Menyisipkan Nilai Empat Pilar Dalam Pentas Seni dan Budaya

Minggu, 18 Desember 2016 – 07:55 WIB
Lukman Edy. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - PEKANBARU - Sosialisasi Empat Pilar MPR bisa dilakukan dengan beragam cara, salah satunya lewat pentas seni dan budaya.

Seperti yang digelar di hadapan ratusan warga Kelurahan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Sabtu (17/12). Dalam kegiatan tersebut, anggota MPR dari Fraksi PKB, Lukman Edy mengungkap pentas seni merupakan salah satu cara efektif mensosialisasikan budaya.

BACA JUGA: Dibentuk Tim Khusus Awasi Orang Asing

"Bila di tempat komunitas Jawa biasanya membikin acara pertunjukan wayang kulit, di daerah transmigrasi yang penduduknya dari Jawa pun kita mengadakan pertunjukan wayang kulit. Kemudian kalau di Jawa Barat mengadakan pertunjukan wayang golek," ujarnya.

Lebih lanjut Lukman, di Kota Pekanbaru salah satu pentas seni yang cocok adalah dengan mengelar kebudayaaan masyarakat Minang, Melayu, dan Batak." "Salah satunya yang cocok adalah Kesenian Irama Minang (KIM)," paparnya.

BACA JUGA: Pemerintah Tiongkok Harus Tertibkan Warganya yang Masuk ke Indonesia

Menurut Lukman, pada masa Wali Songo, para wali menggunakan pentas wayang untuk menyiarkan agama Islam. Padahal pada masa itu ada anggapan ada beberapa hal dalam wayang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. "Meski demikian, oleh Wali Songo beberapa hal yang tak sesuai dengan nilai Islam itu diluruskan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam," ujarnya.

Dia berharap, KIM juga digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. "Masukkan nilai-nilai Empat Pilar," tambahnya.

BACA JUGA: Fatwa Haram Penggunaan Atribut Non-Muslim Perkuat Toleransi

Dalam kesempatan yang sama, anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar, Idris Laena, menuturkan sosialisasi lewat pentas seni dan budaya bisa dilanjutkan di daerah-daerah lainnya.

"Apakah ada ideologi yang bisa menyatukan sebuah bangsa? Tidak. Contohnya Uni Soviet yang memiliki ideologi komunis namun negara itu pecah menjadi banyak negara," katanya.

Timur Tengah pun demikian. Kawasan itu memiliki banyak kesamaan dalam budaya, bahasa, bahkan agama. Namun kawasan itu selama ini mengalami perpecahan dan konflik. "Dengan demikian ideologi, budaya, bahkan agama tak bisa menyatukan," ujarnya.

Menurut Idris, yang bisa menyatukan sebuah bangsa adalah perasaan senasib sebagai sebuah bangsa, nasionalisme. Bangsa Indonesia disatukan oleh perasaan senasib yang kemudian dikuatkan dengan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. "Empat hal tersebut selama ini telah kita amalkan," pungkasnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara Memeriksa Kondisi Rumah Pascagempa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler