kita bisa menjadi masyarakat Indonesia yang bisa stop berita hoaks," tegasnya.
Dalam menyambut pemilu 2024 Bahrul Walid menegaskan masyarakat harus berpikir kritis dalam membaca berita.
Pasalnya, berita hoaks bisa saja menjadi salah satu senjata dalam pemilu.
“Hoaks bisa jadi propaganda Ilusi berpikir, dengan mengulangi kebohongan sesering mungkin, maka kebohongan itu akan menjadi kebenaran. Jadi, wajib untuk memiliki pemikiran kritis," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Faktor Penghambat Pembangunan Papua: dari Korupsi Sampai Berita Hoaks
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad