Mentan Sebut Ada 267 Juta Penduduk yang Butuh Pangan Setiap Hari

Sabtu, 07 Agustus 2021 – 22:10 WIB
Ilustrasi - Tanaman bawang merah. Foto: Humas Kementan.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut setidaknya ada 267 juta penduduk Indonesia yang membutuhkan pangan setiap hari, termasuk sayur dan buah.

Kebutuhan tersebut harus dipenuhi, caranya dengan mendorong pertumbuhan sektor pertanian terus makin baik.

BACA JUGA: Kementan Dorong Dunia Usaha Pertanian Maju dan Berkembang Pesat

Demi memastikan hal tersebut, Mentan menginstruksikan jajarannya terus memberikan pendampingan kepada para petani dan petugas lapangan, meski masih dalam nuasa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Di antaranya seperti yang dilakukan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, melakukan bimbingan teknis kepada para petani.

BACA JUGA: Stafsus Presiden Puji Program Pelatihan 1 Juta Petani Milenial Kementan

Bimbingan teknis digelar secara daring lewat aplikasi Zoom Meeting dan YouTube dengan mengangkat tema 'Penerapan Informasi Iklim untuk Mendorong Budidaya Hortikultura'.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dalam sambutannya mengatakan bahwa implementasi manajemen iklim turut mendukung suksesnya budidaya pertanian.

BACA JUGA: Kementan Perkenalkan Teknologi Coating, Pengusaha: Mampu Dongkrak Bisnis Hortikultura

Informasi iklim merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan produksi dan nilai tambah produk hortikultura.

“Perlunya kombinasi sains, teknologi dan ilmu leluhur untuk mencegah distorsi dalam produksi pangan sehingga produksi pangan tidak terhambat."

"Prediksi terhadap iklim makro maupun mikro serta penentuan jadwal tanam yang tepat untuk menentukan langkah adaptasi dan mitigasi yang lebih dini dalam penanganan dampak perubahan iklim menjadi hal yang konkret terhadap upaya nyata menjaga produksi di kampung hortikultura,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Perlindungan Hortikultura Inti Pertiwi menyebut sangat dibutuhkan langkah-langkah konkret dalam menangani dampak perubahan iklim di Indonesia.

“Kita membutuhkan strategi dalam menyikapi perubahan iklim dengan cara antisipasi, adaptasi dan mitigasi."

"Dalam hal ini pemanfaatan informasi iklim sebagai langkah adaptasi dengan menerapkan perencanaan budidaya tanaman dan penentuan jadwal tanam."

"Perlu waspada terhadap iklim ekstrem yang menyebabkan kebanjiran dan kekeringan."

"Selain itu perlu memperhatikan penggunaan teknologi tepat guna dalam meningkatkan produksi dan produktivitas hortikultura, misalnya varietas tahan cekaman kering/basah, irigasi dan naungan,” katanya.

 

Teknologi Naungan dan Irigasi di Dataran Medium

Sementara itu, Guru Besar Klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran mengatakan untuk melakukan adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Seperti mengurangi suhu dan radiasi matahari serta meningkatkan kelembaban dan kadar air tanah dengan menggunakan teknologi naungan, irigasi mikro (fog/mist irrigation) dan mulsa.

“Selain itu pertanian membutuhkan teknologi smart farming untuk membantu kegiatan budidaya dan mengurangi biaya produksi."

"Penerapan menggunakan teknologi otomasi digital (Iot) dan kecerdasan buatan (AI) misalnya sensor fisik dan iklim mikro untuk mengukur kondisi fisik dan lingkungan tanaman,” tuturnya.

 

Implementasi Pemanfaatan Informasi Iklim

Informasi iklim sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan budidaya hortikultura.

Keragaman pola curah hujan di Indonesia menjelaskan pentingnya mengetahui informasi iklim.

Beberapa pola curah hujan yang dikenal antara lain yaitu bimodal, lokal, monsunal dan multipattern.

“Pola curah hujan monsunal artinya memiliki satu kali periode basah dan satu kali periode kering, dengan perbedaan jumlah hujan yang jelas antara periode basah dengan periode kering."

"Misalnya di Kabupaten Brebes, terjadinya bulan terbasah umumnya pada November/Januari dan bulan terkering umumnya pada Agustus/September, juga memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 2.049-3.445 mm/tahun,” ujar peneliti Ahli Madya Balai Penelitian Ahroklimat dan Hidrologi Aris Pramudia.

Melihat pola curah hujan yang berbeda-beda pada tiap daerah, lanjutnya, maka dilakukan penyesuaian potensi dan pola tanam pada daerah masing-masing.

Dirinya bercerita bahwa petani di Kabupaten Brebes mayoritas melakukan awal penanaman pada April-Mei dan Oktober-November.

Selain pengaruh iklim, penanaman bawang merah di Brebes juga dipengaruhi kepemilikan lahan, misalnya untuk lahan sewa maka penanaman dilakukan pada Februari-Mei.(*/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler