Moeldoko Pengin Bangun Pabrik Baterai untuk Bus Listrik

Rabu, 07 Maret 2018 – 23:55 WIB
Moeldoko. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - PT Mobil Anak Bangsa (MAB) besutan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko memiliki rencana lanjutan terkait bus listrik.

“Kami saat ini akan upgrade bus dahulu, kami akan buat semakin nyaman. Saya juga melihat dari beberapa karoseri sudah punya standar bagus dan akan menggandeng karoseri Gemilang Malaysia karena mereka juga tertarik,” ujar Moeldoko, Selasa (6/3).

BACA JUGA: Bus Listrik Produksi PT MAB Digunakan pada Asian Games 2018

Dia juga mengaku sudah memiliki rencana membangun pabrik baterai di Indonesia.

Bahkan, dirinya menyebut realisasinya tidak akan terlalu lama. Sebab, beberapa perusahaan dari negara lain juga sudah melakukan penjajakan untuk kerja sama.

BACA JUGA: Bus Listrik Akan Beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta

“Ada dari Korea, Shanghai, dan ada juga dari Jepang. Sementara dari lokal memang belum ada. Kami juga punya SDM yang punya keahlian di bidang manajemen baterai. Nanti kami bisa kolaborasi dengan luar negeri dan terjadi TOT (transfer of technology) dan ke depan akan 100 persen,” kata Moeldoko.

Moeldoko tidak menjelaskan secara detail soal langkah investasi pabrik baterai yang akan dilakukannya dan siapa perusahaan yang bakal menjadi mitranya ke depan.

BACA JUGA: 5 Persen Saham PT MAB untuk Anak Bangsa

“Mohon maaf saya tidak bisa menjelaskan. Namun, setidaknya sudah ada kesepakatan dengan partner saya dari luar negeri yang ingin membangun pabrik baterai di sini. Itu poinnya,” kata Moeldoko.

“Ini kemudian akan berkaitan dengan value ekonominya. Nanti apa mungkin saya yang akan menyiapkan tanahnya, sementara mereka akan membuat pabriknya sampai dengan pengembangan dan yang lainnya,” ujar Moeldoko.

Meski begitu, Moeldoko menyatakan, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi.

"Untuk membangun pabrik baterai itu kan isunya ada pada masalah limbah, faktor lingkungan. Kalau menurut saya, faktor limbah itu sebenarnya bisa dieliminasi. Caranya dengan standardisasi yang tinggi dan punya rasa tanggung jawab,” tambah Moeldoko.

Dia mengaku tidak ingin membangun pabrik baterai di Indonesia yang pada akhirnya menimbulkan masalah lingkungan.

“Jadi nanti harus ketat. Menjaga tanggung jawab sosial itu penting," papar Moeldoko.

Selain itu, kendala bahan material menjadi masalah lainnya. Logam yang menjadi bahan untuk membuat baterai kini masih sulit didapat.

"Semoga nanti ke depannya bila sudah berjalan, kami dapat mengembangkan pembuatan logam sendiri seperti yang sudah kami miliki di Bangka," tambah Moeldoko.

Dirinya menjelaskan, bahwa semua bisnis yang dia tekuni sangat berkaitan dengan sosial.

“Di pertanian, saya itu bukan untuk cari duit tapi bagaimana memikirkan tanah yang tadinya rusak menjadi bagus. Kedua, produktivitas yang rendah menjadi tinggi. Yang ketiga, itu yang saya tanam adalah organik sehat. Harapan kami, anak-anak kita ke depan, makan-makanan yang sehat. Nah, itu value sosial yang saya lakukan," pungkas Moeldoko.

Perkiraan tersebut Moeldoko kemungkinan besar terjadi. Dengan adanya bantuan dari pihak yang sudah ahli di bidang kendaraan listrik, dia memprediksi dalam lima tahun Maxvel sudah 100 persen kandungan lokalnya bisa tercapai.

"Seperti mobil listrik yang saya bangun ini. Kami mengirimkan tim 12 kali ke Shanghai. Ada 10-11 ke sini timnya Shanghai ke Indonesia saling mondar-mandir, saling mengisi," tutur Moeldoko. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KSP Sambut Baik Undangan WEF untuk Presiden Jokowi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler