Misteri Pembunuhan Sadis di Puncak Permai

Minggu, 02 April 2017 – 10:56 WIB
Ilustrasi pembunuhan: dok jpnn

jpnn.com, SURABAYA - Pembunuhan sadis terjadi di awal April. Tasri, pembantu rumah tangga di salah satu rumah di Puncak Permai I, Surabaya ditemukan tewas bersimbah darah.

Ada luka bacok di leher kirinya.

BACA JUGA: Pelaku Pembunuhan di SMA Taruna Nusantara Ternyata...

Yang menemukan jenazah Tasri adalah Simon Raharjo Tanzil, pemilik rumah.

Dia hendak membuka semua pintu di rumahnya. Sebab, hari memang sudah pagi. Namun, langkahnya terhenti saat hendak membuka garasi mobil.

BACA JUGA: PK Ditolak, Pembunuh Sisca Yofie Tetap Divonis Mati

Semangatnya untuk mengawali hari langsung memudar ketika melihat kamar pembantunya. Dari luar, kamar tersebut tepat berada di belakang garasi.

Dari kamar itu tampak luberan darah di celah bawah pintu.

BACA JUGA: Oknum TNI dan Tukang Sol Sekongkol Bunuh Denny

''Saya nggak lihat persis. Tapi, bagian depan pintu itu ditutup sama kardus. Banyak sekali,'' jelas Samuel Tanzil, anak kedua Simon.

Samuel dan ayahnya tidak berani mendekat. Mereka juga tidak mau menyentuh pintu kamar pembantu tersebut. Sebenarnya, pintu itu tidak dikunci.

Mereka bisa saja menghambur masuk. Namun, kepalang takut, mereka minta bantuan pembantu rumah sebelah.

''Nah, pas dibuka, baru kami tahu kalau si Mbok sudah meninggal,'' jelas pemuda berumur 19 tahun tersebut.

Ketika ditemukan pukul 06.00, kondisi Tasri sangat mengenaskan. Perempuan asal Tuban tersebut ditemukan tidak bernyawa di dalam kamarnya.

Simon langsung melaporkan peristiwa tersebut ke petugas keamanan setempat yang kemudian diteruskan ke Polsek Sukomanunggal.

''Saya langsung lapor ke polisi,'' jelas Hamzah, petugas satpam setempat yang tengah berjaga. H

amzah pun tidak melihat orang mencurigakan yang melewati jalan tersebut.

Sebab, dia baru bertugas. Kemarin Hamzah kebagian sif pagi. Yakni, pukul 06.00-14.00.

Karena itu, dia tidak tahu apa-apa soal kejadian pagi tersebut. Terlebih, dia memang tidak bertugas di kawasan tempat tewasnya Tasri.

''Saya jaga di kawasan utara. Saya ke sini hanya pas mendapat laporan adanya pembunuhan saja,'' jelas pria 60 tahun tersebut.

Perumahan itu memang punya banyak akses masuk. Jadi, petugas keamanan selalu berpencar. Mereka tidak bisa berdiam di satu tempat saja.

''Harus sering-sering patroli,'' ungkap Hamzah.

Menurut dia, Tasri jarang sekali keluar. Juga, jarang bersosialisasi dengan para pembantu lain.

''Memang kalau di sini orang-orangnya tidak gampang kumpul,'' ucapnya.

Polisi pun mendatangi TKP pukul 06.15. Polsek Sukomanunggal langsung mengontak Polrestabes Surabaya untuk mendatangkan Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis).

Tim penyelidik sidik jari itu langsung melakukan olah TKP satu jam kemudian.

Berdasar olah TKP, polisi mendapatkan beberapa dugaan. Salah satu yang paling mereka yakini adalah adanya percobaan pembobolan rumah.

Polisi yakin pelaku membobol rumah dengan cara memanjat pagar depan. Buktinya, ada jejak kaki di pagar.

''Itu masih dugaan awal kami karena penyelidikan juga masih berlangsung,'' tegas Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga.

Setelah berhasil memanjat pagar dan masuk melalui pintu garasi, pelaku lantas membunuh Tasri.

Setelah Tasri tewas, pelaku langsung panik. Dia bingung mencari jalan keluar.

Dugaan polisi, pelaku langsung mengarah ke lahan kosong di kiri rumah. Dia terjun dari tembok lantai 2 tersebut.

Hal itu dibuktikan polisi dengan adanya jejak di rumput di sebelah rumah.

Bukan hanya itu, polisi juga mendapatkan jejak darah dan sarung tangan yang diduga berkaitan dengan pembunuhan tersebut.

''Sarung tangan itu kami temukan 3 meter dari TKP. Entah nanti ada korelasinya dengan kasus ini kita masih belum tahu,'' tambah polisi dengan dua melati di pundak tersebut.

Dia tidak mau menduga-duga sebelum penyelidikan dan otopsi rampung. Dia tidak mau timnya bergerak tanpa dasar yang jelas.

''Kita tunggu prosesnya saja nanti,'' jelas polisi asal Medan tersebut.

Mayat Tasri lantas diotopsi di RSUD dr Soetomo. Tampak tiga luka yang berbeda.

Yang paling parah adalah luka di leher kiri akibat sabetan benda tajam. Lukanya menganga. Tasri pun tewas kehabisan darah.

Juga, muncul dugaan Tasri melawan. Sebab, ada luka memar di wajah dan tangan perempuan 49 tahun tersebut.
Mungkin, luka itu muncul akibat menangkis benda tumpul yang mengarah ke tangannya.

Hingga tadi malam, polisi masih mencari jejak pembunuh itu. Berdasar hasil olah TKP di kamar Tasri, ada satu petunjuk yang didalami. Yakni, munculnya sebuah jejak sepatu.

''Mereknya terlihat jelas tertulis di bagian tengah. Motif alasnya kotak,'' ungkap salah seorang polisi yang ikut berada di sana.

Awalnya, jejak sepatu tersebut tidak muncul. Setelah Tim Inafis menaburkan serbuk magnet ke lantai, jejak sepatu itu baru kentara.

Dilihat dari jejaknya, jarak kaki kanan dan kiri berdekatan. Pelaku sangat mungkin mengendap-endap ketika masuk ke kamar korban.

Artinya, dia tidak serta-merta menghabisi nyawa Tasri. Ketika masuk ke kamar, Tasri sedang tidur.

Pelaku sengaja tidak ingin membangunkannya.Polisi sudah menggeledah seisi rumah.

Namun, sepatu semacam itu tidak ada. Jadi, pelaku sangat mungkin orang luar.

Berdasar sepatu itu pula, polisi yakin bahwa pelakunya masih muda. Sebab, sepatunya berjenis casual-sporty. (bin/did/c15/dos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penumpang Terakhir Taksi Online Itu Kini Dilacak


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler