jpnn.com - MALANG - Setelah digeledah aparat Kodim 0818 Kabupaten Malang, Pondok Pesantren Qurani Jundullah tutup. Kemarin (17/5) pondok pesantren di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karang Ploso, tersebut terlihat terkunci. Terlihat dari pintu gerbang yang digembok dan pintu rumah terutup rapat.
Seorang warga yang menolak disebutkan namanya mengungkapkan, para penghuni ponpes itu pergi keluar pada malam hari. Setelah siang, banyak aparat datang menggeledah tempat tersebut. ''Tidak diketahui pergi ke mana. Sempat pamit, tapi saya juga ndak tanya mau ke mana,'' ungkapnya.
BACA JUGA: Pintu Kamar Didobrak, Pemuda dan Janda 4 Anak Itu Asyik...
Pondok pesantren tersebut memang tengah menjadi sorotan. Pasalnya, Riduansyah, salah satu orang yang ditangkap di Bandara Juanda karena diduga hendak berangkat ke Syria untuk bergabung ISIS beberapa waktu lalu disebut-sebut pernah menjadi pengajar di sana.
Hermastur, ketua RT setempat, mengatakan bahwa dirinya juga sempat dipamiti oleh salah seorang pengajar di sana, Abdul Gani. Gani mengatakan hendak pulang ke rumahnya di kawasan Joyogrand, Kota Malang. Dia pergi beserta istri dan dua orang anaknya. ''Padahal, tadi malam Kapolres sempat ke sini. Tetapi, dia tidak sampai ke sana. Soalnya, pondok sudah tutup,'' jelasnya.
BACA JUGA: Mandi di Pantai, Satu Keluarga Digulung Ombak, 8 Tewas
Dia megungkapkan, ponpes itu didirikan dua tahun lalu. Rata-rata santri ponpes tersebut anak kecil seusia siswa SD. Tidak ada orang dewasa sama sekali. ''Tidak banyak penghuninya. Hanya sekitar 12 anak. Tapi, semenjak kejadian itu, anak-anak di sana menghilang. Tinggal dua orang anak Pak Gani,'' kata Mastur -sapaan Hermastur.
Menurut dia, anak-anak tersebut diperkirakan dibawa ke luar kota. Mereka semua dibawa ke Solo, Jawa Tengah. Mastur menjelaskan, ponpes tersebut sebenarnya tempat mengaji. Khususnya bagi anak-anak yang ingin menghafal Alquran. ''Tidak ada itu tempat pelatihan,'' paparnya.
BACA JUGA: Politikus PDIP Diduga Aniaya Lurah
Namun, dia tidak menampik kbar bahwa pondok tersebut sudah lama diawasi aparat. Terutama semenjak adanya ATM yang meledak di Karang Ploso. ''Tetapi, kan tidak terbukti karena memang hanya tempat pendidikan Alquran,'' ujarnya.
Tentang adanya Muhammad Riduansyah, seorang DPO terduga teroris yang pernah tinggal di sana, Mastur mengatakan tidak tahu banyak. Riduansyah hanya diketahui sebagai salah seorang pengajar. ''Dia mengajar sekitar tiga bulan di sana. Tapi, tidak tentu datangnya. Kelihatanya juga jarang sampai menginap,'' jelasnya.
Dia menambahkan, sejumlah buku yang mengarah ke radikalisme disita. Di antara 30 buku yang ditemukan aparat, hanya empat yang dikembalikan. ''Katanya mau diserahkan ke pihak kepolisian,'' imbuhnya.
Sementara itu, tempat tinggal Gani di Jalan Joyo Tambaksari juga terlihat tertutup. Padahal, sehari-hari rumah itu buka. Gani beserta istri biasa berjualan nasi. Tetangga mereka juga tidak mengetahui dia pergi ke mana. Rumahnya terlihat tutup semenjak pagi. ''Padahal, biasanya korden jendela terbuka biarpun warungnya tutup,'' ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Dandim 0818 Kabupaten Malang-Batu Letkol (Inf) Riksany Gumay mengungkapkan, pihaknya ke ponpes itu hanya mendata apakah benar di sana ada pelatihan terhadap anggota ISIS (Islamic State Iraq and Syria). ''Ternyata bukan tempat pelatihan sebagaimana diberitakan. Hanya tempat mengaji biasa. Untuk anak-anak yang ingin menghafal Alquran,'' paparnya.
Untuk langkah selanjutnya, dia menyatakan bahwa pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian. TNI akan memonitor saja saat ini. ''Soalnya, kita konsekuen bahwa gerakan ISIS kan dilarang,'' tegasnya. (zuk/c4/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemda Ini Telat Usulkan Kebutuhan PNS ke Kemenpan-RB
Redaktur : Tim Redaksi