jpnn.com - JOGJA - Target Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa tentang Indonesia bebas prostitusi pada 2020 membuat resah penghuni lokalisasi Pasar Kembang (Sarkem). Penghuni Sarkem yang tergabung dalam Perempuan Pekerja Seks Yogya (P3SY) melihat target itu bukanlah solusi.
Ketua P3SY Sarmi mengatakan, penutupan lokalisasi justru akan menimbulkan prostitusi terselubung. Selain itu, pembubaran lokalisasi juga akan menyulitkan penanganan efek kesehatannya.
BACA JUGA: Lelang Jabatan Tak Diminati, Pemkab Perpanjang Pendaftaran
“Pembubaran prostitusi itu bukan solusi, malah bisa menimbulkan prostitusi terselubung yang minim perlindungan,” ujarnya sebagaimana dikutip Jawa Pos Radar Jogja dari diskusi kekerasan Struktural dan Meningkatnya Kerentanan Pada Pekerja Seks di Kantor Kelurahan Sosromenduran Kamis (15/12).
Sarmi menambahkan, saat ini penghuni Sarkem kebingungan. Apalagi setiap ada kabar penutupan lokalisasi seperti Dolly atau Kalijodo, kecemasan PSK di Sarkem pun selalu bertambah.
BACA JUGA: Lah..Baru Dibangun, Atap Kelas Kok Ambruk
Mereka selalu resah karena kabar penutupan lokalisasi di kota lain selalu dikaitkan dengan Sarkem. Terutama ketika ada kelompok masyarakat yang memaksakan penutupan Sarkem.
Sarmi juga mengeluhkan adanya upaya membenturkan PSK di Sarkem dengan warga setiap muncuk isu penutupan. “Mereka terus melempar ke warga, artinya sama saja mengadu kami dengan warga,” ujarnya.
BACA JUGA: Maaf, Stok BBM Habis di Sini
Meskipun begitu, Sarmi mendukung jika ada PSK yang ingin beralih profesi. Namun, katanya, penutupan lokalisasi dan pemberian kompensasi bagi PSK bukanlah satu-satunya solusi.
Menurutnya, banyak PSK yang sudah mencoba keluar dari dunia prostitusi, akhirnya kembali lagi karena tuntutan kebutuhan hidup. “Sosialisasi dan pendampingan harus terus dilakukan dan tanpa kekerasan, alih profesi itu dari kesadaran bukan paksaan,” tuturnya.(pra/eri/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanah Berderak, Warga Pusing Tujuh Keliling
Redaktur : Tim Redaksi