Monica Lewinsky Ungkit Lagi Hubungan Gelap dengan Clinton

Kamis, 01 Maret 2018 – 12:05 WIB
Monica Lewinsky dan Bill Clinton di Kantor Presiden Amerika Serikat pada 1997. Foto: CNN

jpnn.com, WASHINGTON - Nama Monica Lewinsky menghiasi halaman utama media internasional pada 1998–1999. Skandal perselingkuhannya, juga seks oralnya, dengan Presiden Amerika Serikat (AS) kala itu, Bill Clinton, terungkap.

Setelah belasan tahun merenung, Lewinsky merasa bahwa dirinya adalah korban penyalahgunaan kekuasaan.

BACA JUGA: 6 Fakta seputar Ibu Bunuh Bayinya, Gara-gara Selingkuh

Monica Lewinsky duduk dengan tangan ditumpukan di sandaran kursi. Baju yang dikenakannya berwarna biru. Pun demikian kursinya.

Foto perempuan yang pernah menjadi pusaran keretakan rumah tangga mantan Presiden AS Bill dan Hillary Clinton itu diambil sebulan lalu dan kini menghias halaman website Vanity Fair edisi Maret.

BACA JUGA: Yuninda Sadis Banget! Bikin Merinding

Entah mengapa warna biru yang dipilih. Yang jelas, baju bernoda sperma yang menjadi bukti perselingkuhan Lewinsky dan Clinton juga berwarna biru.

Perempuan 44 tahun itu memang tak sekadar menjadi model. Dia menuliskan pengalamannya saat skandal perselingkuhannya terungkap, masa-masa setelahnya, dan apa yang dia refleksikan dari kejadian yang membuat heboh dunia internasional tersebut.

BACA JUGA: Seks Bebas Marak, Jumlah Kasus Pembuangan Bayi Melonjak

Mantan pegawai magang di Gedung Putih itu mengaku menderita post traumatic stress disorder (PTSD) setelah hubungannya tercium media.

Gangguan tersebut terjadi karena media menuliskan kisahnya terus-menerus. Proses peradilan yang panjang membuat dia merasa terkucilkan.

Saat itu, Lewinsky juga mengalami perundungan terus-menerus. Kondisinya tidak sama seperti saat ini setelah adanya gerakan #MeToo. Korban pelecehan seksual bisa mengungkapkan kisahnya secara terbuka dan mendapatkan dukungan. Bahwa para perempuan malang itu tidak sendirian menanggung nasibnya.

Karena itu, dia tak kuasa menahan air mata saat pemimpin gerakan #MeToo menghubunginya dan menyesalkan bagaimana Lewinsky selama ini sendirian menghadapi masalahnya.

Gerakan yang kini mendunia itu memberikan rasa aman yang berasal dari solidaritas. Perempuan yang kini menjadi aktivis anti perisakan tersebut mengungkapkan, beberapa orang menilai bahwa pengalaman pahitnya selama di Gedung Putih tidak termasuk dalam gerakan #MeToo.

”Karena apa yang terjadi antara Bill Clinton dan saya bukanlah pelecehan seksual meski kami kini menyadari bahwa ini adalah penyalahgunaan kekuasaan yang berat,” tulis Lewinsky pada Vanity Fair seperti dilansir The Guardian.

Lewinsky baru menyadari dampak dari perbedaan kekuasaan yang mencolok antara seorang presiden dan pegawai magang di Gedung Putih. Mereka tidak sebanding.

Meski mereka melakukan hubungan gelap itu tanpa paksaan, penyalahgunaan tersebut tetaplah ada. Terlebih saat itu usia Lewinsky masih sangat muda, yaitu 22 tahun.

”Dia 27 tahun lebih tua dari saya dan memiliki cukup pengalaman hidup untuk tahu mana yang lebih baik,” tegas perempuan yang memiliki nama asli Monica Samille Lewinsky itu dalam tulisannya.

Meski begitu, Lewinsky menggarisbawahi bahwa itu bukan berarti dirinya tidak bersalah sama sekali. Dia mengaku setiap hari menyesalkan terjadinya hubungan terlarang tersebut. (sha/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga, Bayi Bertali Pusar Dibuang di Depan Rumah Warga


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler