Misi Penyelamatan Sri Mulyani

Rabu, 28 Agustus 2013 – 12:28 WIB

jpnn.com - Senin kemarin, kondisi pasar Asia Tenggara mengalami penurunan dan kondisi Rupiah melemah secara signifikan (berada pada kisaran Rp 10, 490 untuk satu dollar Amerika, dan menjelang hari selasa, terus menurun diangka Rp. 10, 685. Di saat bersamaan, saya sedang menghadiri Konferensi Kedua Diaspora Indonesia bersama Sri Mulyani, direktur manajer Bank Dunia Grup, yang prihatin dan paling bisa bertindak dengan kondisi melemahnya rupiah ini.

Kenapa? Indonesia sedang mengalami proses degradasi identitas yang dramatis.

BACA JUGA: Tukang Cerita Sudah 50 Tahun!

Secara fakta, apa yang sekarang terjadi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh faktor global, seperti: berakhirnya suntikan dana melalui QE oleh Bank Sentral Amerika dan peninjauan kembali seluruh resiko atas pasar negara berkembang dengan bank investasi, seperti Morgan Stanley ungkapkan dalam penelitiannya tentang kemapanan ekonomi yang  dahulu pernah jaya.

Kondisi ini sangat riil terjadi: kebijakan QE Bank Sentral Amerika dalam menggelontorkan dana bantuan sebesar $ 85 miliar dalam sebulan. Kucuran dana bantuan ini disarakan oleh seluruh pelaku pasar, temasuk Indonesia didalamnya.

BACA JUGA: Jokowi dan Tanah Abang

Tapi, beberapa faktor yang terjadi di dalam negeri juga sangat mempengaruhi proses peminjaman dana bantuan ini. Indonesia, sebagai contoh, harus dapat bertahan dalam pergulatan subsidi BBM (mencapai 30 miliar dalam tahun terakhir) dan isu-isu reformasi.

Di waktu yang sama, beberapa agenda perpolitikan nasional (pemilu 2014) yang rentan dengan kisruh, sedikit banyaknya telah memberikan pengaruh negatif terhadap proses penanaman modal asing di Indonesia.

BACA JUGA: ArtJog 13

Hal ini juga mempengaruhi modal kerja: pendanaan dan tenaga kerja, yang dibutuhkan oleh Indonesia ke depan. Pergerakan rupiah yang terjadi pada hari Senin, membuat  investor asing secara massal melepas 169 juta rupiah dalam perdagangan saham Indonesia. Sebuah tanda jika mereka bisa saja mengambil uang mereka semudah saat mereka menginvestasikannya.

Jika saja kepercayaan dari pihak investor hilang, tidak ada yang dapat dilakukan untuk menahan laju penurunan rupiah. Tentu saja, jika hal ini benar-benar terjadi, tugas pemerintah adalah mengembalikan semua kepercayaan yang pernah ada.

Inilah saatnya Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan Indonesia kabinet Jilid 1 pemerintahan SBY, yang mampu bekerja dengan hasil yang layak diacungin jempol dalam menuntaskan persoalan ekonomi Indonesia yang pernah terjadi pada eranya. Pengakuan Internasional disematkan kepadanya: peringkat ke-55 yang diberikan oleh Forbes sebagai perempuan yang paling berpengaruh di Dunia. Sri Mulyani hadir mewakili minoritas para perempuan di negara-negara berkembang di tingkat dunia.

Tentu saja, hal ini tidak serta merta membuat publik melupakan kasus yang pernah melibatkan Sri Mulyani ketika di pemerintahan. Pembuktian jikalau Sri Mulyani tidak terlibat dengan kasus yang pernah diisukan padanya dapat ditunjukkan dari keberaniannya mengikuti proses hukum. Inilah bukti nyata seorang “petarung sejati”. Dan yang membuat saya terkagum-kagum ketika melihat sosok Sri Mulyani adalah ia mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya di saat Konferensi Diaspora berlangsung yang mencerminkan wajah pemberani Indonesia.

Pentingnya kecintaan terhadap negara Indonesia tentu saja dimiliki oleh setiap rakyat Indonesia, tapi nasionalisme yang dimiliki oleh rakyat Indonesia dapat dibedakan menjadi: bangga menjadi bangsa Indonesia dan bangga memiliki sifat xenofobia (yang ekstrim dan/atau oportunis). Sri Mulyani menjadi contoh yang paling baik sebagai mantan pejabat negara. Dia muncul dengan sosok tenangnya dan kecintaannya yang sangat besar terhadap Indonesia. Orang yang lebih memilih untuk membangun dunia, dibanding menghancurkan.

Dari pilihan di atas, mana yang akan membawa Indonesia menjadi lebih baik? secara individu ataupun kelompok? Apapun itu, yang bisa dikatakan di sini: tidak ada yang membantu, hanya keyakinan akan kecintaan berbangsa Indonesia yang dapat melahirkan nasionalisme.

Mendalami semua permasalahan yang sedang terjadi, maka akan ditemukan tingkat kekalahan – perasaan implisit bahwa Indonesia tidak bisa bersaing dengan negara lain di dunia – sesuatu yang sama sekali bertentangan dengan suasana optimisme yang dibangun di Konferensi Diaspora.

Nasionalisme Sri Mulyani adalah kecintaan seseorang terhadap bangsa dan negaranya. Nasionalisme ini pun dapat dia tunjukkan dengan bukti, tidak hanya opini belaka.

Indonesia tidak harus mengisolasi diri. Indonesia harus lebih terbuka terhadap dunia, dan membutuhkan sosok seperti Sri Mulyani yang membawa Indonesia lepas dari permasalahan krisis ini. Siapapun yang akan keluar menjadi Presiden di tahun depan, ia membutuhkan perempuan ini untuk menjalankan agendanya.[***]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mesir .


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler