Meramal dengan Tarian dan Menarik Energi Gerak

Sabtu, 31 Juli 2010 – 15:43 WIB
Peramal identik dengan bola lampu dan pakaian yang serba gelapNamun tentu saja, tidak semua peramal bergaya ala peramal

BACA JUGA: Dua Guru SD Mesum, Digerebek Warga

Lihat saja Sekartaji Ayuwangi, gayanya jauh dari hal-hal yang gelap
Ia juga tidak menggunakan bola lampu untuk meramal, tetapi menggunakan tarian.

ARFIANA KHAIRUNNISA, Sleman


SEKARTAJI Ayuwangi lebih senang disapa Artha

BACA JUGA: Ciamis Terima 204 Formasi CPNS Baru

Ketika ditemui di Warung Mbak Sasha, Deresan, Sleman, Jogja, Artha mengenakan baju hijau cerah dan senyum manis menyapa Radar Jogja
Sudah sejak SMA ia bisa meramal nasib seseorang dengan menggunakan beragam media, mulai dari garis tangan, kartu tarot, kartu drupadi bahkan wajah.

Artha tak mau hanya berhenti di situ saja

BACA JUGA: Paparkan Disertasi, Korban Lapindo Berapi-api

Artha yang juga seorang penari, ingin bereksplorasi dalam meramalMaka ia pun mencoba untuk meramal melalui tarianMenurutnya, baru dialah yang meramal dengan menggunakan tari di Indonesia"Konsepnya, saya meramal dengan gerakan menari, saya membaca energi seseorang kemudian saya tarik dengan gerakan-gerakan," ujar Artha ketika ditanya tentang konsep ramal tarian ini.

Secara teknis, Artha melakukan tarian dengan menarik energi seseorangLewat gerakakknya, seseorang yang ditarik energinya tersebut dapat dianalisis nasibnya melalui energi yang keluar dari tubuh, fikiran dan jiwanya yang akan menentukan proses alam terhadap nasibnyaArtha menari sambil meramal diiringi oleh alunan musik tertentuSedang yang diramal, harus dalam keadaan diam sehingga ia bisa menangkap energi orang tersebut.

"Dari tarikan gerakan-gerakan itu dengan berbicara atau menggumam saya bisa tahu bagaimana nasib seseorang tersebut, misalnya rejeki, percintaan dan kesehatanTapi itu berlaku pada energi orang tersebut pada waktu diramal, jadi bisa berubah-ubah," kata gadis kelahiran 1 Juli 1984 ini.

Ide dan konsep mengenai ramal tarian ini tidak lepas dari proses perjalanan hidup Artha sebagai pelaku seni sekaligus peramalArtha sudah menari sejak berusia 5 tahun, ia belajar tari klasik di Pujokusuman"Saat itu yang membimbing saya Mbak Sandra, putri Fred Wibowo," ujarnya.

Dia tidak hanya berhenti pada tari klasik saja, mahasiswi D3 Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) ini juga tergabung dalam kelompok perempuan penari Limbuk CangikDi kelompok ini ia terbiasa bereksplorasi dengan tari-tari kontemporer.

"Saat menari, saya sering merasakan adanya energi lingkungan sekitar yang sangat kuatMungkin saking mendalami tariannyaSehingga saya pun berpikiran untuk mencari kemasan lain dalam meramal, sebab meramal selama ini tak lepas dari energi juga," jelasnya.

Artha menyadari memiliki anugerah bisa melihat nasib masa depan seseorang, ketika ia masih bersekolah di kelas 2 SMAKetika itu ia seringkali mengalami trance, kerasukanIa bercerita ketika itu dalam seminggu ia bisa mengalami trance hingga tiga kaliKarena seringnya mengalami trance itu, ia kemudian dibawa ke sebuah padepokan untuk diobati.

"Dari situ malah bisa mengendalikan energi yang akan masuk ke tubuhSaya mengendalikannya dengan puasa," ungkapnya yang juga membuka totok wajah di rumahnya, Perumahan Mranggen, Jalan Magelang.

Sejak itulah ia pun menyadari bahwa trance-nya merupakan anugerah ia bisa melihat nasib seseorangMaka secara professional Artha mulai meramal sejak 2007, meski dunia ramal ini ia kenal sejak 2003.

Putri pasangan Tri Samekto dan Hayati ini mengaku bahwa meramal sekarang merupakan bagian dari hidupnyaSetiap hari ia pasti harus meramal seseorang"Kalau nggak meramal, energi saya tertahan, saya jadi sebel sendiri karena energi saya ingin saya keluarkan," kata gadis berambut panjang iniDengan meramal juga, ia bisa bertemu dengan banyak orang dengan beragam karakterIa pun senang bisa mempelajari karakter setiap orang dan kemudian bisa ia jadikan bahan tulisannya.

"Saya senang menulis puisiMempelajari karakter orang bisa menjadi inspirasi untuk menulis puisi, misalnya ketika saya menulis puisi di atas kanvas," ujarnya.

Dari jam terbangnya sebagai peramal yang sering meramal di berbagai even ini, ia akan mengembangkan meramal melalui tarianSebab ini juga merupakan sebuah nilai seni karena termasuk dalam performance art.

"Tapi saya tidak menjamin kalau setiap melakukan ramal tari saya tidak akan mengalami trance, tergantung energi saya jugaMakanya untuk melaunching ramal tarian saya di Cups Café tanggal 1 Agustus besok jam 6 sore, saya pun berpuasa," promonyaArtha yakin bahwa ramal tarian yang baru pertama kali di Indonesia ini dapat menjadi alternatif pilihanBaik itu di dunia ramal sendiri maupun di dunia berkeseniannya.(*/aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dikira Penculik Dihajar Massa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler