jpnn.com - KENDARI - Sejak dibekukan awal Januari 2015 lalu di Sulawesi Tenggara, organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) memang sudah tak terdeteksi lagi. Namun bukan berarti semuanya beres.
Jejak masalah ternyata ditinggalkan kelompok ini. Nasruddin, pemimpin gerakan ini yang sempat membuat heboh Desa Todoloyo, Kecamatan Oheo, Konawe ini memilih merantau ke Kalimantan, dengan membawa pengikut. Mereka itulah yang kini dilaporkan hilang.
BACA JUGA: Ayah Bahrun Naim : Kalau Benar Anak Saya, Silahkan Ditangkap
Dikutip dari Kendari Pos, Jumat (15/1), hingga kemarin, ada 11 orang dilaporkan hilang, dan diduga kuat sudah bergabung dengan organisasi yang melarang orang untuk salat dan puasa itu.
Sembilan orang termasuk Nasruddin berasal dari Kota Kendari, sedangkan dua lainnya dari Kota Baubau. Jejak orang-orang itu hingga kini tidak diketahui oleh keluarga mereka. Bahkan mereka pergi untuk tujuan apa juga tak diketahui.
BACA JUGA: Kasus Money Politic Anggota Dewan Diam di Tempat
Pihak keluarga hanya diberi pesan bahwa kepergian mereka dalam tujuan mengejar kebenaran kehidupan yang belum ditemukan di Sultra. Selain itu, keluarga juga disampaikan bahwa tidak lama lagi mereka akan menggelar peperangan dengan suatu daerah yang tidak diketahui siapa.
Untuk Kendari ada dua kepala keluarga (KK) bersama 5 orang anak yang berada di Jalan La Ode Hadi, Lorong Satria, Kelurahan Wawowanggu, Kecamatan Kadia. Sementara di Kota Baubau juga terdapat dua anggota keluarga yang diketahui adalah mahasiswa di Jogjakarta.
BACA JUGA: Oalah! Berpakaian Rapi, Pria Ini Curi Kotak Amal
Warga Kendari hilang sejak 8 bulan yang lalu, sementara dua mahasiswa asal Baubau hilang sejak 5 bulan yang lalu.
Dua keluarga yang ada di Lorong Satria itu, yakni keluarga Irwansyah (35) (suami) hilang bersama Ida (istri) dan tiga orang anak masing-masing Galang, Fandi dan Tasya. Selain mereka ada juga saudara dari Irwansyah yakni adik iparnya sendiri bernama Nasaruddin (suami), Irma (istri) saudara dari Irwansyah beserta dua orang anaknya yani Fauzan dan adiknya yang belum diketahui namanya karena pergi, Irma masih dalam keadaan hamil dan dikabarkan melahirkan dalam perjalanan.
Terungkapnya kasus orang hilang di Lorong Satria bermulai dari laporan seorang warga bernama Suardi ke Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Suardi yang sehari-hari tinggal di lorong itu beberapa hari terakhir memang menyimak berita mengenai kasus hilangnya dr Rica di Jogyakarta. Ia pun merasa, lenyapnya tetangga sekaligus kerabatnya itu bisa saja terkait.
Kepala Kesbangpol Kota Kendari, Ridwansyah Taridala bercerita, Suardi datang padanya Rabu (13/1) lalu, dan menceritakan kecurigaan kalau anggota keluarganya yang pergi sejak 6 bulan lalu itu sama nasibnya dengan dr. Rica. Mendengar cerita dari Suardi, Ridwansyah langsung menghubungi pihak Polda dan Korem untuk dilakukan pendalaman.
"Malamnya, saya undang Suardi ke rumah untuk melanjutkan ceritanya di depan aparat keamanan,” kata Ridwansyah.
Sementara itu, Kapolres Kendari AKBP Ilham Saparona mengatakan, kasus itu kini telah ditanganinya. Pihaknya telah melakukan penyelidikan di lapangan untuk mencari tahu dimana keberadaan kelompok keluarga Suardi itu. Dugaan sementara, dua keluarga yang ada di By Pass Kendari itu berada di Kalimantan.
Namun itu masih dugaan karena baru sebatas keterangan keluarga di Lorong Satria. "Katanya mereka menuju Kalimantan, makanya kami juga sementara mencari tahu apakah benar disana. Kami juga sudah menggerakan anggota untuk melakukan penindakan," tegasnya.
Sementara itu, di Polda Sultra juga merilies data korban hilang di Sultra. Kabid Humas Polda Sultra AKBP Sunarto mengatakan, berdasarkan data yang masuk di Direktorat Intelegen Keamanan Polda Sultra, bukan hanya di Kendari yang ada korban hilang yang diduga ikut gerakan radikan Gafatar.
Di Baubau ada dua orang pemuda yang diketahui adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STT Nas) Yogyakarta bernama Mukhazabal Fuadum (26) dan Mahasiswa Atmajaya Yogyakarta bernama Anwar Sadat (24). Keduanya adalah anak dari Suhub (60) yang menurut keluarga keduanya hilang sejak 5 bulan lalu.
"Kata orang tuanya mereka putus komunikasi denga anaknya sejak Oktober 2015 lalu. Menurut mereka selama ini kedua anak itu aktif di gerakan Gafatar Yogyakarta. Namun kami masih mencoba melakukan koordinasi dengan Polda DIY untuk kasus ini," kata mantan Kapolres Baubau itu.
Lebih lanjut Sunarto mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah-langlkah hukum seperti melaksanakan penyelidikan. (egy/ely/b/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BEJAT: Oknum Brimob yang Mengenakan Pakaian Seragam Merenggut ââ¬ËKesucianââ¬â¢ Gadis 13 Tahun
Redaktur : Tim Redaksi