Mentan SYL: Kehadiran Inovasi BPPKH Harus Dirasakan Masyarakat

Senin, 07 Desember 2020 – 15:00 WIB
Syahrul Yasin Limpo. Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, BOGOR - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menginginkan Balai Besar Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBPKH) Kementan, di Cinagara, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bisa memberikan dampak langsung bagi perekonomian masyarakat.

Mentan SYL pun mengatakan kehadiran inovasi di balai pelatihan juga harus dirasakan langsung oleh masyarakat.

BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Bangun Soliditas Pengembangan Food Estate Merespons Restriksi Pangan Global

"Saya ingin kehadiran inovasi di seluruh balai, harus dirasakan langsung masyarakat. Saya ingin setiap balai berdampak langsung pada peningkatan perekonomian rakyat," ungkap Mentan SYL.

Ya, Kementan tengah mendorong pertanian Indonesia bertransformasi dari pertanian tradisional ke modern. Termasuk BBPKH Kementan yang berada di Cinagara, Kabupaten Bogor.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Yasin Limpo: Hari Ini Saya Bangga

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satunya ciri modernisasi adalah pemanfaatan teknologi informasi, internet of thing, big data, artificial intelegent, sensor, robot construction, dan sebagainya. 

"Itu salah satu ciri inovasi teknologi era 4.0. Jadi era ini sudah masuk ke seluk beluk kehidupan kita termasuk pelatihan," kata Dedi Nursyamsi, Jumat (4/12).

BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Siap Kawal Pendampingan di Kawasan Food Estate

Dedi Nursyamsi menegaskan, BBPKH Cinagara harus memanfaatkan IT semaksimal mungkin di dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. "Contoh, sekarang bikin pelatihan online yang di langit luar rutin secara periodik. Kalau sekarang seminggu sekali, nanti dua kali seminggu," paparnya.


Menurutnya, kalau pelatihan kesehatan hewan secara offline itu biasa dan semua tahu itu pasti memerlukan energi tinggi dan efektivitas rendah karena jumlah peserta dan sasaran terbatas. 

"Tentu ini terkait biaya terbatas juga, tetapi kalau metodologi diubah menjadi online, akan lebih murah, cepat, dan luas jangkauannya," ujarnya.

Dedi menjelaskan, ada dua sasarannya menyangkut perusahaan-perusahaan peternak kecil dan besar. Di situ ada wirausaha, dosen, mahasiswa, penyuluh. 

"Itu sasaran pelatihan yang tentu saja berbeda masing-masing baik secara metodologi maupun substansinya. Artinya semua harus dijadikan sasaran," tambahnya.

Bahkan, Dedi minta ada sasaran pelanggan loyal, yang betul-betul setia kepada BBPKH. Dia menjelaskan setiap peternak punya masalah, yang dihubungi adalah BBPKH Cinagara, bukan yang lain. 

"Itu adalah sasaran yang betul-betul setia. Tentu kita harus meramu apa yang membuat sasaran kita setia. Kita ramu substansi apa yang benar-benar mereka butuhkan. Atau kita ramu metodologi nya. Juga waktunya," tuturnya.


BPPSDMP juga mendorong BBPKH untuk membina petani agar membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). Termasuk untuk kalangan muda milenial agar terjun ke bisnis ini.

"Kita sedang mendorong KUB. Ujungnya tentu korporasi, tetapi tentu harus kita bangun dari bawah. KUB diarahkan ke milenial, artinya petaninya relatif masih muda. Petani muda walaupun jumlahnya sedikit, tapi potensi dan kontribusinya luar biasa," kata Dedi.


Terkait apa saja bentuk bisnisnya, Kementan menyerahkan pilihannya ke masing-masing daerah dan kelompok usaha itu maunya ke arah mana. Tugas BPPSDMP adalah memberikan pelatihan kepada SDM-nya.

"Misal ada di Ciawi, di sana orientasinya hidroponik. Mereka mungkin dulu saat kuliahnya senang di situ kemudian potensi pasar untuk komoditas utama sayur-sayuran misal sawi, kangkung memang sangat deras. Mengapa? Daerah urban, Bogor kan daerah urban. Jadi dari Ciawi bisa ke Jabodetabek," paparnya.

Khusus peternakan, bisa diarahkan ke ternak unggas. Output-nya bisa telur atau ayam. Ada ayam kampung, termasuk olahannya. 

"Ada puyuh, bebek, sapi dan lainnya. Petani milenial luar biasa. Itu tergantung preferensi, potensi, dan minatnya kita dorong," pungkas Dedi. (*/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler