jpnn.com - MITOS yang berkembang di masyarakat sekitar, Telaga Mangunan merupakan tempat bersemayamnya ular besar berkepala manusia Nyi Baruklinting.
Setiap tahunnya, warga Desa Tlogohendro menggelar upacara adat yang ditandai dengan melarung kepala kerbau ke tengah telaga itu. Seperti apa?
BACA JUGA: Sudah Menjanda 18 Tahun, Ibu Samina Berkeluh ke Pak Wali Kota
M Hadiyan, Petungkriyono
SUASANA di Desa Tlogohendro, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Kamis (6/10), tampak berbeda dari hari biasanya.
BACA JUGA: Hadir di Pesta Nikah di Daerah Ini, Jangan Coba-coba Kasih Amplop Kosong
Ribuan warga setempat menggelar upacara adat atau ritual tahunan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan.
Acara biasa digelar setiap Kamis Wage di Bulan Sura. Selain bentuk rasa syukur, ritual ini juga sebagai sarana doa kepada Tuhan agar masyarakat dapat terhindar dari segala bencana.
BACA JUGA: Perjuangan Ibu Mengantar Anaknya dengan Kursi Roda ke Sekolah
Rangkaian upacara adat itu ditandai dengan melarung kepala kerbau ke tengah Telaga Mangunan.
Telaga Mangunan merupakan sumber mata air bagi masyarakat Tlogohendro. Selain mengaliri masyarakat desa tersebut, sebagian juga mengalir ke daerah Bandar Kecamatan Batang.
Masyarakat percaya bahwa Nyi Baruklinting telah bersemayam sejak dulu kala di Telaga Mangunan.
Misteri Nyi Baruklinting ini digambarkan sebagai sosok ular besar berkepala manusia yang dipercaya menyelimuti telaga sampai saat ini. Mitos itu masih terjaga dan menjadi salah satu legenda masyarakat Petungkriyono.
Acara adat tersebut tidak hanya menarik perhatian masyarakat Petungkriyono, namun juga warga di luar kecamatan bahkan masyarakat kabupaten tetangga.
Mereka berbondong-bondong ingin menyaksikan ritual tahunan masyarakat tersebut.
Salah satunya Indra (30), warga Kabupaten Batang, yang sengaja mendatangi acara tersebut lantara dinilai unik.
"Saya bersama teman-teman memang sengaja ingin liburan ke Petungkriyono untuk menyaksikan acara ini. Selain itu, kami juga ingin mengunjungi daerah-daerah wisata yang ada di Petungkriyono, seperti Curug Lawe, Welo River dan Curug Bajing," kata Indra.
Menurutnya, tradisi tersebut patut untuk dilestarikan. Sebab, selain mengandung nilai budaya, kegiatan ini juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan semangat gotongroyong antar warga.
"Kebersamaan warga jadi semakit kuat. Kegiatan ini menjadi sarana silaturahim antar masyarakat," kata dia.
Memang, selain memiliki tradisi kebudayaan yang kuat, Petungkriyono juga mempunyai berbagai potensi wisata serta hutan alam yang masih alami.
Maka tak heran, kawasan ini menjadi salah satu daerah yang diusung Pemkab dalam promosi tingkat dunia, setelah sekarang ini daerah tersebut oleh masyarakat dibranding sebagai negeri di atas awan.
Branding itu muncul setelah pelaku ekspedisi alam menjelajah daerah Petung dan menemukan fakta mencengangkan dan menjadi trading topic di firal media sosial serta pemberitaan online tentang pariwisata.
Upaya menduniakan Petungkriyono telah dilakukan Pemkab dalam pertemuan forum duta besar dunia di Jakarta akhir September lalu.
Pertemuan itu dihadiri 100 tamu undangan yang terdiri dari sekitar 50 duta besar dan perwakilan negara tetangga serta para pengusaha nasional.
Dalam kesempatan itu, Bupati Pekalongan H Asip Kholbihi, memaparkan potensi yang dimiliki Kabupaten Pekalongan yang disebutnya dengan The Beauty of Kabupaten Pekalongan.
Program–program yang akan dilaksanakan dalam "Petungkriyono Cultural-Techno Forestry Park" ini diantaranya akan dikembangkan program pendampingan dan pemberdayaan masyarakat, eko edukasi wisata, laboratorium alam, bank genetika, bank bibit, teknologi hijau, energi hijau, keuangan hijau (green financing), dan lain-lain program yang relevan.
"Pemkab. Pekalongan akan memberikan dukungan bagi pengembangan program ini, baik itu infrastruktur, regulasi/ kebijakan dan bentuk-bentuk dukungan lain yang diperlukan, sesuai dengan kewenangan dan aturan perundang-undangan," jelas Bupati. (*/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Puluhan Warga Bawa Kapas, Minta Air Mata Ikan Duyung untuk Pelaris
Redaktur : Tim Redaksi