jpnn.com - JAKARTA - Calon Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, bekerja keras untuk memahami ada apa dengan Ahmadiyah. Setelah bisa memahami dengan baik menurutnya, ternyata ada dua persoalan besar yakni Aqidah dan komunikasi.
"Aqidah bukan urusan saya karena saya tentara tapi ada persoalan komunikasi yang harus diselesaikan, harus dikanalisasi," ujar Moeldoko dalam Fit and Proper Test di DPR, Jakarta, Rabu (21/8).
BACA JUGA: Beranikah KPK Menahan Anas? Johan Budi: Jangan Menguji Kami
Ia menuturkan, ada kecurigaan orang non Ahmadiyah kepada Ahmadiyah. Sementara Ahmadiyah bersifat eksklusif atau tertutup. "Saya coba memahami keduanya," ucap Moeldoko.
Ia melarang melakukan kekerasan terhadap Ahmadiyah, masjid maupun orangnya. Sehingga pendekatan dengan molotov untuk merusak masjid dan pendekatan dengan golok harus dihentikan.
BACA JUGA: Komisi I DPR Setuju Moeldoko jadi Panglima TNI
Non Ahmadiyah menurut Moeldoko, kalau mau memahami Ahmadiyah lebih baik menggelar sajadah di masjid mereka. Hal ini adalah suatu ajakan moral.
"Keputusan itu saya komunikasikan dengan pemerintah daerah, polda, dan jaksa. Semuanya bersepakat oke ini konsep yang bagus kita lakukan," ucapnya.
BACA JUGA: Robert Tantular Dicecar Sembilan Pertanyaan oleh Penyidik KPK
Namun lanjut Moeldoko, harus ada yang mengawalnya yakni TNI dan Polri. Sebab, jika terjadi perkelahian mereka bisa menjadi wasit.
"Kita masuk ke masjid mengawal mereka. Memang ada perselisihan siapa yang jadi imam rebutan. Akhirnya berjalan dengan baik namun tiba-tiba ada berita terjadinya persepsi operasi sajadah," tuturnya.
Namun demikian Moeldoko menjelaskan, itu bukanlah sebuah operasi. Sebab kalau operasi setidaknya ada tiga hal yakni sasaran, anggaran, dan waktu. "Ketiganya tidak ada," katanya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dubes Diminta Mendata WNI di Mesir yang Ingin Pulang
Redaktur : Tim Redaksi