Menteri Agama Disuguhi Arak, Lucu.. Woles.. Berkesan..

Jumat, 07 April 2017 – 13:57 WIB
Lukman Hakim Saifuddin (2 dari kanan). Foto: Pemprov Kalbar for Rakyat Kalbar

jpnn.com, PONTIANAK - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mendapat pengalaman berharga ketika menghadiri peresmian Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) Negeri Pontianak, Kamis (6/4).

Saat itu, dia menyaksikan beberapa prosesi adat. Misalnya, tarian adat Dayak. Lukman juga diminta memotong bambu dan menginjak telur di tengah acara.

BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Panduan Ceramah di Rumah Ibadah

“Setelah prosesi itu, saya dihidangkan minuman arak untuk diminum,” ucap Lukman kala memberi sambutan.

Pengakuan Lukman membuat para tamu langsung tertawa.

BACA JUGA: Tak Sekadar Mengimbau, Gubernur Ikut Tanam Cabai

“Ada yang membisiki saya. Pak jangan diminum, Pak. Saya bilang tidak apa-apa, simbol saja. Tapi tidak saya telan, untuk menghargai adat, saya bilang,” tambah Lukman.

Melihat Lukman disuguhi arak, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis langsung bereaksi.

BACA JUGA: Tegas! Gubernur Marah Besar ke Anggota Dewan

Dia meminta panitia untuk mengganti arak itu dengan air putih.

“Namun, waktunya sudah tidak memungkinkan. Pak Gubernur lalu bilang bahwa tidak perlu dihidangkan ke saya. Saya bingung sambil memperhatikan gubernur,” kata Lukman.

Lukman sempat meminta Cornelis tak mengganti hidangan arak itu.

“Saya bilang ke Pak Gubernur, bahwa tidak apa-apa. Ini kan hanya simbol untuk menghormati adat,” beber Lukman.

Namun, Cornelis ternyata tak menyetujui permintaan Lukman.

“Di sini ada banyak wartawan. Nanti dipelintir, bisa bahaya dan menjadi masalah di tengah-tengah kehidupan keagamaan kita,” kata Cornelis.

Jawaban Cornelis membuat Lukman terkesan.

“Jujur, saya mendapatkan pelajaran lagi. Saya menangkap suatu rasa. Itulah toleransi sebenarnya atau toleransi sesungguhnya. Toleransi adalah kemauan dan kemampuan untuk menghormati dan menghargai perbedaan dengan yang lain,” kata Lukman.

Dia menambahkan, saat ini banyak pihak yang sering berbicara tentang toleransi.

“Namun, lebih banyak menuntut untuk dihargai dan dihormati. Tujuannya agar yang berbeda di luar sana menghargai serta dan menghormati,” ujar Lukman.

“Bagi saya, kejadian tadi adalah pelajaran. Ini adalah beragama dengan rasa. Mudah-mudahan kita sebagai umat beragama semakin berkualitas dalam menjalani agama dan keyakinan iman masing-masing,” tegas Lukman. (Deska Irnansyafara, Hamka Saptono)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur: Kata Para Ahli, Dunia Kiamat pada 2050


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler