Miranda Sudah Berpamitan dari BI

Sabtu, 04 Juli 2009 – 10:58 WIB
Darmin Nasution-Miranda Goeltom. Deputi Senior Gubernur BI Miranda Goeltom Berpamitan dari BI dan akan digantikan oleh Darmin Nasution.

JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) "Bank Indonesia (BI) kemarin (3/7) terasa spesial bagi Miranda Swaray GoeltomRapat yang berlangsung tiap awal bulan itu adalah yang terakhir bagi Miranda

BACA JUGA: Asmindo Bantah jadi Biang Kemahalan

Sebelum 27 Juli, guru besar FE" Universitas Indonesia itu harus melepaskan jabatan deputi gubernur senior sekaligus Pjs gubernur bank sentral
Dia bakal digantikan Darmin Nasution yang kini masih menjabat Dirjen Pajak Depkeu.
 
Mengenakan batik hijau dengan kerah model victoria, Miranda tampak bersemangat

BACA JUGA: Ekspor Mebel Nasional Tertekan Krisis

Di sela membacakan hasil RDG yang isinya menurunkan suku bunga acuan BI rate dari 7 persen menjadi 6,75 persen, dia menyempatkan diri berpamitan kepada wartawan
"Ini terakhir RDG saya," kata Miranda, lantas tersenyum.
 
Karir peraih MA dan PhD?bidang ekonomi dari Graduate School of Economics di Boston University, Massachussets, AS, itu terbilang panjang

BACA JUGA: Tugas BP Suramadu Tidak Mudah

Dia mengawali karir di pemerintahan pada 1993 sebagai deputi asisten menteri bidang kebijakan moneter dan fiskal untuk ekonomi, keuangan, dan pengawasan pembangunan hingga 1997.
 
Kemudian, pada 1997?2003, Miranda menjabat deputi gubernur BI dan ditunjuk sebagai gubernur pengganti (alternate governor) untuk Indonesia di Bank DuniaMiranda ditetapkan sebagai deputi gubernur senior sejak 27 Juli 2004Menjelang akhir jabatannya, dia otomatis menjadi Pjs gubernur BI menggantikan Boediono yang mengundurkan diri karena mencalonkan diri sebagai cawapres.
 
Miranda mengungkapkan permintaan maaf kepada wartawan yang biasa meliput di BI"Kata orang Jakarta, kalau ada saleh-saleh kate, maafin ye (kalau ada salah-salah kata, maafkan ya)," ujar wanita kelahiran 19 Juni 1949 itu.
Di ujung karirnya, Miranda juga mencetak prestasi gemilangDia berhasil menurunkan suku bunga ke level terendah sepanjang sejarahYakni, di angka 6,75 persenDia berharap, penurunan suku bunga mampu
memfasilitasi percepatan penyaluran kredit perbankan di tengah stabilitas makro yang tetap terkendali.
 
 Menurut Miranda, pertumbuhan kredit 15 persen saja tahun ini sudah cukup menopang pertumbuhan ekonomi 4 persenKinerja penyaluran kredit, lanjut dia, bukan hanya dipandang dari sisi pertumbuhanNamun, mesti juga diperhatikan seberapa jauh perekonomian mampu menyerap melalui permintaan domestik.
 
Dia khawatir, jika penyaluran kredit cukup besar, namun potensi permintaan barang dan jasa masih rendah, perbankan justru mendapatkan risiko yang besarMengenai penurunan suku bunga kredit, Miranda mengatakan bahwa BI tidak mungkin memaksa bankSebab, bank sendirilah yang menanggung risiko kredit.
 
Kendati demikian, dia berharap, dengan penurunan BI?rate yang terus berlanjut, suku bunga kredit juga mengikutiBank sentral juga telah membuat kebijakan yang bisa memicu penurunan bunga kreditDi antaranya, melonggarkan giro wajib minimumSuku bunga kredit saat ini masih di atas 13 persen.
 
Di sektor keuangan, tambah dia, stabilitas sistem perbankan nasional tetap terjaga dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang masih cukup tinggi, yakni 17,3 persen"NPL?(kredit bermasalah) juga berada pada batas-batas aman," kata Miranda.
Dengan kondisi itu, BI memproyeksikan perekonomian tahun ini tumbuh lebih baik daripada perkiraan semulaLaju inflasi juga terus menurunBI memperkirakan perekonomian tumbuh 3,5?4,0 persenPertumbuhan masih didukung permintaan domestik, terutama konsumsi, bersamaan dengan rendahnya inflasi.
 
Dan, inflasi tahun ini diproyeksikan lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya, bahkan di bawah 5 persenMelandainya inflasi, antara lain, seiring membaiknya ekspektasi dan terjaganya pasokan dan distribusi bahan makanan.

Respons Bank Lambat

Para pengusaha menilai, penurunan suku bunga menjadi 6,75 persen tidak banyak membantu meningkatkan daya saing produkSebab, bank-bank komersial masih enggan menurunkan suku bunga kredit"Kita mendukung penurunan BI rate ituTapi, itu tidak ada artinya kalau bank komersial tidak mengikuti," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi kemarin.
 
Menurut dia, hingga kini penurunan BI rate tidak direspons secara cepat oleh bank-bank komersialSelalu ada jeda waktu (gap) yang cukup lamaDia menuturkan, di Indonesia biasanya penurunan BI rate baru berdampak terhadap penurunan suku bungan pinjaman setelah tiga bulanPadahal, di luar negeri respons penurunan bunga bank sentral sangat cepatPaling lama seminggu sesudah bank sentral menurunkan suku bunga, bank komersial langsung mengikuti"Ini kan beda banget," tegasnya.
 
Karena itu, dia menyarankan bank-bank pemerintah mau menjadi inisiator dalam rangka penurunan suku bunga pinjamanSetidaknya pemerintah sebagai pemegang saham mampu menekan bank-bank itu melakukan langkah yang mendukung dunia usaha.
Saat ini pengusaha masih terbebani suku bunga kredit yang tinggi dari bank-bank komersial, yaitu 13?15 persenHanya nasabah lama dan besar yang bisa menikmati suku bunga pinjaman 11 persenPengusaha kecil masih harus bergelut dengan suku bunga tinggi"Bahkan, untuk kredit konsumsi, suku bunganya bisa 18?24 persen," tegasnya(sof/wir/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inflasi Diasumsikan Masih Menurun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler