Mereka Belajar dari Gempa

Minggu, 07 Oktober 2018 – 18:28 WIB
Kerusakan akibat gempa di Hokkaido, Jepang, awal September lalu. Foto: ABC

jpnn.com - Berada di Ring of Fire membuat Indonesia dan banyak negara lainnya langganan gempa bumi. Sayang, kita bisa dibilang kurang belajar dari bencana. Setidaknya jika dibandingkan dengan negara-negara berikut ini. (sha/c19/hep)

Mereka Belajar dari Bencana

BACA JUGA: Belajar Manajemen Bencana dari Negara-Negara Rawan Gempa

Turki

Titik balik : Gempa bumi 7,6 SR di dekat Istanbul pada 17 Agustus 1999.

BACA JUGA: Lebih dari Separuh Kabupaten Donggala Rusak Parah

Korban : Sedikitnya 17.500 orang meninggal. Kerugian finansial mencapai USD 5 miliar atau sekitar Rp 75,89 triliun.

Pelajaran :

BACA JUGA: Dorong Jadi Bencana Nasional, Jangan Malu Terima Sumbangan

Merekonstruksi ulang 21 gedung dan menambahkan komponen tahan gempa pada 725 bangunan. Mayoritas adalah gedung sekolah dan rumah sakit.

Mengedukasi sekitar 3.600 insinyur tentang pembangunan infrastruktur tahan gempa.

Melatih langsung lebih dari 450 ribu penduduk soal persiapan bencana.

Memberikan pelatihan bencana kepada lebih dari 5 juta warga lainnya secara online alias jarak jauh.

Merumuskan aturan baru soal konstruksi tahan gempa.

Mewajibkan seluruh hunian punya asuransi gempa.

Hasil :

Jembatan Bosphorus yang diresmikan pada 2016 punya keunggulan tahan guncangan.

Jalur kereta api Marmaray dalam terowongan di Selat Bosphorus dirancang tahan gempa berkekuatan maksimal 7,5 SR.

Bandara Internasional Sabiha Gokcen direkonstruksi ulang pada 2009 agar tahan gempa. Tujuannya, akses dengan dunia luar tak putus jika terjadi gempa.

Jepang

Titik balik : Gempa bumi 6,9 SR yang mengguncang Kobe, Prefektur Hyogo, pada 17 Januari 1995.

Korban : Sedikitnya 6 ribu nyawa melayang.

Pelajaran :

Melengkapi seluruh konstruksinya dengan sistem tahan gempa. Termasuk Tokyo Skytree. Saat gempa bumi dan tsunami melanda Jepang pada 2011, sekitar 87 persen bangunan di Tokyo sudah tahan gempa.

Menambahkan sistem peringatan dini gempa dan tsunami pada seluruh telepon pintar. Alarm berbunyi 5 sampai 10 detik sebelum bencana. Bunyi alarm itu ''Jishin desu!'' yang artinya ada gempa.

Melengkapi shinkansen dengan sensor gempa. Begitu ada guncangan, semua kereta langsung berhenti. Pada gempa dan tsunami 2011, 27 shinkansen sedang beroperasi, tapi tidak seorang penumpang pun jadi korban.

Televisi menyiarkan update terbaru bencana dan menginformasikan lokasi-lokasi aman yang bisa jadi tempat berlindung.

Mewajibkan sekolah-sekolah melakukan latihan kedaruratan tiap 1 atau 2 bulan sekali. Sekolah juga harus mengajak siswa berkunjung ke markas pemadam kebakaran dan menjajal simulator gempa untuk melatih kepekaan terhadap bencana.

Setiap rumah tangga punya tas khusus yang berisi perlengkapan esensial dan bisa sewaktu-waktu dibawa saat terjadi bencana. Isinya, air minum, makanan, obat-obatan, dan alat darurat lainnya.

Hasil :

Terowongan khusus di Tokyo yang berfungsi menyimpan air saat terjadi tsunami. Air selanjutnya dibuang ke Sungai Edo agar Tokyo tidak kebanjiran.

Cile

Titik balik : Gempa bumi 9,5 SR yang melanda Cile pada 22 Mei 1960 dan disusul dengan tsunami.

Korban : Sekitar 1.655 orang meninggal.

Pelajaran :

Tiap tahun mengadakan 6 atau 7 kali latihan evakuasi gabungan dengan berbagai negara di beberapa wilayah berbeda.

Memasang sistem peringatan gempa terbaru. Begitu gempa terjadi, sirene meraung-raung sehingga ambulans, tim pemadam kebakaran, dan polisi langsung bergerak.

Mengirimkan alarm gempa dan peringatan dini tsunami ke telepon genggam penduduk.

Mewajibkan gedung-gedung baru tahan gempa hingga 9 SR.

Hasil :

Saat gempa bumi berkekuatan 8,8 SR mengguncang pada 2010 lalu, hanya 6 di antara sekitar 6 ribu gedung di Cile yang rusak. Itu pun hanya 4 yang luluh lantak. Korban jiwa sekitar 525 orang meski gempa terjadi pada dini hari saat sebagian besar orang tidur nyenyak.

Sumber: The Guardian, Irish Time, Japan Times, World Bank

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Dorong Gempa NTB dan Sulteng jadi Bencana Nasional


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler