jpnn.com, PADANG - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi melakukan kunjungan ke Gelar Teknologi Smart Green House pada ajang PENAS XVI, Sabtu (10/6).
Lahan percontohan berukuran 384 meter persegi yang digawangi Direktorat Jenderal Hortikultura ini ditanami aneka sayuran termasuk buah melon dan mampu memproduksi aneka komoditas berkualitas.
BACA JUGA: Kementan Bakal Bangun 2.358 Kampung Holtikultura pada 2022Â
“Smart Green House adalah salah satu upaya Kementerian Pertanian senantiasa melakukan upaya-upaya pertanian baik melalui lahan datar maupun teknologi seperti ini guna menghasilkan produk pertanian berkualitas,” ujar Mentan SYL, Sabtu (10/6).
Dalam kesempatan tersebut, Mentan melakukan panen melon bersama Gubernur yang diikuti dengan mencicipi langsung selada tanpa perlu melalui proses pencucian terlebih dahulu.
BACA JUGA: Komisi IV DPR Soroti Persoalan Impor Produk Holtikultura
Dia mengatakan selada yang dipanen memiliki cita rasa segar dan renyah.
Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto turut mengunjungi SGH bersama jajaran Eselon II guna mengecek kesiapan pelaksaan sebelum kunjungan Mentan beserta Gubernur.
BACA JUGA: Ditjen Holtikultura Gelar Operasi Pasar Komoditas Bawang Merah dan Putih
Diia mengatakan salah satu komoditas yang dikembangkan di SGH ini adalah aneka sayuran dan melon.
Menurut dia, melon yang dikembangkan per buahnya mencapai berat hingga 1,5 kg.
"Jika luasan 800 m2 ditanami melon, bisa menghasilkan kira-kira 2700 tanaman atau 4 ton melon. Kalau harga melon Rp 30 ribu berarti sekali panen biza menghasilkan Rp 120 juta,” ujar Prihasto.
Teknologi SGH bertujuan untuk memodifikasi iklim mikro dengan penerapan teknologi berupa sensor di dalam bangunan dan otomatisasi fertigasi.
Konsep yang dikembangkan ini dilakukan dengan berbagai opsi metode penanaman yang bisa digunakan, seperti Drip Irrigation, Dutch Bucket dan Hidroponik sistem NFT.
Adanya SGH ini memungkinkan petani menanam komoditas yang tidak sesuai dengan kondisi iklim setempat melalui modifikasi iklim mikro di dalam bangunan.
Dirinya menjelaskan, biaya investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 7 miliar.
“Untuk BEP diperkirakan sekitar 3 tahun budi daya melon sudah bisa kembali modal. Ini adalah salah satu teknologi masa depan agar pangan lokal Indonesia lebih mandiri,” terangnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadapi El Nino, Kementan Siapkan Langkah Pengamanan Pasokan dan Harga Produk
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian