jpnn.com, BANDAR LAMPUNG - Lebih sepekan lagi, umat Islam akan memasuki bulan Ramadan. Meski begitu, saaat ini geliatnya mulai terasa.
Bulan suci dinanti-nanti segenap umat muslim di dunia untuk beribadah secara totalitas.
BACA JUGA: Dari Bandung Nekat Tur di 20 Kota Eropa, Nyaris Ditangkap Polisi
Heflan Rekanza - Radar Lampung
Di Bandarlampung, Provinsi Lampung, geliang bulan ke-9 dalam penanggalan Hijriah juga sudah nampak.
BACA JUGA: Heboh Pemuda Desa Nikahi Dua Wanita Sekaligus
Para pedagang di pasar tradisional hingga swalayan mulai menyediakan aneka penganan yang biasa disediakan ketika berbuka puasa.
Di Pasar Mambo, Telukbetung, misalnya. Pada pedagang musiman mulai bermunculan. Mereka menjual aneka jenis kue kering.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Salat di Musala Kecil Ini, 2 x 3 Meter
Ada pula yang mulai menjajakan aneka takjil yang biasa dihidangkan saat berbuka puasa. Aneka jenis gorengan dan jajanan pasar terhampar di lapak-lapak pedagang.
Tidak jauh berbeda, di pasar Tugu Bandarlampung juga mulai bermunculan para pedagang kue kering.
Areal parkir yang biasanya lengang ketika sore kini diramaikan dengan kehadiran lapak-lapak pedagang.
Selain aneka jajan pasar, sebagian juga menyediakan kolang-kaling dan cincau yang memang sangat digemari masyarakat sebagai menu berbuka. Kondisi serupa juga terjadi di pasar Panjang.
Ernawati, seorang pedagang kue di pelataran pasar Mambo mengaku sengaja mulai menjual menu berbuka lebih awal sebelum bulan Ramadan tiba.
“Biasanya saya hanya berdagang nasi uduk dan pecel di depan rumah. Tapi kalau bulan puasa, saya jualan menu berbuka. Saya sengaja buka lebih awal biar dapat tempat disini. Biasanya kalau sudah masuk bulan puasa, ramai sekali pedagang disini. Sampai-sampai ada yang rebutan tempat,” ungkapnya.
Menurut Ernawati, dirinya baru dua hari terakhir membuka lapak dagangan disana.
“Alhamdulillah saya buka sudah mulai ramai,” ujar Erna sembari melayani pembeli.
Dari berdagang kue dan menu buka puasa itu, Erna mengaku mendapat keuntungan lumayan. Jika pada hari-hari biasa ketika dia hanya berdagang nasi uduk dan pecel, dalam sehari dirinya hanya bisa meraup Rp 150 ribu-Rp 300 ribu saja.
Namun pendapatan itu melonjak tinggi saat Ramadan tiba. Sehari, dia mengaku, bisa menangguk penghasilan Rp 400 ribu-Rp 500 ribu.
“Padahal saya cuma buka beberapa jam saja yaitu mulai pukul 16.00 hingga setelah adzan Magrib,” tuturnya.
Bahkan dari hasil dagangan itu, Ernawati mengaku tahun lalu putra sulungnya bisa menabung uang hingga dapat membeli motor matik hanya dengan membantunya berdagang.
’’Anak saya memang sangat kepingin punya motor. Dia nggak malu bantu saya dagang. Upahnya membantu dia tabung sehingga sehabis Lebaran terkumpul uang sekitar Rp6 juta dan bisa membeli motor matik second,” terangnya.
Di bagian lain, salah satu pemilik toko baju di pasar Panjang Nani, mengaku mulai menjual busana muslim sejak sepekan terakhir. Sebelumnya dia hanya berjualan pakaian sehari-hari pria dan wanita.
“Kalau bulan Ramadan tahun lalu ramai. Tahun coba-coba lagi jualan baju muslim. Biasanya bulan puasa ramai yang cari baju muslim seperti baju koko dan gamis. Ini aja sudah ada yang beli,” katanya.
Nani menjelaskan, pakaian muslim saat bulan Ramadan sangat laris. Kondisi ini tentu ikut mengerek pendapatan alias omzet tokonya.
Jika pada hari biasa, dirinya hanya bisa mendapat omzet berkisar Rp700 ribu saat bulan Ramadan, bisa meningkat hingga Rp1,5 juta per hari.
“Apalagi nanti di pertengahan bulan puasa. Biasanya kalau rame sehari bisa dapat Rp2 juta-Rp3juta. Waktu mendekati lebaran lebih ramai lagi. Kami buka sampai malam hari,” terang ibu dua anak ini.
Nani bercerita, pada Ramadan tahun lalu penghasilan dari usahanya cukup lumayan. Selama tiga hari menjelang lebaran, dia sanggup meraup untung sebesar Rp25 juta.
“Alhamdulilah setiap Ramadan selalu ada berkah. Toko saya tetap bisa jalan sampai sekarang,” ujar perempuan berdarah Minang ini. (c1/fik)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pernah jadi Ajudan Prabowo, AKP Nanda Diana Ceritaâ¦
Redaktur : Tim Redaksi