jpnn.com - Setiap musim dingin, Pulau Hokkaido, Jepang, selalu ramai dikunjungi wisatawan. Salah satu daya tariknya adalah Festival Salju di Kota Sapporo yang tahun ini merupakan perhelatan ke-65.
TOMY C. GUTOMO, Sapporo
BACA JUGA: Wisma Tuna Ganda, Tempat Memuliakan Orang-Orang Tak Diinginkan
SELAMA sepekan, Odori Park menjadi tempat paling ramai di Sapporo, kota terbesar di Pulau Hokkaido, tepatnya pada 5-11 Februari 2014. Setiap tahun tidak kurang dari 2,6 juta wisatawan datang untuk menyaksikan Festival Salju yang diadakan di bulevar sepanjang 1,5 km itu
Menurut Saori Komuro, senior staff promotion department Hokkaido Tourism Organization, setiap musim dingin tiba, banyak warga Jepang memanfaatkannya untuk berlibur ke Hokkaido. Dari seluruh pengunjung, 60 persen merupakan warga Jepang. Sisanya dari berbagai negara. Yang terbanyak dari Hongkong, Tiongkok, Taiwan, dan Korea. "Makanya, hotel di Sapporo saat ini penuh semua. Itu di-booking sejak jauh-jauh hari," ujar Saori.
BACA JUGA: Kurang Semriwing, Didi Kempot Tak Bisa Nyanyikan Stasiun Balapan
Bersama empat wartawan Indonesia lainnya, Jawa Pos berkesempatan menyaksikan Sapporo Yuki Matsuri (Festival Salju Sapporo) pada 7 Februari 2014, atas undangan Japan Tourism Agency (JTA) dan Japan National Tourist Association (JNTA) serta difasilitasi oleh All Nippon Airways (ANA). Ratusan ukiran dan pahatan es dipajang di festival tersebut. Mulai yang berukuran paling kecil, setinggi 2 meter, hingga yang raksasa setinggi 12 meter.
Ada 12 blok di Odori Park yang digunakan untuk festival. Pengunjung bisa mulai dari blok pertama di TV Tower, menara jam yang merupakan salah satu landmark Kota Sapporo.
BACA JUGA: Selamatkan 100 Bayi Prematur di Rumah-rumah
Cuaca hari itu yang cukup dingin, minus enam derajat Celsius, disertai angin dan hujan salju tidak mengurangi animo pengunjung. Sejak dibuka pukul 09.00 pengunjung langsung tumplek blek, mulai anak-anak hingga lansia. Tampak sembilan lansia dari sebuah panti jompo di Sapporo juga tak mau kehilangan momen tahunan tersebut. Para lansia itu didorong menggunakan kursi roda dan mengenakan sleeping bag untuk melindungi badan dari dinginnya salju.
Para lansia itu terlihat tersenyum senang saat berfoto di blok 8, tepatnya di depan miniatur es Tomb of Itmad-Ud-Daula, sebuah bangunan makam di Agra, 180 km tenggara kota New Delhi, India. Bangunan es itu merupakan salah satu bangunan raksasa di ajang Sapporo Snow Festival tahun ini. Tinggi 12 meter, lebar 21 meter, dan panjang 23 meter. Dibutuhkan 2.250 ton salju atau sekitar 450 truk dengan kapasitas masing-masing 5 ton. Butuh waktu 30 hari, sejak 6 Januari untuk membuat bangunan tersebut.
Kuburan es Itmad-Ud-Daula merupakan proyek bersama antara Hokkaido Television Broadcasting (HTB) dan Angkatan Beladiri Jepang (Japan Ground Self-Defense Force/JGSDF), Engineer Company, dan Signal Company. Total ada 3.800 orang terlibat dalam proyek tersebut.
Bangunan es raksasa lainnya yang menarik perhatian pengunjung adalah Gedung Sultan Abdul Samad, sebuah bangunan bersejarah berarsitek Inggris yang berdekatan dengan menara kembar Petronas di Dataran Merdeka, Kuala Lumpur. Bangunan di blok 7 itu merupakan persembahan Hokkaido Broadcasting Co Ltd, bersama Kementerian Pariwisata dan Budaya Malaysia, Kedutaan Besar Malaysia, dan All Nippon Airways (ANA). Bangunan dengan tinggi 18 meter, lebar 28 meter, dan panjang 20 meter dikerjakan selama 29 hari. "Ada 20 seniman yang merancang bangunan itu," ujar salah seorang pemahat dari Malaysia yang berada di blok 11.
Di blok 11, international plaza, diselenggarakan kontes patung salju internasional yang diikuti sembilan negara, yakni Malaysia, Polandia, Taiwan, Thailand, Hongkong, Amerika Serikat, Korea Selatan, Hawai, dan New Zealand. "Tahun lalu Indonesia juga ikut," kata Toshihiro Kamba, seorang guide dari Japan Guide Association. Indonesia mendapatkan juara tiga di kontes tersebut.
Sapporo Snow Festival juga surga bagi anak-anak. Beberapa both menyediakan permainan salju bagi anak-anak. Misalnya, stan Nissin, menyediakan perosotan salju menggunakan papan luncur dan ban. Penggemar ice skating juga disediakan tempat khusus di blok I. Begitu juga penggemar jumping ski disediakan fasilitas khusus.
Atraksi jumping ski yang dimulai pukul 11.00 merupakan acara yang paling ditunggu para pengunjung. "Mulai pemula sampai profesional tampil di sini," kata Toshi, sapaan Toshihiro Kamba.
Sebelumnya, Jawa Pos menyaksikan The 34th Susukino Ice Festival 2014 di Sapporo dan Sounkyo Ice Waterfall Festival di Kota Sounkyo. Festival es Susukino digelar tak jauh dari Odori Park. Jalan Susukino ditutup dan disulap menjadi ajang pameran pahatan es. Dari pagi hingga malam ribuan pengunjung memadati area tersebut.
Para turis yang ingin berfoto juga dimudahkan. Panitia menyediakan petugas khusus untuk menjadi juru foto bagi pengunjung. Tidak hanya difotokan, pengunjung juga akan dipinjami patung hati dari es sebagai pemanis foto.
Lain lagi dengan Sounkyo Ice Waterfall Festival yang diadakan di Kota Sounkyo, sebuah kota di dataran tinggi Hokkaido, 200 km dari Sapporo. Lokasi festival di seberang Hotel Taisetsu, Sounkyo, tempat Jawa Pos menginap. Festival dibuka pada malam saat suhu udara mencapai minus 16 derajat Celsius. Pengunjung bisa menikmati stalaktit buatan dari salju dan dihiasi sinar lampu berwarna-warni.
Setelah puas kedinginan, para wisatawan bisa berendam di kolam air panas yang tersedia di hampir semua hotel di Sounkyo. Air panas kolam tersebut berasal dari sumber mata air alam di Sounkyo. Tak heran kalau bau belerang masih tercium saat berendam. Untung saja, kolam untuk pria dan wanita dipisah. Sebab, saat berendam pengunjung harus menanggalkan semua pakaian alias telanjang bulat.(*/c2/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidur tak Nyenyak, Mandi pun Harus Ngebut
Redaktur : Tim Redaksi