Meski Gratis, Aturan Tetap Ketat

Senin, 21 Juni 2010 – 10:07 WIB

AGAK  sulit mencari lokasi SMP Gratis Ibu Pertiwi di wilayah Pancoran Timur, Jakarta SelatanHarus menelusuri kawasan perumahan

BACA JUGA: Riset ICW Tolak RSBI

Begitu ketemu, sekolah gratis yang berlokasi di kompleks Perdatam tersebut ternyata menempati sebuah rumah tinggal, yang juga kediaman pemilik sekolah, Ade Pujiati.
 
Rumah satu lantai itu cukup luas
Untuk ruang kelas, teras depan disulap menjadi tempat kegiatan belajar dan mengajar

BACA JUGA: Salat Istikharah demi Prestasi Anak Didik

Ruang kelas buatan tersebut mampu menampung sekitar 30 anak

 
Layaknya ruang kelas pada umumnya, ada whiteboard dan sejumlah bangku

BACA JUGA: Mereka Berjuang, demi Mencerdaskan Anak Bangsa

Yang membedakan adalah suasana outdoor yang amat terasaPara siswa juga tidak mengenakan sepatuMereka bertelanjang kakiSepatu diletakkan berjajar di depan teras
 
Meski terkesan seadanya, suasana belajar dan mengajar tetap menyenangkanKedekatan guru dan murid atau murid dan murid sangat terasa seperti forum diskusi santaiTidak heran, meski berasal dari kalangan miskin, para murid berani mengungkapkan pendapat
 
Mereka juga tidak ragu mengangkat tangan ketika dimintai pendapatCanda tawa sesekali terdengar dari ruang kelas tersebut"Ibu saya, Siti Munawaroh, menyediakan rumahnya untuk sekolah gratis iniKebetulan, saya juga tinggal di sini," tutur Ade ketika ditemui pekan lalu
 
Meski lokasinya terkesan seadanya, SMP Gratis Ibu Pertiwi yang menginduk pada SMPN 67 Jakarta itu memiliki program pendidikan yang tidak kalah dengan sekolah negeriMereka menggunakan sistem standar internasional serta kurikulum yang setara dengan sekolah negeri
 
"Kami juga menerapkan program pendidikan komprehensifSelain pendidikan akademis, kami mementingkan pembinaan mental dan pembangunan karakterPasalnya, anak-anak di sini berasal dari lingkungan kumuh," tutur Ade.
 
Soal kedisiplinan, sekolah tersebut tergolong ketatWanita berjilbab itu menerapkan suasana bebas asap rokokMeski kebanyakan merupakan anak jalanan, mereka dilarang merokokBegitu ketahuan, mereka langsung dikeluarkan
 
Tidak hanya berlaku untuk sang murid, Ade juga melarang orang tua murid merokok"Jika orang tua merokok, siswa harus berhenti atau membayar SPP Rp 1.000 setiap hariItu nggak boleh ngutangJika nggak punya uang, ya anaknya nggak boleh dateng ke sekolah dulu," tegas wanita kelahiran 6 Oktober 1966 tersebut
 
Selain itu, murid langsung dikeluarkan jika ketahuan terlibat tawuran atau perkelahian fisik di kelasAde juga tidak menoleransi murid membawa handphone ke sekolahJika ada yang membawa, ponsel tersebut disita dan tidak dikembalikan"Katanya miskin, kok bawa handphone," katanya"Kalau mereka bawa motor, juga didendaMereka kan belum boleh naik motor," lanjutnya
 
Ade pun tidak sembarangan menerima murid dari kalangan miskinSebelum murid diterima di sekolah itu, ada semacam wawancara kepada orang tua dan calon muridMereka diwawancarai langsung oleh AdeMisalnya, tentang cara mendidik anak, sumber penghasilan orang tua, dan kebiasaan merokok orang tua
 
Wanita asli Jakarta tersebut juga melihat motivasi calon murid"Kalau kelihatannya anaknya males, nggak ada motivasi, nggak kami terimaItu ketahuan dari cara bicaranyaKami juga tes tambah kali (tes berhitung, Red)Kalau nggak bisa, nggak diterimaYang terpenting, kami cari anak yang paling miskin dan NEM-nya (nilai Ebtanas murni, Red) rendah sehingga tidak diterima di sekolah negeri," paparnya
 
Meski telah menyaring sebegitu ketat, Ade tidak memungkiri bahwa seleksi alam terjadi di sekolah binaannyaTidak sedikit murid yang keluar karena malas dan memilih bekerja"Banyak orang tua yang tak mendukung anaknya sekolahMereka lebih suka anaknya kerja bantu mereka," keluhnyaSaat ini murid binaan Ade di kelas VII dan VIII berjumlah 34 siswa, sedangkan siswa kelas IX sudah habis. 
 
Namun, Ade tidak menyerahDia terus berupaya memotivasi siswa yang tersisa agar terus bersekolah hingga perguruan tinggiAde mengimbau murid-muridnya meneruskan pendidikan di SMK (sekolah menengah kejuruan)"Di situ, mereka dapat keahlianJadi, mereka bisa langsung kerja sambil melanjutkan ke perguruan tinggi," tuturnya
 
Soal fasilitas sekolah, Ade boleh berbangga hatiBerkat perjuangannya untuk menuntut BOS (bantuan operasional sekolah) dan BOP (bantuan operasional pendidikan) secara mati-matian, fasilitas pendidikan di sekolah tersebut tergolong lengkap
 
Ada alat tulis kantor (ATK)Para siswa mendapat, antara lain, tiga jenis buku teks, LKS (lembar kerja siswa)Juga, seragam olahraga, seragam batik, sepatu yang diberikan sekali setahun, dan alat mandi sekali sebulanSelain itu, tersedia jaminan kesehatan dan terapi psikologis gratis bagi siswa yang butuh
 
Demi semua fasilitas tersebut, Ade siap "bertarung" dengan orang dinas pendidikan yang diduga menyunat BOS dan BOPDia tidak takut dibenci"Saya sudah punya musuh banyak, khususnya di dinas pendidikan dan DPRDTetapi, saya tidak takutYang penting, anak-anak semua bisa sekolah dengan fasilitas yang memadai," ujar ketua Forum TKBM (Tempat Kegiatan Belajar Mandiri) se-DKI Jakarta itu.
 
Sebelumnya, tidak terpikir dalam benak Ade untuk mendirikan sekolah gratis bagi anak keluarga miskinAwalnya, kepedulian sosialnya diwujudkan dengan memiliki anak asuhLantas, keinginan mendirikan sekolah gratis mencuat ketika biaya pendidikan yang disebut-sebut gratis tidak berlaku di SD negeri tempat anak asuhnya bersekolah
 
Untuk meyakinkan diri, perempuan yang juga berprofesi sebagai guru piano itu melakukan survei di sejumlah SD dan SMP negeri di kawasan Jakarta SelatanHasilnya, setali tiga uang dengan sekolah anak asuhnyaMeski pemerintah sudah melarang, sekolah negeri masih menarik pungutan dari siswa. 
 
Bermula dari kekecewaan atas biaya pendidikan itu, muncul gagasan untuk mendirikan sekolah gratisAde mengurusi pendirian sekolah gratis secara mandiriBerkat kegigihannya, sekolah bernama SMP Gratis TKBM Ibu Pertiwi tersebut berdiri pada 3 September 2007
 
Ade menekankan, bermunculannya sekolah gratis menjadi indikasi kuat kegagalan pemerintah dalam memajukan pendidikan"Karena itu, saya tetap tidak percaya kalau ada yang bilang bahwa pendidikan di Indonesia sudah baikKenyataannya, masih banyak dana pendidikan yang dikorupsi dan masih banyak anak yang putus sekolah," tandasnya(ken/c7/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggaran Kurang, Kemendiknas Hutang LN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler