Mitigasi Emisi Kendaraan, Grand Design Net-ZEV Masuk RPJMN 2025-2029

Selasa, 12 November 2024 – 14:31 WIB
M Rachmat Kaimuddin, Deputi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah Membuka Workshop Nasional Grand Strategy net-ZEV pada RPJMN 2025-2029. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Sejak menandatangani Protokol Kyoto pada 2005, Indonesia telah berupaya menekan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5°C pada tahun 2100.

Namun, sektor transportasi menyumbang sekitar 23% dari total emisi GRK nasional, dan polusi udara yang ditimbulkan di perkotaan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.

BACA JUGA: Program RPJMN Tak Efektif, Kembalikan ke Program Pelita dan Repelita

Berdasarkan data KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal) pada 2016, biaya medis warga Jakarta akibat polusi udara mencapai Rp 51,2 triliun, meningkat dari Rp 38,5 triliun di tahun 2010 (KLH).

Menanggapi isu ini, pemerintah dan pemangku kepentingan sepakat bahwa perlu adanya strategi penurunan emisi transportasi yang lebih terpadu.

BACA JUGA: Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif

Menurut data UNEP 2020, adopsi kendaraan listrik di Indonesia dapat membawa manfaat ekonomi sebesar Rp 9.603 triliun pada 2030 melalui penghematan BBM serta peningkatan produktivitas dan kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu, formulasi grand design Net Zero Emission Vehicle (net-ZEV) menjadi kebutuhan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

BACA JUGA: PT PLN Indonesia Power UBH Uji Emisi Kendaraan

Pada 8 November 2024, KPBB dan ClimateWorks Foundation mengadakan workshop nasional bertajuk “Grand Design Net Zero Emission Vehicle” di Hotel Aryaduta Jakarta. Workshop ini dihadiri 133 orang dari kementerian, industri otomotif, dan lembaga sipil untuk menyusun strategi mitigasi emisi karbon di sektor transportasi.

Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas M Rachmat Kaimuddin, menyatakan bahwa kendaraan net-ZEV harus menjadi bagian dari agenda pembangunan nasional.

“Net-ZEV adalah kendaraan dengan level emisi yang mendukung terwujudnya Vehicle Carbon Neutral, yaitu keseimbangan antara emisi karbon yang dihasilkan kendaraan dengan kemampuan kita dalam memitigasinya,” ujar Rachmat, dalam keterangannya, Selasa (12/11).

Ahmad Safrudin menyoroti ketertinggalan Indonesia dalam mitigasi emisi kendaraan bermotor. Ketertinggalan tersebut antara lain standar karbon kendaraan tidak diatur; agenda mitigasi GRK kendaraan bermotor dengan elektrifikasi tertunda, misalnya adopsi bus listrik di Jakarta yang seharusnya sudah mencapai 2700 unit pada 2024 ini, baru terealisasi 100 unit.

"Kemudian, BBM berkualitas rendah (seperti High Sulfur Fuel) dengan faktor emisi karbon tinggi masih diedarkan,” jelas Ahmad.

Rachmat menambahkan bahwa adopsi net-ZEV tak hanya akan mendukung mitigasi emisi tetapi juga memicu perkembangan industri otomotif nasional.

“Agenda net-ZEV harus mampu menjadi persemaian pembangunan industri otomotif nasional dengan fokus memproduksi kendaraan beremisi nol bersih,” tuturnya.(jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler