jpnn.com - HALUAN berubah. Soekarno berganti Soeharto. Conefo pun hanya tinggal cerita…
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: ASTAGA! Ternyata Gedung DPR RI Dibangun untuk Menandingi PBB, Sejarahnya...
Target meleset. Hingga 17 Agustus 1966 Gedung Conefo belum juga rampung.
Padahal, gedung yang peletakan batu pertamanya pada 19 April 1965 itu rencananya selesai pada 31 Juli 1966.
BACA JUGA: Jangan Di-klik, Pliiis! Slamet Rijadi Kader PKI
Apa pasal? Dalam pidato 17 Agustus 1966 di Jakarta, Presiden Soekarno menjelaskan…
Sebagaimana Konferensi Asia Afrika tidak disenangi oleh imperialis dan dibenci oleh imperialis, dan karenanya hendak disabot oleh imperialis--ingatlah antara lain pembinasaan kapal terbang Kashmir Princess yang membawa utusan-utusan ke Konferensi Asia Afrika di Aljazair, sehingga gagal tak dapat langsung sama sekali--maka pihak imperialis juga amat tidak senang dengan penyelenggaraan Conefo, amat benci dan takut kepada Conefo itu.
BACA JUGA: Bung Karno dan Pance Pondaag
"Pihak imperialis menjalankan semua usaha, semua mulihat, terang-terangan atau gelap-gelapan untuk menggagalkan Conefo itu," tandas Soekarno.
"Dengan apa?" lanjut Si Bung bernada tanya. "Dengan segala macam jalan! Antara lain dengan jalan mengacaukan kondisi dalam negeri kita. Politis maupun ekonomis. Agar supaya kita tidak mampu nanti menyelenggarakan Conefo itu."
Ya, Peristiwa G30S 1965 baru saja pecah. Kekuatan anti-imperialis dan pendukung Soekarno dibabat.
Nefo dan Oldefo
Tapi, dalam pidato pada 17 Agustus 1966 itu, dia tetap coba bertahan dan mengingatkan…
Kita, kitalah, saudara-saudara, pembuat kata new emerging forces. Kitalah initiatief nemer daripada penggabungan semua new emerging forces. Kitalah initiatief nemer Ganefo. Kitalah initiatief nemer Conefo.
Memang iya. Bung Karno mencetuskan konsepsi Nefo dan Oldefo sejak 1961.
Nefo, the new emerging forces, adalah kekuatan baru, yakni negara-negara yang anti imperialisme yang berjuang mewujudkan tatanan masyarakat tanpa penindasan.
Sedang oldefo, the old established forces, sebutan untuk kekuatan lama, yakni negara-negara imperialis.
Namun, apa hendak dikata, saat itu Soekarno sudah kehilangan kawan sepaham. Dia kian lemah. Dan dia sebenarnya paham akan hal itu.
"Saya sendiri, insya Allah, bertekad bulat untuk menyelenggarakan terus Conefo itu," pungkasnya.
Gedung DPR
Mengenai konsepsi Conefo, MPRS punya pendapat bahwa "pada prinsipnya gagasan penggalangan kekuatan progresif revolusioner antiimperilisme dan kolonialisme adalah gagasan yang luhur, yang harus ditingkatkan realisasinya."
Soekarno pun menyahut, "justru itulah yang saya kerjakan siang dan malam."
Sebelum pidato 17 Agustus 1966, di depan DPR GR, Bung Karno menyatakan mimpinya; di dalam Gedung Conefo yang megah yang sedang dibangun dengan banyak rintangan, maka sesudah dipakai untuk Conefo, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan lain.
"Untuk konferensi-konferensi internasional, untuk parlemen, untuk MPRS, atau lain-lain yang penting," tuturnya.
Apa hendak dikata, haluan berubah. Soekarno kian hari kian dilemahkan.
Pada 9 November 1966, Jendral Soeharto--kemudian jadi Presiden Indonesia menggantikan Soekarno--mengeluarkan instruksi bahwa proyek political venues tetap dilanjutkan.
Tapi, untuk Gedung DPR/MPR RI.
Komando Proyek Conefo (Kopronef) pun dibubarkan. Lalu dibentuk badan pelaksana baru dengan nama Proyek Pembangunan Gedung DPR/MPR RI.
Conefo tak pernah terjadi… (wow/jpnn)
(baca juga: Astaga! Ternyata Gedung DPR RI Dibangun untuk Menandingi PBB, Sejarahnya…)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AMBOI...Ketika Bung Karno Menggoyang Haryati
Redaktur : Tim Redaksi