jpnn.com - PERGUNJINGAN seputar aroma mistis Pulau Tukung kembali muncul setelah seorang pemancing bernama Budiono, warga Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara tenggelam, Minggu (29/2). Pulau kecil di sekitar Pelabuhan Semayang, Kelurahan Prapatan, Kecamatan Balikpapan Kota itu menyimpan banyak misteri. Seperti apa kisahnya?
BHARA AJI
BACA JUGA: Berurai Air Mata, Bocah Ini Menatap Rumahnya di Kalijodo Hancur
TERDAPAT sebuah makam di kenal keramat di pulau tersebut. Makam tersebut, kata salah satu perwakilan adat Kutai di Balikpapan, Hidayahturachman, telah berusia ratusan tahun.
Di kawasan Pantai Melawai terdapat dua pulau yaitu pulau Babi dan pulau Tukung. “Kedua pulau menjadi makam bagi sepasang kekasih di jaman kerajaan Kesultanan Kutai dahulu kala,” kata Hidayahturachman.
BACA JUGA: Menengok Dapur Tim Kreatif Indonesia Animation Army
Tapi menyangkut sosok siapa yang di makamkan di kedua pulau itu, hal misteri ini belum bisa terpecahkan, apakah benar kedua makam yang berada di kedua pulau Babi dan Tukung adalah makam keturunan raja.
Warga sekitar Suwandi yang pernah lama berdiam di sekitar pelabuhan sedikit mengetahui sedikit cerita keberadaan makam di atas Pulau Tukung.
BACA JUGA: Merasakan Keharuan dalam Kebaktian Terakhir di Kalijodo
“Kalau tidak salah menurut cerita orang tetua-tetua dulu ada sepasang kekasih, karena cinta tidak disetujui dikarenakan perbedaan kasta, pasangan wanita yang berparas cantik memutuskan bunuh diri,” jelas Suwandi, meski mengaku kisah tersebut masih diragukan.
Wandi menambahkan, konon sebelum banyak pemukiman dan pembangunan di kawasan Semayang, pulau Babi dan Tukung terbilang angker. “Bahkan di malam-malam tertentu yang disakralkan sering ada kemunculan sosok perempuan yang cantik sekali,” bebernya.
Wandi mengungkapkan biasanya apabila perempuan cantik itu menampakkan diri, oleh warga dijadikan pertanda “Akan ada musibah,” bebernya.
Sebagian warga sekitar percaya akan hal itu, maka tak heran terkadang banyak juga warga baik yang mengetahui sejarah Pulau Tukung, maupun warga luar daerah suka membawakan seserahan (sesaji) untuk dilarung di kedua pulau keramat itu.
Sesaji itu bisa berupa hewan atau lainnya. “Dulu banyak sekali warga bawa sesaji berupa kambing dan ayam kemudian kambing dan ayam yang disajikan, beloncatan dari pulau keramat dan langsung menghilang di telan ombak,” tutur Wandi.
Menurut saksi kunci lain yang enggan namanya ditulis di media, keberadaan salah satu makam sebenarnya sudah berpindah tak jauh dari lokasi Pulau Tukung.
“Yang dimakamkan di sana sebenarnya seorang pemuka agama alim ulama yang memiliki ilmu agama cukup tinggi dan melakukan syiar (penyiaran agama islam) baik di jaman kerajaan hingga memasuki jaman penjajahan Belanda dan Jepang,” tutur Narto. (aji/war)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerhana Matahari: Hewan Ternak Diolesi Warna Merah, Ibu Hamil Dimandikan
Redaktur : Tim Redaksi