Eksportir ternak mungkin akan terkejut mendengar monopoli ekspor sapi potong Australia ke Indonesia akan segera berakhir. Naiknya harga ternak sapi di Australia memaksa Indonesia untuk mencari pemasok alternatif.

Curah hujan di Australia sedang tinggi saat ini, tapi produsen sapi di Australia masih menghadapi kekeringan.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Bentrokan Antaretnis di India Menewaskan Lebih dari 50 Orang

Tahun-tahun kering yang panjang akibat El Nino membuat sebagian besar wilayah peternakan di Australia kehabisan pasokan sapi ternak dan banyak peternak terus berupaya membangun kembali peternakan mereka.

Pasokan yang berada di titik terendah juga membuat harga ekspor melonjak dan memukul pasar, khususnya Indonesia.

BACA JUGA: Tiga Dekade Kasus Marsinah: Buruh Masih Berjuang Sendiri?

Harga sapi Australia naik drastis dalam beberapa tahun terakhir, kata Didiek Purwanto dari Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia.

Menurutnya kenaikan harga sapi potong saat ini luar biasa, mencapai hampir 100 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Sebuah Bintang Menelan Planet Seukuran Jupiter

Monopoli 'tidaklah sehat'

Indonesia bukan hanya pasar ekspor terbesar Australia untuk sapi hidup yang bernilai lebih dari setengah miliar dolar setahun.

Namun, selama lebih dari tiga dekade, Australia memonopoli sebagai satu-satunya pemasok Indonesia yang mengekspor 500.000 hingga 700.000 ekor sapi saat kondisi peternakan di Australia baik-baik saja.

Tapi sekarang dengan jumlah pasokan sapi Australia yang turun dan harganya yang tinggi, Indonesia mengakhiri monopoli Australia.

Untuk pertama kalinya, Indonesia bersiap mengimpor sapi hidup dari Brasil dan Meksiko.

Menurut Didiek, kalau Indonesia hanya mendapat pasokan dari satu negara saja, itu tidak sehat, karena hanya ada satu pemasok yang memiliki posisi tawar yang kuat.

Kedua, jika ada masalah dengan pasokan, maka Indonesia akan sangat terpukul karena hanya ada satu sumber penghasil.

Karenanya, tidak bisa dihindari lagi perdagangan ternak sapi ke Indonesia akan turun akibat diperbolehkannya mengimpor sapi asal Brasil dan Mexico.

Didiek juga mengatakan Brasil sudah memberantas penyakit kuku dan mulut, sehingga membuka peluang besar untuk para pengimpor sapi di Indonesia.Australia tidak khawatir

Dewan Eksportir Peternakan Australia mengaku tidak terlalu khawatir jika jumlah ekspor sapi Australia ke Indonesia akan berkurang.

Mark Harvey-Sutton, direktur eksekutif dari dewan eksportir mengatakan harga sapi di Australia sudah mulai menurun.

Ia juga merasa yakin jika sapi atau daging Australia selalu memiliki reputasi dengan kualitasnya yang baik.

"Saya tahu bahwa Indonesia adalah pasar yang sensitif terhadap harga. Tapi kuncinya adalah permintaan belum berhenti, permintaan belum berkurang," ujarnya kepada ABC.

"Bagi saya ini menggarisbawahi pentingnya ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat fakta bahwa Indonesia memandang Australia sebagai pemasok yang konsisten dan dapat diandalkan untuk daging sapi yang segar."

Jika harga sapi Australia jauh lebih tinggi daripada yang ditawarkan Brasil, Mark mengatakan Australia akan tetap bisa bersaing.

"Pastinya akan bisa bersaing, alasan kami bisa bersaing adalah karena kualitas yang selalu bisa diandalkan, makanya mungkin selalu lebih mahal dari sapi Brasil," kata Mark.

"Jika ada persaingan, tentunya akan kami sambut karena belum tentu bisa menyaingi kualitas kami."

Mark juga mengatakan pesaing terbesar Australia bukan hanya pengekspor ternak lain seperti Brasil, tapi juga daging kerbau dari India, yang harganya lebih terjangkau bagi banyak warga di Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarga Nelayan Aceh Minta Kompensasi Lebih dari Rp 600 juta dari Warga Australia yang Menyerangnya

Berita Terkait