Terjadi Rentetan Gempa 4 Daerah di Jateng, BMKG Menduga ini Penyebabnya

Sabtu, 23 Oktober 2021 – 12:03 WIB
Ilustrasi gempa bumi. Ilustrasi Foto: Sultan Amanda Syahidatullah/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Rentetan gempa bumi terjadi di Salatiga, Banyubiru, Bawen dan Ambarawa, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (23/10) dinihari, sejak Pukul 00.32 WIB.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), rentetan gempa dipicu oleh sesar aktif.

BACA JUGA: Bali Bisa Alami Gempa Bumi Secara Berulang-ulang

"Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta.

Episenter gempa terletak pada koordinat 7,296 LS dan 110,38568 BT, tepatnya di darat pada jarak 13 kilometer arah Barat laut Kota Salatiga dengan kedalaman hiposenter 6 kilometer.

BACA JUGA: Miris! 83 Pekerja Bantuan Terlibat Pelecehan Seksual

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa memiliki magnitude 3,0 diikuti tujuh kali rentetan gempa susulan (aftershocks), dengan magnitudo 2,9 kemudian 2,5 selanjutnya 2,5 lalu 2,6 dan 2,1 serta 3,0 dan 2,7 yang terjadi pukul 6.44.56 WIB.

Hingga Sabtu pukul 6.00 WIB belum ada laporan kerusakan bangunan sebagai dampak gempa.

BACA JUGA: Jangan Biarkan Pihak yang Ingin Merampas Papua Terus Memainkan Isu HAM

Berdasarkan peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Ambarawa, Salatiga, Banyubiru, dan Bawen dalam skala intensitas II MMI.

Guncangan dirasakan oleh orang banyak dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Daryono mengatakan seluruh rangkaian rentetan gempa baik gempa utama (mainshock) dan tujuh gempa susulannya (aftershocks) berpusat di komplek Gunung Telomoyo.

Gunung Telomoyo adalah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang.

Gunung dengan ketinggian 1.894 mdpl merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi belum pernah tercatat meletus.

Dalam catatan sejarah gempa kuat dan merusak, wilayah Salatiga, Banyubiru dan Ambarawa pernah mengalami beberapa kali gempa signifikan, yaitu Gempa Semarang, Salatiga dan Ambarawa pada 24 September 1849.

Kemudian, Gempa Banyubiru, Ambarawa, dan Ungaran pada 17 Juli 1865.

Gempa menyebabkan rumah tembok retak.

Gempa Semarang, Ungaran, dan Ambarawa terjadi pada 22 Oktober 1865.

Pada keesokan harinya pada 23 Oktober 1865 guncangan gempa kembali terjadi diikuti gemuruh.

Tercatat juga Gempa Ungaran dan Ambarawa pada 22 April 1866, dimana gempa menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok.

Selanjutnya, Gempa Salatiga, Ambarawa dan Ungaran terjadi pada 10 Oktober 1872 di mana guncangan gempa menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok.

Gempa merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014.

Gempa merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras.

Wilayah Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarwa berdekatan dengan sumber gempa sesar aktif, yaitu Sesar Merapi Merbabu dan Sesar Rawa Pening.

Untuk itu, perlu dilakukan edukasi mitigasi gempa bumi seperti pentingnya membangun bangunan tahan gempa atau ramah gempa, memahami cara selamat saat terjadi gempa.

Hal ini penting sebab gempa kuat dapat terjadi kapan saja dari sumber gempa sesar aktif terdekat.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler