Militan Rohingya Serbu Pos Polisi dan Markas Tentara, 71 Tewas

Jumat, 25 Agustus 2017 – 21:30 WIB
Militer Myanmar. Foto: AFP

jpnn.com, YANGON - Rakhine kembali membara. Bentrokan pecah antara kelompk militan Rohingnya dengan pasukan militer dan kepolisian di negara bagian Myanmar itu, Jumat (25/8).

Angkatan bersenjata Myanmar mengklaim bahwa Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) melancarkan serangan terorganisir terhadap 30 pos polisi dan markas militer. Baku tembak yang terjadi menewaskan 59 milisi dan 12 anggota pasukan keamanan.

BACA JUGA: Pulang Liputan, Tiga Jurnalis Ditangkap Militer

"Pada dini hari sekitar pukul 1, para ekstrimis Bengali pemberontak mulai menyerang pos polisi. Mereka menggunakan bom rakitan dan pistol," ujar pihak Angkatan Darat (AD) Myanmar.

AD juga mengungkapkan bahwa pasukan militan membawa kayu dan pedang, serta menghancurkan jembatan dengan bahan peledak. Serangan lanjutan terjadi sekitar pukul 3 dan 4 dini hari.

BACA JUGA: Perkiraan Starter Timnas U-16 Saat Kontra Myanmar

ARSA sendiri telah mengakui bertanggung jawab atas serangan dini hari tersebut. Mereka juga memperingatkan tentang kemungkinan serangan susulan.

Perlakuan tidak adil terhadap sekitar 1,1 juta warga muslim Rohingya adalah isu HAM terbesar yang dihadapi Myanmar. Kini masalah tersebut tampaknya telah melahirkan kekuatan insurgensi yang cukup berbahaya.

BACA JUGA: Pesawat Militer Myanmar Jatuh, Serpihan Ditemukan, 120 Orang Belum Jelas Nasibnya

Sumber Reuters di internal militer Myanmar menyebutkan bahwa sekitar seribu orang anggota kelompok militan terlibat dalam serangan dini hari tadi. Area operasi juga jauh lebih luas ketimbang serangan serupa pada Oktober tahun lalu.

Pimpinan ARSA, Ata Ullah pernah mengatakan bahwa ratusan anak muda Rohingya telah bergabung dengan kelompoknya. ARSA sendiri mengklaim berjuang untuk membela diri dari perlakuan semena-mena militer Myanmar dan demi hak asasi manusia.

"Situasi saat ini sangat serius dan dapat memicu krisi besar. Tak mudah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang jelas situasinya sangat mengkhawatirkan," ujar mantan diplomat PBB di Myanmar Richard Horsey.

Terakhir kali kelompok militan melancarkan serangan besar-besaran seperti ini, militer membalas dengan sangat brutal. Oktober lalu, sekitar 87 ribu Rohingya terpaksa mengungsi ke Bangladesh karena kampung mereka dihancurkan tentara. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Gajah Terancam Dibantai demi Kosmetik


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler