Menpar Arief Memuji Pentahelix Pembangunan KEK Tanjung Kelayang

Minggu, 04 September 2016 – 18:08 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - BELITONG - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya terlihat semringah melihat progres perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang di Belitung. Bukan saja karena konsorsium Belitung Maritime Silk Road segera groundbreaking pada 2 September 2016 setelah Peraturan Presiden (Perpres) KEK Tanjung Kelayan terbit pada enam bulan lalu, tapi juga lantaran masyarakat yang terus bergerak menyambut lahirnya "Bali Baru" itu.

"Pentahelix-nya berjalan dan terbukti mempercepat semua bottleneck," kata Arief Yahya di Belitong belum lama ini.

BACA JUGA: DP Rumah Turun, Sektor Lain Diharapkan Terangkat

Yang dimaksud Pentahelix itu adalah kolaborasi lima unsur subjek atau stakeholder pariwisata di kawasan itu. Ada akademisi, pengusaha (business), masyarakat (cummunity), pemerintah (government) dan media.

Dukungan pemerintah setempat juga tidak main-main. Semua lini memberikan perhatian yang konkret.

BACA JUGA: Pedagang Sayur Keliling Bikin Pusing Penjual di Pasar

Menpar Arief bahkan mengapresiasi Bupati Belitung Sahani Saleh yang bergerak sangat cepat dan konkret. Bupati kelahiran Belitung, 7 November 1958 itu betul-betul to the point dalam mensosialisasikan sektor pariwisata ke masyarakatnya.

Program homestay yang sudah dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) antara Pemkab Belitung, Pemprov Belitung dan BTN menjadi kunci agar program pengembangan masyarakatnya mulai dilakukan. "Masyarakat pasti happy, karena mereka langsung mendapatkan benefit dari services pariwisata," kata Arief Yahya.

BACA JUGA: Penjualan Produk Pertanian dan Perikanan Tembus Rp 83 Miliar

Bagi Arief, community  adalah bagian dari ekosistem yang sangat penting. Budaya, adat istiadat, kuliner, kesenian mereka adalah aset yang bukan hanya indah sebagai cultural value, tetapi juga menaikkan nilai atraksi kawasan destinasi tersebut.

"Ingat, 60 persen wisman itu masuk ke Indonesia karena alasan cultural. Sisanya 35 persen nature dan lima persen  man-made. Dan masyarakat akan percaya jika memperoleh benefit langsung. Seeing is believing!" ungkapnya.

Business atau private sector juga langsung tersambung dan bergerak cepat. Selain mengerjakan amenitas seperti hotel, convention, resort, restoran, coffee, dan lainnya, mereka juga ada yang bermain di airlines. Garuda Indonesia, Lion Air dan Sriwijaya Air sudah berkomitmen mengangkut lebih banyak orang ke Belitong. "Saya melihat atmosfernya sangat bergairah di sini," ujar Arief.

Konsorsium Belitung Maritime sendiri terdiri dari PT Belitung Pantai Intan (Belpi), PT Buki Belitung Indah, PT Nusa Kukila, PT Tanjung Kasuarina, dan PT Sentra Gita Nusantara. Mereka berada di bawah bendera Dharmawangsa Group.

Tahap I pembangunan setelah groundbreaking adalah membangun The Kapitein House dengan 98 kamar hotel dan 30 vila. Targetnya, hotel dan vila itu sudah beroperasi pada 17 Agustus 2018.

Gubernur Bangka Belitung Rustam Effendy menyebut konsorsium bersama Dharmawangsa Group  bergerak cepat. Tahap I sudah mulai groundbreaking di Tanjung Binga. Pemda terus melengkapi fasilitas publik yang masih di bawah kapasitas, seperti infrastruktur jalan, listrik, air dan telekomunikasi.

"Kami juga sedang mgusulkan kepada Menpar untuk membangun KEK Pariwisata lagi di Bangka. Kami sudah menyiapkan lahan 1.337 hektar lebih di sana," ungkap Rustam.

Gubernur Rustam sudah mempresentasikan potensi Bangka yang akan diusulkan sebagai KEK pariwisata itu. Baginya, pertambangan timah sudah berakhir dan cenderung merusak lingkungan.

Dia selalu perpegang pada prinsip dari Menpar Arief soal sustainable tourism development. Yakni harus memperhitungkan cultural, environment dan economic value.

Peran pemerintah lain yang tidak bisa dipandang sebelah mata adalah Kementerian Perhubungan. Kehadiran Menhub Budi Karya Sumadi di Belitung memberi angin segar bagi akses dan connectivity. Komitmen Kemenhub untuk menaikkan status Bandara HAS Hanandjoeddin di Tanjung Pandan menjadi international airport oada Desember 2016 patut diacungi jempol.

"Kalau menunggu perpanjangan runway dan membangun terminal berkapasitas 20 ribu baru berakhir 2018, terlalu lama. Secara paralel kita lakukan percepatan saja! Liburan akhir tahun ini biar bisa mengejar dan beroperasi," tandas Budi Karya di Belitung.(adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istimewa, Jumlah Usaha Naik 57 Persen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler