jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Asep Saefuddin menilai pernyataan Presiden Joko Widodo agar masyarakat Indonesia berdamai dengan Covid-19, sangat filosofis dan bermakna dalam.
Bila tidak memahami esensinya, seolah-olah rakyat Indonesia disuruh tenang, tidak usah khawatir, dan bisa berperilaku seperti dalam keadaan normal.
BACA JUGA: Pak Jokowi Perlu Tahu, Ada Hal Mengejutkan di Jerman, Miris
"Pemaknaan berdamai di sini saya menerjemahkannya sebagai pemahaman yang benar terhadap virus Covid-19 ini. Sehingga kita mengetahui sifat virus itu, bagaimana pola penyebarannya, daya tahannya dan lain-lain," kata Prof Asep kepada JPNN.com, Senin (11/5).
Secara psikologi, lanjutnya, kita tidak perlu membenci virua Corona. Juga tidak boleh terlalu khawatir dan ketakutan berlebihan.
BACA JUGA: Tidak Sia-sia Jenderal Idham Azis Menunjuk Komjen Listyo Sigit, Top!
Karena ketakutan dan kekhawatiran itu sudah menjadi bagian dari sakit yang akan berakibat daya imun menurun.
"Hal ini sudah disampaikan Ibnu Sina pada puluhan abad yang lalu. Ibnu Sina atau Avicenna adalah Bapak Kedokteran Modern yang juga dikagumi dokter-dokter barat," cetus rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini.
BACA JUGA: Tantowi Yahya Cerita, Aa Gym: Aduh, Air Mata Saya Mau Meleleh
Pengertian “damai” adalah memahami (understanding) situasi, agar masyarakat menjadikan Covid-19 sebagai pengingat agar terus berperilaku bersih dan sehat (PHBS), menjaga jarak sosial dan fisik, melakukan penyemprotan desinfektan di tempat tertentu.
Kemudian mencuci baju setelah pulang dari pasar, tetap jaga jarak walaupun di pasar, tidak melakukan cipika cipiki, dan lainnya yang menyebabkan adanya transmisi virus.
Dia mencontohkan berdamai dengan Covid-19 yang baik, telah terjadi di Vietnam. Mereka tetap tertib walaupun di pasar rakyat.
Tidak berdesak-desakan, semua teratur, tertib, tenang dan damai, walaupun di sana tidak ada lockdown.
"Pada saat damai dalam arti tidak panik berlebihan itu, para peneliti pun bisa segera menemukan serum anti Covid-19 atau bahkan vaksin. Tanpa perdamaian dan ketenangan sulit para peneliti mempelajari detail dari Covid-19 ini, sehingga serum anti-Covid-19 pun hanya ramai diperbincangkan tanpa ada wujud hasilnya," tuturnya.
Lewat perdamaian ini juga Covid-19 mengajari manusia untuk cuci tangan dengan sabun setidaknya 30 menit sekali.
Perilaku itu sangat sesuai dengan ajaran agama Islam bahwa kebersihan itu sebagian dari iman.
"Nah di sini Covid-19 telah menyadarkan kita tentang pentingnya kebersihan. Dengan demikian, bila tugas Covid-19 itu sudah selesai, yakni manusia semakin disiplin secara individu dan masyarakat, virus akan hilang dengan sendirinya," ucapnya.
"Damai itu juga berarti secara jernih kita bisa mengerti bahwa di dalam kesulitan itu selalu ada hikmah. Tanpa damai, kita hanya panik, yang menyebabkan kehilangan ide dan kreativitas," sambung Asep. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad