BACA JUGA: Di Tarakan, 250 KK Tinggal di Hutan Lindung
"Saya dipukul dengan benda tumpul(sapu)
Menurut Nuryani gaji setiap bulan sebagai pembantu rumah tangga adalah 450 ringgit Malaysia
BACA JUGA: Perjuangkan Pemekaran, Warga Papua Bakal Kepung DPR
Namun upah tersebut tidak diterimaBACA JUGA: Rumah Gubernur Dibakar, 11 jadi Tersangka
"Kalau makan saya tidak kekuranganTapi selalu disiksa kalau minta gaji," katanyaNuryani sendiri sudah bekerja selama tiga tahunDokumen keberangan lengkapNamun semua dokumen tersebut ditahan majikanMembuatnya tidak dapat pulangHarus bertahan dengan segala bentuk siksaan dan pekerjaan tidak dibayar"Saya bisa sampai ke Pontianak karena nekat kabur. Membayar ongkos bus ada orang baik yang membayarkan," katanya.
Nuryani menuturkan berangkat ke Malaysia melalui sebuah Agen penyalur tenaga kerja di JakartaYang berasal dari Lombok sebanyak 12 orangKemudian diberangkatkan ke Pontianak menggunakan pesawatLalu perjalanan ke Malaysia ditempuh menggunakan jalur darat."Pontianak-Malaysia memakai bus," katanya.
Ketika memutuskan berangkat ke Malaysia Nuryani meninggalkan tiga orang anakKetiga buah hatinya itu dititip dengan keluarga di Lombok. Ia mengadu nasib sepenuhnya untuk menopang hidup keluarga setelah bercerai dengan suami
Kini harapan terbesar Nuryani adalah bisa berkumpul dengan keluargaPenyiksaan majikan membuatnya berfikir ulang untuk kembali mengadu nasib menjadi TKI"Saya ingin bisa pulang ke Kampung halaman. Seumur hidup, saya tidak akan lagi bekerja ke Malaysia. Pengalaman tragis penyiksaan membuat saya begitu tersiksa," katanya
Kapolsek Pelabuhan Dwikora Ajun Komisaris Jaka Prasetyo, mengatakan, laporan Nuryani akan dilimpahkan ke Polresta PontianakIa pun mengimbau masyarakat tidak mudah terbujuk rayu bila ada imingan bekerja di luar negeriMaka harus selektif agar jelas tempat bekerja dan proses penggajian(stm/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berstatus Mantan Napi, Torey Kembali Menjabat Bupati
Redaktur : Tim Redaksi