Keanehan perilaku Fitriyah sudah mulai kelihatan saat berumur empat tahunSaat dirawat di RSJ Grogol, dia didiagnosis menderita autis
BACA JUGA: Habibie Afsyah, dari Kursi Roda Jadi Suhu Bisnis Internet Marketing
-------------------------
KING HENDRO ARIFIN, TANGERANG SELATAN
------------------------
DENGAN senyuman lebar sembari melompat-lompat, Pipit –sapaan akrab Fitriyah Aulia– menyapa ramah kehadiran Indopos (Jawa Pos Group/JPNN) di rumah kontrakan orang tuanya di Kelurahan Serua Indah, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, siang kemarin
BACA JUGA: Mengunjungi Kampung Ahmadiyah di Cisalada, Bogor
Pada Selasa siang lalu (6/9), Pipit memanjat menara listrik bertegangan tinggi setinggi 102 meter di Kota Bambu, Tanah Abang, Jakarta Pusat
BACA JUGA: Teliti Kotoran, Tubuh Manusia Jadi Makanan Selingan
Gara-gara aksi anak berbobot 30 kilogram itu, lalu lintas di sekitar tower tersebut macet cukup lamaSebab, banyak pengguna jalan yang menghentikan kendaraan, atau minimal melambatkan lajunya, untuk menyaksikan ’’keajaiban’’ di menara yang menjulang itu
Aksi Pipit tersebut baru berakhir sekitar pukul 17.00 setelah sang ibu, dengan menggunakan pengeras suara, membujuk dia agar turun karena mau diajak ke Dufan dan MonasSesampai di darat pun, bukannya terlihat trauma, Pipit malah ’’menghardik’’ petugas pemadam kebakaran yang dianggapnya galak saat meminta turun.
Itu bukanlah tower pertama yang ’’ditaklukkan’’ PipitSebelumnya, dia juga pernah menaiki BTS (base transceiver station) telekomunikasi di Gang Betawi, RT 3, RW 9, Kelurahan Jombang, Tangerang SelatanMasih di Tangerang Selatan, Pipit juga pernah memanjat BTS di Jalan Merpati I dan Suka Damai Serua Indah, Kecamatan Ciputat.
’’Saya sudah biasa naik-naik ke tempat tinggiKamu mau saya ajarin,’’ kata Pipit dengan sorot mata tajam dan sebentar tertawa, diam, menatap tajam, dan tertawa lagi.
Berbincang dengan Pipit memang akan langsung merasakan perbedaan cara dia berbicara jika dibandingkan dengan anak-anak seusianyaPenggunaan kata ’’saya’’ untuk menyebut dirinya itu, misalnyaAnak-anak seusia dia umumnya menggunakan kata ’’aku’’ atau menyebut nama
Tapi, tentu kegemarannya memanjat itu yang sangat membedakanMenurut bapak-ibunya, ’’bakat’’ itu terlihat sejak dia berusia 4 tahunKala itu hal mengejutkan dilakukan Pipit yang masih tinggal di Tanah Abang: berkelahi dengan lima anak laki-laki seusianyaPipit bukannya menangisDia malah membuat mewek lima rekan sepermainannya ituMulai situ keanehan Pipit makin terlihat
Hampir setiap hari Pipit naik ke atap gentingTidak bisa diamAlhasil, sang ayah yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan dan si ibu yang menjadi tukang cuci panggilan itu mencoba membawa Pipit ke ’’orang pintar’’
Anjuran si ’’orang pintar’’ tersebut, nama lengkap Fitri yang sebelumnya Fitriyah Qoturnadah dipersingkat menjadi FitriyahSi paranormal meyakini Fitri dirasuki roh halus
Meski anjuran menyingkat nama itu dipenuhi, tetap saja kelakuan nyeleneh Pipit tak berhentiTower demi tower dia panjat –tentu tanpa sepengetahuan, apalagi seizin bapak-ibunyaTotal sudah 18 tower dipanjat PipitDari situlah julukan Spiderkid melekat padanya
Tapi, setelah menaiki tower, alasan Pipit selalu berubah saat ditanyaContohnya ketika ditanya mengapa dia memanjat menara di Tanah Abang Selasa lalu’’Iseng ajahPengin santai,’’ kata Pipit.
Suprapto dan Sumarni tak bisa berbuat banyak untuk mengetahui apa penyebab kelakuan tak lazim sang putriSelain keterbatasan biaya, mereka masih harus mengurusi Susanto, 20, anak kedua yang menderita pembesaran kepala atau hidrosepalus yang juga tak bisa diobatkan secara maksimal
Untuk membayar sewa kontrak kamar Rp 370 ribu per bulan saja mereka kalang kabutBelum lagi biaya makan untuk empat jiwa yang harus berdesakan di rumah sempit dua kamar tersebut
Akhirnya, ikhtiar yang bisa mereka lakukan untuk Pipit hanya membawa dari satu ’’orang pintar’’ ke ’’orang pintar’’ yang lainMulai Sukabumi hingga CirebonRata-rata jawaban yang mereka dapat dari berbagai tempat itu sama: Pipit dirasuki roh halus
Sempat ada uluran tangan dari Komnas Perlindungan AnakPipit difasilitasi untuk mendapat perawatan medis di RSJ GrogolTiga bulan bocah berpembawaan ceria itu di sana mulai terkuak rahasia bahwa Pipit sebenarnya menderita autis.
Merawat seorang bocah autis tentu membutuhkan waktu tak sebentar dan mesti dilakukan secara kontinuTapi, hanya tiga bulan di RSJ Grogol, Suprapto-Sumarni memutuskan membawa buah hati itu pulang. ’’Kata pihak RSJ, anak saya mengalami autisTapi, udah tiga bulan nggak sembuh-sembuh,’’ kata Sumarni tentang alasan membawa pulang Pipit.
Akhirnya, jadilah sosok si Spiderkid itu kian misterius: dia tumbuh dengan kemampuan-kemampuan yang, setidaknya bagi orang-orang di sekitarnya seperti berada di luar logika
Saat tinggal di Bekasi beberapa waktu lalu, seorang tetangga kepada Suprapto mengaku pernah disembuhkan sakit matanya oleh PipitKatanya, Pipit memegang mata yang sakit itu dan, bim salabim, langsung sembuh
’’Tapi, tidak saya hiraukan benar atau tidaknya pengakuan tetangga ituMana mungkin saya percayaSoalnya, kalau saya sakit, gak pernah disembuhkan dia kok,’’ terang Suprapto.
Indopos (Grup JPNN0 mengalami sendiri bakat istimewa Pipit lainnyaDi tengah wawancara, dengan sorot mata tajam, dia menawari Indopos untuk diramalHasilnya, entah kebetulan atau tidak, setelah meraba tangan kanan, ramalan yang diucapkan Pipit tentang apa yang sedang ada di benak Indopos benar adanya
’’Saya bisa meramal dan menaiki tower karena saya punya teman yang selalu ada di samping sayaBadannya besar, berkulit hitam, berambut putih, dan wajahnya sangat seramDia yang menyuruh saya naik ke tower,’’ tutur Pipit dengan mimik seriusRautnya berbeda sekali dengan ketika ditanya alasan mengapa dia memanjat tower
Suprapto dan Sumarni pun akhirnya hanya bisa pasrah di hadapan keanehan-keanehan sang anak itu’’Terkadang saya percaya juga ada roh halus di raga FitriSoalnya masa sih ada anak 10 tahun naik SUTET (saluran udara tegangan ekstratinggi, Red) tidak kesetrum" Dia udah 18 kali naik towerBelum lagi atap genting warga, tak terhitung,’’ jelas Supratno.
Keinginan memeriksakan Pipit secara medis sebenarnya masih adaTapi, lagi-lagi dana menjadi kendala’’Kami sih sudah pasrahKalau memang ada yang mau bantu, kami terimaKami sudah cukup malu dengan yang dilakukan FitriTapi, apa yang bisa kami perbuat karena kami juga bingung apa penyakitnya,’’ terang Sumarni(*/c4/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Lebaran Ariel di Rutan Kebon Waru Bandung
Redaktur : Tim Redaksi