jpnn.com, JAKARTA - Universitas Terbuka (UT) makin memantapkan diri menuju perguruan tinggi negeri berbadah hukum (PTNBH). Saat ini penetapannya tinggal menunggu persetujuan Presiden Joko Widodo.
Menuju PTNBH, Rektor UT Prof Ojat Darojat menggelorakan wajib kuliah dalam upaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK).
BACA JUGA: UT Meluluskan 85 PMI di Malaysia, 3 Wisudawan Raih IPK TertinggiÂ
"UT saat ini mengalami peningkatan jumlah mahasiswa baru yang siginifikan sekitar 144 ribu," kata Prof Ojat di puncak Dies Natalis ke-38 UT yang dirayakan secara hybrid pada Minggu, 4 September 2022.
Dia mengungkapkan biasanya jumlah mahasiswa baru per semester berkisar di angka 30 - 40 ribu, tetapi kini melesat menjadi 144 ribu. Dengan demikian jika ditotal keseluruhan mahasiswa UT sekitar 500 ribu orang.
BACA JUGA: Bambang Soesatyo Dukung Universitas Terbuka Terjun ke Dunia Metaverse, Ini Harapannya
Yang menggembirakan, kata Prof Ojat, mahasiswa UT kini 70 persennya berusia di bawah 30 tahun. Itu menunjukkan UT makin dicintai dan diterima masyarakat. Stigma UT hanya untuk guru, orang yang sudah bekerja, orang tua mulai terkikis.
"Banyak anak lulusan SMA yang masuk UT, tetap secara bersamaan mereka tetap bekerja," terangnya.
BACA JUGA: 4 Kada Berkolaborasi dengan UT Menyiapkan Beasiswa untuk Putra Daerah
Lebih lanjut dikatakan APK secara nasional mencapai 31,11 persen ini jauh dari negara tetangga. Sementara, setiap tahunnya sebanyak 3,5 juta lulusan SMA/SMK. Dari jumlah itu hanya 1,1 jutaan yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sisanya tidak lanjut karena bekerja, nganggur.
Itu sebabnya, ujar Prof Ojat, harus ada program wajib kuliah dan itu butuh dukungan politik dari DPR.
Prof Ojat menyebutkan UT satu-satunya PTN yang bisa menjangkau seluruh daerah pelosok. Tidak ada seleksi di UT cukup dengan ijazah SLTA, biayanya terjangkau.
"Merdeka belajar yang sesungguhnya ada di Universitas Terbuka," tegasnya.
Pada kesempatan sama Dewan Pengawas UT Prof Ainun Na'im mengatakan Universitas Terbuka merupakan pilot project yang besar dan berhasil. Keunggulan UT dilihat dari fleksibilitas.
UT banyak menyelesaikan masalah di perguruan tinggi dengan fleksibilitasnya.
"Mahasiswa di perguruan tinggi lain bisa mengambil mata kuliah di UT. Saat ini masih gratis. Selain itu, UT memberikan ijazah dan sertifikat kepada lulusannya sehingga siap bekerja," tuturnya.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang ikut hadir menyampaikan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) harus memperbesar beasiswa untuk anak-anak kurang mampu agar bisa kuliah di UT. UT lebih terjangkau dan fleksibel. Yang sudah menikah tidak perlu meninggalkan keluarganya.
"Kemendikbudristek harus mengubah pola pemberian beasiswanya. Sebab, satu beasiswa di perguruan tinggi lain bisa membiayai beberapa mahasiswa di UT,' terang Bamsoet.
Rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-38 UT, telah dimulai sejak 22 Juni 2022. Kegiatan yang melibatkan seluruh civitas academica termasuk para mahasiswa dan seluruh pegawai, turut berpartisipasi dalam kegiatan lomba-lomba di Disporseni Nasional. Juga pelaksanaan seminar hingga pengukuhan Guru Besar. Tema Dies Natalis ke-38 UT adalah ”Bangkit dan Maju Bersama dalam Tatanan Baru PTNBH.”
Pada kesempatan Dies ke-38 ini UT meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Perencanaan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban keuangan (SIPPP). Ini adalah sistem informasi tata kelola yang terintegrasi dan menghubungkan seluruh sumber daya yang ada di lingkungan Universitas Terbuka.
Sistem ini menurut Prof Ojat, dikembangkan dengan arsitektur microservice. Dengan adanya SIPPP dimungkinkan pengambilan keputusan yang cepat oleh manajemen karena informasi data tersedia secara real time. Selain itu, penghematan kertas terjadi karena SIPPP mengaplikasikan output berupa dokumen digital. Selanjutnya proses bisnis jauh lebih singkat karena sistem terintegrasi.
Selain SIPPP, ada pula peluncuran Aplikasi Kerja Sama atau yang dikenal dengan AKSARA.
Sebagai upaya pengembangan SDM di UT, dilakukan pula peluncuran UT-Corpu dan pencanangan kegiatan budaya kerja organisasi yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai yang mencakup: kualitas, integritas, inovasi, aksesibilitas, relevansi, dan akuntabilitas (KIIARA), menjadi bagian dari acara puncak dies kali ini. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad