jpnn.com - Gambaran tentang kasino langsung terlintas ketika nama Macao disebut. Maklum, wilayah khusus di Tiongkok yang pernah menjadi koloni Portugal itu memang dibangun dari uang judi.
Laporan Ayatollah Antoni, Macao
BACA JUGA: Ada Tiongkok di Balik Kudeta Zimbabwe?
PESONA Macao tak melulu judi. Wilayah dengan luas kurang lebih 30 kilometer persegi itu juga memiliki lokasi-lokasi religius yang memesona.
Melalui program media familiarization trip atau famtrip beberapa waktu lalu, Macao Government Tourism Office (MGTO) yang bekerja sama dengan AirAsia Indonesia membawa rombongan pewarta dari Jakarta untuk menyusuri sejumlah tempat eksotis di pulau yang terletak di pesisir selatan Tiongkok itu.
BACA JUGA: AS Beri Label Diktator, Tiongkok Malah Jadi Donor
Berada di bawah kekuasaan Portugal selama kurang lebih 400 tahun membuat Macao memiliki gereja-gereja Katolik berbentuk klasik dengan area terbuka yang luas di depannya.
Di daftar teratas tentu saja reruntuhan Gereja St Paul atau Ruins of St Paul’s yang ikonis.
BACA JUGA: Kesenian Indonesia Bius Delegasi Tiongkok
“Seperti belum ke Macao kalau tidak ke sini,” tutur Wati, seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Tegal yang bekerja sebagai pelayan toko suvenir di dekat Ruins of St Paul’s.
Pada 1835, api melahap bangunan peninggalan 1602 yang mulanya untuk kolese dan gereja itu. Kebakaran itu menyisakan dinding depan yang memiliki ornamen perpaduan Barat dengan Timur, fondasi, dan tangga.
Namun, di bagian belakang reruntuhan ada ruang bawah tanah. Setelah menuruni tangga di sisi kanan reruntuhan, pengunjung Ruins of St Paul’s akan sampai di sebuah ruangan batu dengan salib di atasnya.
Gundukan batu dengan salib di atasnya di bagian belakang Ruins of St Paul's di Macao. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com
Ruangan itu sering dimanfaatkan untuk berdoa. Di sampingnya ada ruangan yang kini menjadi museum. Isinya adalah barang-barang milik pastor Gereja St Paul saat masih berdiri utuh.
Walakin, Macao sebagai bekas koloni Portugal tak hanya memiliki Gereja St Paul. Ada sejumlah gereja Katolik berupa bangunan kuno yang masih terawat dengan latar luas di depannya.
Tak jauh dari St Paul ada Katedral. Dari Ruins of St Paul’s ataupun Senado yang selalu jadi konsentrasi para turis di Macao, Katedral bisa dijangkau dengan jalan kaki menyusuri pertokoan.
Jarak Katedral dari Ruins of St Paul’s kurang dari 500 meter. Katedral yang dibangun pada 1622 itu merupakan salah satu gereja terpenting di Macao.
Ornamen bagian depannya sederhana dan dihiasi dekorasi jendela kaca. Namun, di dalam Katedral itu tersimpan artefak bersejarah.
“Di bawah altar di dalam gereja ada tulang-tulang pastor dari abad 16 dan 17,” ujar Cecilia Ng, seorang pemandu wisata di Macao yang sudah 28 tahun menekuni profesinya.
Tak jauh dari Katedral ataupun Ruins of St Paul’s ada gereja Katolik lainnya. Namanya, Gereja St Dominic.
Altar Gereja St Dominic di Macao. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com
Dibangun pada 1587, St Dominic menjadi gereja tertua di wilayah Tiongkok. Di dalamnya juga terdapat museum berisi lebih dari 300 koleksi artefak peninggalan warga Macao penganut Katolik.
Selain itu, Gereja St Dominic juga punya tradisi tahunan bernama Procession of Our Lady Fatima. Setiap 13 Mei di sore hari, ada sejumlah perempuan berpakaian serbaputih yang mengarak patung Bunda Fatima dari St Dominic menuju Kapel Penha di puncak Bukit Penha.
Ada pula sejumlah gereja lainnya di Macao Semenanjung yang bisa dijangkau dengan jalan kaki. Misalnya, Gereja St Lawrence peninggalan pertengahan 1600-an yang bergaya neoklasik.
Tak jauh dari Senado Square juga ada Gereja St Agustine peninggalan akhir abad 16. Gereja itu mulanya bangunan dari kayu untuk seminari yang didirikan pastor asal Spanyol pada 1586.
Setiap Paskah, penganut Katolik mengarak salib dari Gereja St Agustine menuju Katedral. Salib itu semalam diinapkan di Katedral dan baru dikembalikan ke Gereja St Agustine keesokan harinya.
Berdekatan dengan Gereja St Agustine terdapat Gereja dan Seminari St Joseph. Bangunan bergaya Baroque yang dibangun pada 1758 itu juga memiliki relik dari misionaris pertama di kawasan Asia Timur.
Adapun gereja tua lainnya di Macao Semenanjung yang tak jauh dari Senado Square ialah St Anthon. Bangunan peninggalan 1560 yang merupakan salah satu gereja tertua di Macao itu masuk dalam UNESCO World Heritage.
Ada juga gereja Katolik lain yang juga menarik dikunjungi. Namanya Kapel St Francis Xavier di Pulau Coloane.
Bangunan yang didirikan pada 1928 itu ibarat versi mini dari Gereja St Dominic di Macao Semenanjung. Meski ukurannya kecil, Kapel St Francis Xavier memiliki nilai sejarah besar.
Di dalam kapel yang didominasi warna kuning gading itu terdapat peninggalan penting dari para misionaris yang awal-awal menyebarkan Katolik di Asia Timur. “Fransiskus Xaverius juga pernah singgah di Coloane,” tutur Cecilia.
Kapel St Francis Xavier di Pulau Coloane, Macao. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com
Daya tarik Kapel St Francis Xavier sering membuatnya sebagai lokasi shooting. “Jackie Chan pernah shooting di sini,” kata Cecilia menyebut nama bintang film Mandarin kondang itu.
Sebagai wilayah Tiongkok, Macao juga punya kelenteng. Yang terbesar adalah A-Ma di Largo da Barra.
Dari A-Ma pula nama Macao muncul. Kisahnya bermula ketika pelaut Portugal singgah di A-Ma dan menanyakan nama tempat sembahyang warga lokal itu.
Warga setempat kala itu menyebut kelenteng itu dengan nama A-Ma Gau. Namun, pelaut Portugal menerjemahkannya menjadi Macao.
Setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 18.00, kelenteng yang dibangun di bukit itu ramai oleh wisatawan ataupun warga yang hendak bersembahyang.
“Kelenteng ini diyakini sebagai bangunan tertua di Macao,” sebut Cecilia yang memiliki ibu asal Indonesia.
Lokasi A-Ma memang eksotis karena kelentengnya ada di bukit. Di depannya ada Barra Square yang memiliki pemandangan laut.
Kelenteng A-Ma di Largo da Barra, Macao. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com
Di samping kanan gerbang kelenteng juga terdapat loyang atau kenceng berisi air. Kenceng itu licin. Mitosnya, pengunjung yang datang dengan niat baik bisa mencipratkan air di dalam kenceng meski hanya dengan mengelus-elus bagian pinggirnya.
“Pakai daun ini biar tidak licin,” ujar Cecilia menyarankan pengunjung untuk meremas daun yang membuat tangan keset sehingga ketika mengelus kenceng bisa menggetarkan air di dalamnya.
Selain A-Ma, kelenteng beken lainnya di Macao adalah Sam Kai Vui Kun. Lokasinya sangat dekat dengan Senado Square.
Kelenteng itu mulanya bukanlah bangunan untuk beribadah. Awalnya, gedung itu untuk pertemuan para pedagang.
Bagaimana dengan tempat beribadah untuk muslim? Di Macao ada masjid. Lokasinya di 4 Ramal Dos Moros yang menyatu dengan pemakaman.
“Masjid cuma ada satu di sini,” kata Cecilia.
Satu-satunya masjid di Macao itu lebih beken disebut Mesquita e Cemitério de Macau. Areanya cukup luas karena menyatu dengan permakaman bagi warga muslim.
Masjid yang dikelola Islamic Association Macau di Macao. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com
Namun, bangunan masjidnya memang tak seluas lahan permakaman. Lebar bangunan masjid hanya sekitar 6,5 meter, sedangkan panjangnya 12 meter.
Pengurus masjidnya sebagian besar adalah warga negara Pakistan. Di kompleks itu pula terdapat kantor Islamic Association Macau atau Associacao Islamica de Macau. Ketuanya adalah Ahmed Din Khan, sedangkan wakilnya Fazal Dad.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ledakan Misterius Guncang Ningbo, Polisi Ogah Buka Mulut
Redaktur & Reporter : Antoni