jpnn.com - GUNUNG Salak dengan segudang keangkeran sering dijadikan ritual poligami manusia dengan jin.
Perkawinan kedua dengan jin ini dilakukan oleh orang-orang yang kepepet atau terdesak kebutuhan ekonomi.
BACA JUGA: Keasyikan Lerem Pundilaras Mengkoleksi Batik Kuno
Laporan :Muhamad Arif Al Fajar
Berbagai syarat berbau klenik harus disediakan jika ingin menikahi dengan jin.
BACA JUGA: Hebatnya si Karate Kid dari Bandung
Mulai dari seserahan, wewanggian, hinggga kemenyan. Namun satu sayarat yang tidak bisa ditawar. Sang pengantin harus beragama muslim. Lantaran putri yang akan dinikahkan diyakini merupakan jin muslim.
---
Angin kencang menghembus tak berseri malam itu. Mengakhiri guyuran hujan yang menyirami tanah pasundan sendari sore hari.
BACA JUGA: Sudah Ratusan Pria Menikahi Putri Jin di Gunung Salak
Udara di kaki Gunung Salak, Kecamatan Cijeruk, pun semakin dingin.
Membuat panasnya kopi yang disajikan Abah Anom Jaya tak terasa.
Malam itu adalah malam dimana seorang manusia manjalankan ritual ijab kabul.
Menikahi mahluk gaib tak kasat mata. Demi mencari keberkahan yang diyakininya.
“Bermalamlah di sini kalau mau ikut naik ke atas untuk mengatar calon pengantin,” ujar Abah Anom sembari mengantarkan wartawan Radar Bogor (Jawa Pos Group) ke kamar petak di kiri ruang tamunya itu.
Kamar berdinding tembok dengan lampu redup seakan melarang wartawan ini tertidur. Udara yang dingin berubah menjadi panas.
Keringat pun bercucuran membasahi wajah hingga punggung. Malam pun semakin larut.
Suara binatang khas perkampungan berdecit saling menyahut.
Suara itupun dibalas dengan pintu depan yang terbuka. Suaranya samar terdengar. “tlak,”
“Assalamu’alaikum,” ucap pria muda berusia kisaran 28 tahun dan seorang wanita berhijab merah.
Ya, pria itu tak lain adalah calon pengantin (pengantin manusia dan jin).
Pria berbadan kurus dengan kemeja putih itu berinisla SA (28). Sementara wanita berkerudug merah adalah istri SA, inisial NH (25).
Keduanya berasal dari Kebon jeruk Jakarta Barat.
Tak lama, Abah Jaya pun keluar menuju ruang tamu. Ia pun mengajak pasangan tersebut ke dalam sebuah kamar berukuran 4x6 meter di sebelah utara rumah Abah.
Ruangan yang cukup pengap. Gelap dan beraroma bunga yang menusuk.
“Sudah siap? Kalau sudah siap mari kita mulai sekarang,” ujar Abah kepada SA. “Insya Allah sudah siap,” jawabnya.
Abah pun langsung memanggil dua orang perempuan yang tak lain adalah anaknya.
Yang satu bernama Sinta (28) dan satu lagi bernama Wiwik (23).
Kedua perempuan tersebut menjadi saksi pernikahan.
Ya, pernikahan dengan bangsa jin pun harus menghadirkan saksi. Begitupun dengan wartawan Radar Bogor yang ada di situ.
Mereka dijadikan saksi untuk pernikahan SA dan putri dari bangsa jin.
Setelah semua siap, ritual ijab kabul dimulai. Mata Abah terpejam. Bibirnya mulai bergereak membacakan sesuatu.
Entah karena mantra atau apa. Yang jelas kamar semakin pengap seakan sulit untuk bernapas.
Sekitar 15 menit berjalan, tangan kanan Abah menghentak ke tanah seraya berkata “Putri Saripoaci hadir,” ucapnya.
Tak lama, angin kencang menghembus seisi ruangan. Bak film horor, lampu pijar kuning redup-nyala.
Bulu kuduk pun dibuat begidig kala sesosok wanita berkemben merah menampakkan wujudnya. “Ayo kita mulai ijab kabulnya,” ucap Abah.
Sinta dan Wiwik pun langsung menyelendangkan kain putih di atas kepala SA dan sosok gaib bernama Nyimas Saripoaci itu.
Usai ijab kabul, sosok misterius tersebut mulai lenyap dari pandangan wartawan Radar Bogor.
Bulu kuduk yang tadinya berdiri bak kesetrum mulai berangsur normal.
Pernikahan usai. Dan seluruh yang ada di sanapun kembali ke rumah Abah.
Untuk melaksanakan pernikahan dengan jin, Abah mengatakan bahwa jin yang akan dinikahkan olehnya meminta pria yang beragama muslim.
Hal itu tak lain karena jin yang akan dinikahkan merupakan jin yang menganut agama Islam.
BACA: Sudah Ratusan Pria Menikahi Putri Jin di Gunung Salak
“Untuk menikah syarat utamanya adalah beragama muslim dan mendapat persetujuan dari istrinya,” tukasnya. (all/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Honorer Menumpang di Rumah Warga, Lihat tuh
Redaktur : Tim Redaksi