BACA JUGA: Gaji Turun, Hatta Radjasa Mengeluh
Gerakan yang rata-rata diikuti oleh puluhan hingga ratusan aktivis, pada umumnya menggelar berbagai aksiBumi yang kita tempati perlu kita cintai bersama
BACA JUGA: Kerusuhan Batam Tak Berdampak Ekonomi
Namun sayang, kesadaran manusia untuk mencintai bumi masih sangat rendahBACA JUGA: Seluruh Pegawai KPK Bakal Berkumpul
Tak banyak yang menyadari, bahwa pemanasan global telah membuat alam di negeri tercinta ini murkaBencana alam terjadi di mana-manaBanjir bandang, tanah longsor, dan juga kebakaran hutan sebagai bukti bahwa bangsa ini tidak memiliki kecintaan terhadap bumi yang dipijaknyaMencintai bumi, masih sebatas logan dan teriakan para aktivis lingkungan.:TERKAIT Indonesia sebagai paru-paru dunia tidak lagi hijauBanyak hutan meranggas, ditebas penebang ganas dan liarKini aktivis dan pegiat lingkungan seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) hanya bisa menghimbau dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menyadari pentingnya bumi kitaPentingnya bumi kita tetap hijauKarena, seperti kita tahu, bahwa karbondioksida merupakan kontributor terbesar bagi pemanasan global.Indonesia sebagai paru-paru dunia diharapkan bisa tetap membuat eksis kehidupan ini menjadi lebih baik, selain sebagai penyeimbang sistem ekologi dan ekosistem makhluk yang ada di bumi
Pada umumna aksi hari Bumi berlangsung damaiHanya di Makasar yang sempat diwarnai sedikit onar.Keonaran berawal ketika peserta aksi gagal berdialog dengan para wakil rakyat di gedung DPRD setempatKarena merasa tidak diperhatikan wakil rakyat, para aktivis yang sebagia besar dari sejumlah LSM dan Perguruan tinggi itu ada yang melakukan aksi pelemparan ke gedungDengan alasan pada saat yang bersamaan, pimpin DPRD sedang menerima perwakilan dari LSM Forsda dan nelayan yang datang terkait hari bumi juga.
Jawaban itu yang justru memancing amarah aktivisMereka pun menggelar aksi melempari gedung DPRD Kolaka.Setelah sempat diamankan di mobil patroli polisi, tiga aktivis mahasiswa akhirnya dilepas setelah pimpinan DPRD Parmin Dasir bersedia menerima aspirasi mahasiswa.
Dalam aksinya baik LSM Forsda maupun mahasiswa menyoroti pengelolaan tambang di Kolaka yang mencemarkan lingkunganJabir koordinator Forsda Kolaka mengatakan izin usaha pertambangan yang dikeluarkan pemkab Kolaka kian menghawatirkanPasalnya hampir semua pemegang kuasa pertambangan (KP) membangun dermaga khusus dengan menimbun laut (reklamasi) yang diduga tanpa melalaui proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).“Buktinya desa-desa seperti Hakatutobu, Tambea, Sopura, Oko-oko adalah wilayah yang paling parah menerima sedimentasi lumpur tambangPetani rumput laut dan nelayan disana kehilangan mata pencaharian tanpa adanya kompensasi dari persahaan maupun pemeritah,” terang Jabir(aj/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR Salahkan UU Ketenagakerjaan
Redaktur : Auri Jaya