Menunggu Janji Beli Sapi

Sapi Dekil, Produksi Susu Turun Drastis

Jumat, 19 November 2010 – 07:43 WIB

SLEMAN - Janji pemerintah pusat untuk membeli ternak para pengungsi korban Merapi hingga kini tak juga ada kejelasanSejak dilontarkan janji tersebut paska letusan Merapi, kepastian kapan ternak akan dibeli pemerintah pusat tak juga didapat para peternak

BACA JUGA: Kapolres Dihadirkan di Persidangan Gaji 13

Padahal, kini mereka dalam keadaan serba terhimpit dan berpotensi merugi.

Hal ini dialami para peternak sapi perah
Mereka mengeluhkan tidak adanya kepastian pembelian sapi tersebut

BACA JUGA: Pimpro Irigasi Divonis 2,6 Tahun

Padahal, kondisi sapi-sapi milik peternak yang kini berada di tempat-tempat penampungan sudah semakin mempriihatinkan
Beberapa siantaranya sudah terserang penyakit mastitis (puting) dan penyakit kuku serta mulut.

"Saya terpaksa menjual sapi saya yang sudah induk dengan harga Rp 5,5 juta

BACA JUGA: Dua Jam Kubur Diri, Ketua PAPMIB Pingsan

Padahal harga jualnya bisa mencapai Rp 15 jutaIni saya lakukan karena butuh uang untuk berbagai kebutuhan," ungkap Tri Suwarno, peternak sapi perah asal Dusun Boyong di tempat penampungan sapi Lapangan Tlogoadi, kemarin (18/11).

Pembelian sapi oleh para 'bakul dengan harga rendah mulai terjadiDi tempat penampungan ternak Tlogoadi, hingga kini sudah ada sedikitnya 40 sapi yang dijual dengan harga sepertiga harga pasaranSelain hal ini terjadi lantaran belum adanya kejelasan dari pemerintah soal janji pembelian sapi, penjualan sapi ke tengkulak juga terjadi akibat sudah mulai banyak sapi yang sakit dan tak produktif menghasilkan susu.

"Peternak berpikir, kalau sapi tidak dijual segera, nanti akan semakin rugiKarena sapi-sapi yang masih sehat saat ini sebenarnya sedang menunggu sakit karena tempatnya yang tak sesuai untuk kandang sapi perah," ujar Ketua Koperasi Susu Wargamulya Pakem Danang Iskandar.

Dinas Pertanian, perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman juga mengaku bingung dengan janji pemeritah pusat untuk membeli sapi para pengungsi"Tak ada kejelasan mekanismePadahal peternak juga butuh kejelasan segeraMasalah lain, nanti kalau pemerintah jadi beli sapi-sapi itu, lalu akan ditempatkan dimana?, siapa yang merawat?, apakah iya akan dibawa ke Jakarta?" ujar Kepala Dinas Pertanian Riyadi Martoyo.

Saat ini, sudah ada 46 sapi di tempat penampungan Tlogoadi yang masuk dalam daftar tunggu untuk dibeli pemerintahNamun, ke 46 sapi ini juga membutuhkan kejelasan segera karena jika berlarut-larut, ancaman terkena penyakit sudah menghadang

Menteri Pertanian Suswono yang kemarin sempat meninjau tempat tersebut juga tak menyampaikan kepastian kapan sapi-sapi tersebut akan dibeliIa hanya mengungkapkan, saat ini diprioritaskan pada masa tanggap darurat mahkluk hidup"Untuk sawah-sawah yang rusak atau tanaman pertanian lain yang rusak, nantinya juga akan direhabilitasi," tegasnya

Sapi perah memerlukan penanganan perawatan berbeda dari sapi biasaSapi perah membutuhkan kandang yang bersih dengan bangunan permanen, serta harus dimandikan minimal dua kali sehariIni harus dilakukan untuk mencegah penyakit puting sapi rusak yang akan berpengaruh pada produksi susu yang dihasilkan.

Rejo, warga Dusun Boyong yang juga menitipkan 30 ekor sapinya di tempat penampungan ternak Tlogoadi mengeluhkan kondisi tempat penampungan yang kumuhSapi hanya ditempatkan di lapangan yang jeblok akibat hujan, sementara pelindung atapnya hanya dari terpal plastik yang menyebabkan hawa semakin panas

Sapi-sapi menjadi dekil karena mendekam diatas lumpur yang sudah bercampur kotoranIni yang menyebabkan sapi-sapi tersebut mengalami kerusakan di bagian puting dan menderita penyakit kuku dan mulut"Sapi-sapi saya banyak yang tak bisa diperahKebanyakan rusak di bagian putingnyaKalau sudah rusak, sapi tak mau diperah dan justru keluar nanah.Ini yang menyebabkan produksi susu menurun drastisKerugian yang saya derita lebih dari Rp 100 ribu per hari," ungkap peternak sapi perah Rejo asal Dusun Boyong yang menitipkan 30 sapinya di lapangan Tlogoadi.

Dikatakan, jika biasanya sapi-sapinya bisa menghasilkan sekitar 10 liter per hari, kini setelah berada di tempat penampungan, hasil susu tak lebih dari setengahnyaBahkan, ada sapinya yang sama sekali tak menghasilkan susuRejo lantas membandingkan kondisi kandang di rumahnya dengan tempat penampungan sementara.

Kandang sapi yang da di rumah rejo, dikatakan sudah berbentuk bangunan permanen dan alasnya menggunakan karpetDalam sehari, kandang dibersihkan dua kali, sehingga susu sapi yang dihasilkan pun tak tercemar oleh kotoran seperti lumpur seperti yang terjadi sekarang.

Senada, Yitno Sukamto juga mengeluhkan kondisi tempa penampungan sementara sapi-sapinyaGara-gara tempatnya kotor, beberapa sapinya mengalami penyakit putting rusakSehingga jika disentuh, sapi justru menendang-nendangkan kakinya dan tak mau diperah.

Yitno dan Rejo bahkan berencana segera memulangkan sapi-sapinya ke rumahnya yang berada di Dusun Boyong, meski status Merapi masih dinyatakan berbahaya"Bagaimana lagi?, kalau seperti ini terus, lama-lama sapi-sapi saya bisa sakit dan sama sekali tak menghasilkan susuMungkin kalau keadaan sudah terjepit dan seperti ini terus, terpaksa sapi-sapi saya jual," keluh Yitno.

Rejo yang mengaku telah mendaftarkan lima sapinya untuk dijual kepada pemerintah juga ingin segera memperoleh kepastian kapan pemerintah akan membeli sapi-sapinyaNamun jika berlarut-larut, ia juga berpikir akan mengembalikan sapi-sapinya ke kandangnya yang ada di Dusun Boyong"Wong sebenarnya daerah saya daampak letusan Merapi tidak parah kok, Cuma penuh debu saja,' katanya bersikeras(nis)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ICMI Papua Galang Dana Bencana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler