jpnn.com, AFGHANISTAN - Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia Per Olsson Fridh mengomentari kondisi Afganistan saat ini, setelah diambil alih Taliban beberapa waktu lalu.
Fridh menilai negara tersebut sedang menuju keruntuhan ekonomi.
BACA JUGA: TNI Polri Dituding Bakar Rumah Warga, Brigjen Pangemanan Beri Jawaban Tegas!
Kondisi tersebut berisiko membawa Afganistan masuk ke dalam krisis politik baru.
Afganistan telah terjerumus ke dalam krisis menyusul jatuhnya pemerintah yang didukung barat dan Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus lalu.
BACA JUGA: Oknum Kapolsek yang Diduga Cabuli Putri Tersangka Dijatuhi Sanksi Berat, Pidananya?
Peristiwa itu memicu dihentikannya aliran miliaran dolar AS untuk ekonomi negara itu yang bergantung pada bantuan internasional.
"Kekhawatiran saya, negara ini berada di ambang kehancuran dan keruntuhan itu datang lebih cepat dari yang diduga," ujar Per Olsson Fridh kepada Reuters di Dubai, Sabtu (23/10).
BACA JUGA: Terjadi Rentetan Gempa 4 Daerah di Jateng, BMKG Menduga ini Penyebabnya
Dia mengingatkan, ekonomi Afganistan yang terjun bebas dapat menyediakan lingkungan bagi kelompok teror untuk berkembang.
Sebanyak 27 negara Uni Eropa, termasuk Swedia, meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Afganistan sejak Taliban kembali berkuasa.
Namun, banyak negara dan Bank Dunia telah menghentikan bantuan pembangunan bagi Afganistan.
Menurut Fridh, Swedia sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan upaya melalui kelompok masyarakat sipil Afganistan untuk mengamankan layanan dasar.
Namun, tetapi negara-negara lain perlu diyakinkan langkah tersebut mungkin dilakukan tanpa melegitimasi penguasa baru Taliban.
Fridh menegaskan Swedia tidak akan menyalurkan uang pembangunan melalui Taliban.
Gerakan tersebut telah menghadapi kritik internasional karena kegagalannya untuk menegakkan hak-hak warga Afganistan sejak kembali berkuasa, termasuk mengizinkan anak perempuan mengakses pendidikan.
Sebagian besar negara telah menutup kedutaan mereka di Kabul dan memindahkan kedutaannya ke Qatar, negara Teluk yang adalah lawan bicara utama antara Barat dan Taliban.
Fridh juga menyebut negara-negara Eropa belum siap untuk membuka kembali kedutaan mereka di Kabul.
Menurutnya, lebih banyak misi diplomatik akan dibuka di Qatar sebelum kembali ke Afganistan.(Antara/Reuters/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang