Para arkeolog yakin mereka sudah menemukan jawaban dari lukisan dua perahu di bebatuan, yang menjadi misteri selama puluhan tahun.

Gambar tersebut ditemukan di dalam sebuah gua di kawasan Arnhem Land, tepatnya di Awunbarna yang juga dikenal sebagai Gunung Borradaile. 

BACA JUGA: Kesepakatan dengan Keluarga Nelayan Aceh Disepakati, Kasus Bodhi Tidak Akan Dibawa ke Pengadilan

Lukisan tersebut juga dihiasi dengan gambar perahu dari Eropa, senjata, ikan, udang, dan hewan-hewan khas benua Australia.

Namun sejak tahun 1970-an, dua lukisan dari perahu tersebut tampak berbeda dari kacamata para arkeolog barat.

BACA JUGA: Bule Australia Ditemukan Tewas di Vila Mandalika

Bulan Mei ini, para peneliti dari Flinders University menerbitkan penemuan mereka yang menunjukkan dua perahu tersebut berasal dari Kepulauan Maluku, yang dulunya dikenal di dunia barat dengan istilah 'Moluccas'.

Para penulis, Dr Mick de Ruyter sebagai pemimpin peneliti, Profesor Daryl Wesley dan Associate Professor Wendy van Duivenvoorde, mengatakan lukisan tersebut memberikan pemahaman lebih dalam soal bagaimana warga Pribumi Australia berinteraksi dengan orang-orang di luar benua Australia.

BACA JUGA: Korban Ungkap Modus Pembobol Tabungan Rp 300 Miliar di Australia

"Hanya dua perahu ini, yang dengan tiba-tiba, bisa memberikan informasi tambahan soal interaksi orang-orang Pribumi di kawasan Australia utara," ujar Profesor Wesley.

"Australia bukan hanya sebuah daratan yang berdiri sendiri, berada di antah berantah, dan tidak terisolasi selama 65.000 tahun."

"Ini bagian lain dari kisah warga Pribumi Australia yang punya peran dengan dunia di sebelah utara."Mungkin 'perahu perang'

Para arkeolog sebelumnya sudah mengidentifikasi lukisan perahu nelayan dari Makassar, yang datang ke Australia untuk berdagang, sebelum datangnya kapal Eropa yang menjajah warga Pribumi.

Tapi perahu-perahu Maluku ini tampaknya diberi hiasan-hiasan, yang menurut Dr Wesley, berarti bisa saja perahu tersebut digunakan untuk perdagangan atau kemungkinan perbudakan.

"Mereka adalah kapal perang, dihiasi dengan bendera, umbul-umbul, dan elemen lain yang membedakan dengan kapal dagang atau penangkap ikan biasa," katanya.

"Ini benar-benar berbeda dengan apa yang kami pahami dari kapal Makassar yang terlukis di bebatuan dan Arnhem Land," kata Dr Wesley.

Ia juga mengatakan detail yang ada di lukisan tersebut menunjukkan seniman di kalangan warga Pribumi Australia sepertinya menghabiskan beberapa waktu dekat dengan perahu tersebut.

“Hal yang sangat menarik bagi kami adalah detail dari kapal yang dilukiskan [para seniman Pribumi Australia], bukan dari pandangan sekilas,” katanya.

"Mereka melukiskannya dengan benar, dari dayung, papan, semua umbul-umbul dan semua detail hiasan di perahu itu."Perjalanan antara Arnhem Land dan Maluku

Profesor Sue O'Connor, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan temuan tersebut menunjukkan beberapa penduduk Pribumi Australia bisa jadi pernah keluar dari benua Australia menuju Maluku.

"Ini bisa jadi menunjukkan jika Arnhem Land kedatangan orang atau orang-orang dari Arnhem Land yang datang ke wilayah Maluku, lalu melihat perahu yang dihias itu dan melukisnya di sini," ujarnya.

Jejak pemukiman penduduk Pribumi Australia di luar benua Australia pernah juga ditemukan di Makassar dan Dr O'Connor mengatakan pemukiman serupa kemungkinan ada juga di Maluku.

Profesor Paul Tacon, yang bekerja sama dengan Dr Wesley dan tim peneliti multidisiplin, dalam sebuah proyek untuk menyelidiki cara warga Pribumi Aborigin di Australia Utara mencatat kontak dengan pengunjung dari luar benuar Australia.

Dia mengatakan temuan penelitian ini menyarankan para arkeolog harus memiliki pandangan baru pada lukisan lain yang menggambarkan perahu di Arnhem Land dan penggalian di utara Australia.

"Kami mungkin menemukan ada hal-hal dari penggalian tersebut yang bisa mengarah pada penemuan di daerah lain di Asia Tenggara," katanya.

Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertemu Menteri Perdagangan Australia, Mendag Zulkifli Hasan Bahas Peningkatan Kerja Sama Bilateral

Berita Terkait