Misteri Identitas Pak Ogah, Gubernur Bali pun Dicueki

Jumat, 04 Maret 2016 – 07:47 WIB
Pak Ogah memperbaiki salah satu titik Jalan Teuku Umar, Denpasar (2/3). Foto: HENDRI HERLIAWA N/Bali Express/JPG

jpnn.com - PRIA bersuara keras itu tak ingat lagi sudah berapa banyak nomor tak dikenal yang menelepon. Tapi, dari sebagian yang sempat dia angkat, semuanya selalu menanyakan hal serupa: identitas dan alamat lengkapnya. 

HENDRI H.-ALIT B., Denpasar

BACA JUGA: Pengorbanan Rio Haryanto: Dulu Kaya Boboho, Kini Leher Sekuat Petinju

Tentu saja semua itu tak dia gubris. Jangankan kepada penelepon misterius. Gubernur Bali Made Mangku Pastika pun tak mampu meruntuhkan kekukuhannya dalam menyimpan identitas. 

Bahkan pada dua kesempatan sekaligus: dalam Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja di Lapangan Puputan Margarana dan temu masyarakat dengan gubernur di DPRD Bali.  

BACA JUGA: Heboh! Bunga Anggrek Tumbuh di Alquran, Disiram Air Zamzam

”Nggak saya beri tahu karena saya nggak mau orang-orang tahu ha..ha..ha,” katanya kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di salah satu sudut Jalan Teuku Umar, Denpasar, Rabu siang lalu (2/3).

Mengaku berasal dari Malang, Jawa Timur, pria berkulit kusam itu hanya minta dipanggil Pak Ogah. Lengkapnya: Pak Ogah Taman Pancing, merujuk ke lokasi di Denpasar tempat dia kerap terlihat membantu mengatur lalu lintas. 

BACA JUGA: Histeris, Pasien Rumah Sakit Berhamburan

Tapi, ada pula yang menyebut nama aslinya Dede. Entah apa nama belakangnya. Yang pasti, sehari-hari dia mengelola sebuah toko musik dan rumah makan di Denpasar. 

Kalau Pak Ogah bersikukuh merahasiakan identitas lengkap, itu semata disebabkan tak mau jadi pamrih. ”Saya tidak mau pamrih, kecuali sama pemerintah. Karena pemerintah yang seharusnya punya tugas memperbaiki fasilitas umum,” katanya. 

Ya, sejak sekitar empat tahun lalu, Pak Ogah seolah menjadi ”malaikat penjaga jalanan” Denpasar. Di mana pun bersirobok dengan bagian jalan, trotoar, atau gorong-gorong tidak dalam kondisi semestinya, dengan segera dia turun tangan. 

Dengan tenaga dan uang sendiri, Pak Ogah menambal lubang yang bisa membahayakan orang. Dari 25 Februari lalu saja hingga saat bertemu Bali Express Rabu siang lalu itu, khusus di Jalan Teuku Umar, sudah ada delapan titik jalan yang dia perbaiki. 

Total, sejak empat tahun lalu, 50 titik kerusakan di sekujur ibu kota Bali tersebut telah diperbaikinya. Hanya kadang-kadang dibantu tiga karyawannya.

Apa yang dilakukan Pak Ogah itu mirip dengan aksi Abdul Syukur. Tukang becak di Surabaya itu juga dengan sukarela menambal lubang di sejumlah jalanan ibu kota Jawa Timur tersebut. Yang menggerakkan mereka sama: jangan sampai ada orang lain celaka. 

Tapi, ketulusan Pak Ogah itu rupanya tak bisa diterima semua pihak. Para penelepon misterius yang meminta identitas dan alamat lengkapnya tadi, misalnya, bisa jadi menyiratkan ancaman. 

Namun, Pak Ogah mengaku tak pernah merasa terganggu. ”Saya ini masyarakat biasa. Jadi wajar kalau saya berbuat sesuatu untuk masyarakat,” kata pria yang mengaku berasal dari Malang, Jawa Timur, yang datang kali pertama di Bali pada 12 April 2012 itu.

Semua titik jalan atau trotoar yang dibenahi Pak Ogah biasanya diawali dengan menambalnya menggunakan kerikil dan semen. Selanjutnya, untuk kerusakan di jalan, dia bahkan sampai memakai aspal betulan.

Baju seadanya dan topi yang tampak lusuh menjadi ciri khas Pak Ogah tiap kali beraksi memperbaiki jalan atau trotoar. Sering kali pula dia tidak memakai baju atas. Cukup celana pendek melekat di badan. 

Ciri-ciri fisik seperti itulah yang membuat sosok Pak Ogah kian banyak dikenal warga Denpasar. Apalagi setelah aksinya memperbaiki trotoar di Jalan Teuku Umar pada saat hujan lebat pekan lalu menjadi viral di dunia maya. 

Cangkul, ember, sekop, dan alat plester seadanya merupakan peralatan wajibnya. Juga pengeras suara TOA dan peluit. Keduanya dia perlukan untuk mengatur lalu lintas. Itu dipakai jika sewaktu-waktu ada kemacetan di tempat dia menambal jalan dan trotoar.

Pak Ogah terdorong untuk berbuat karena merasa pemerintah lamban sekali bertindak. ”Karena itu, dengan dana seadanya, dengan swadaya, saya lakukan ini sendiri tanpa intervensi pihak-pihak lain,” ucapnya. 

Belakangan, setelah aksinya banyak diketahui dan diperbincangkan, yang ingin membantu pendanaan bukannya tidak ada. Tapi, Pak Ogah selalu menolak. Sebab, dia ingin para calon donatur tersebut mendonasikan uang mereka ke masyarakat dengan cara mereka sendiri.

Padahal, dana yang telah dikeluarkan Pak Ogah tidak sedikit. Dia hanya menyebut puluhan juta rupiah. Tanpa mau menyebut jumlah pastinya. ”Setiap titik, minimal dana yang saya habiskan Rp 300 ribu,” ungkapnya. 

Selain memperbaiki jalan dan trotoar rusak, Pak Ogah memberikan papan nama gratis pada jalan-jalan yang belum memiliki penunjuk jalan. Sudah lebih dari dua ribu papan nama yang dia pasang di sejumlah titik di Kota Denpasar. 

Kepedulian pria yang ketika pertama datang ke Bali bekerja sebagai pemulung itu tak hanya berhenti di situ. Dia juga kerap menyumbangkan alat musik di jalan-jalan dan yayasan sosial.

Tercatat, telah lebih dari 200 alat musik yang dia sumbangkan. Mulai gitar, keyboard, seruling, hingga alat musik lain. Baik kepada anak-anak jalanan maupun pengendara yang tertib berlalu lintas ketika dia tengah membenahi jalan berlubang. 

Pak Ogah juga kerap memberikan makan gratis kepada siapa saja yang membutuhkan. Dan, yang melegakan dia, keluarga mendukung penuh apa yang dilakukannya. ”Mereka sudah tahu saya ini begini, ya itu saja,” ucapnya. 

Yang diharapkan Pak Ogah kini, apa yang dilakukannya itu bisa menggugah pemerintah. Bahwa masih banyak tanggung jawab mereka yang belum beres. Padahal, di mata dia, kesejahteraan itu tak hanya bisa dilihat dari faktor perut, pendidikan, atau kesehatan. Tapi juga infrastruktur. ”Sebab, infrastruktur itu menunjang hajat hidup orang banyak,” tuturnya. (*/c9/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Sosok Penting di Balik Serial Adit, Sopo, Jarwo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler