Mozart

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 23 Juni 2021 – 17:54 WIB
Luka Modric. Foto: Twitter@EURO2020

jpnn.com - Wolfgang Amadeus Mozart adalah musisi jenius asal Salzburg yang hingga kini karyanya masih mendapat apresiasi luar biasa.

Dia lahir 27 Januari 1756 dan meninggal tanggal 5 Desember 1791. Sampai sekarang ia ditasbihkan sebagai komposer musik klasik paling anggun, dan kompoisinya menyihir manusia seluruh dunia.

BACA JUGA: Total Football

Ia menunjukkan bakat luar biasanya dalam bermusik sejak masa anak-anak. Ia telah menguasai biola dan keyboard saat usianya masih lima tahun dan mulai menciptakan lagunya sendiri.

Pada usia 17 tahun ia sudah menjadi musisi di Salzburg. Namun, ia tidak puas dan ingin mencari tantangan yang lebih besar. Pada 1781, Mozart hijrah ke Vienna dan langsung mendapatkan popularitasnya.

BACA JUGA: Gott ist Tott

Meski demikian, secara finansial ia tidak terlalu kaya. Selama tahun-tahun terakhirnya di Vienna, ia membuat banyak komposisi lagu untuk konser dan opera. Semasa hidupnya Mozart telah membuat lebih dari 600 lagu klasik.

Namun, Requiem terakhirnya belum juga selesai hingga ia meninggal. Ia dikenang sebagai salah satu komposer musik klasik paling berpengaruh di eranya. Bahkan ketika Mozart masih hidup, karya-karya Ludwig van Beethoven seolah-olah berada di bawah bayang-bayang Mozart.

BACA JUGA: Pengangkut Air

Di dunia sepak bola, Luka Modric adalah Mozart.

Karena tubuh Modric mungil untuk ukuran Eropa (tingginya 1,73 meter) ia dijuluki The Little Mozart, Si Mozart Kecil.

Kehadirannya di lapangan selalu memunculkan irama permainan yang indah dan menyihir.

Gerakan-gerakannya seperti komposisi klasik yang indah dan bertenaga.

Penampilannya bersama Kroasia Rabu (23/6) dini hari WIB melawan tuan rumah Skotlandia menunjukkan bahwa Modric masih tetap seorang Mozart Kecil.

Gol yang diciptakannya adalah sihir yang membuat seluruh dunia terhenyak tidak percaya. Gol yang mustahil.

Bahkan situs resmi UEFA pun menyebut Modric mencetak gol di luar nalar.

Tekniknya yang tinggi membuat siapa pun yang melihat berdecak kagum. Performa impresif diperlihatkan dalam duel di Hampden Park.

Kontribusinya membawa Kroasia meraih kemenangan meyakinkan 3-1 dan membuat mereka lolos ke babak 16 besar Euro 2020 dengan status sebagai runner-up Grup D.

Gol Modric di menit ke-62 benar-benar sensasional.

Diawali dari serangan dari sisi kanan pertahanan Skotlandia, Mateo Kovacic memberikan umpan mendatar kepada Modric.

Dengan penuh perhitungan Modric menggunakan kaki bagian luar untuk menendang. Bola meluncur deras ke pojok gawang disertai lengkungan dan tak bisa diantisipasi kiper Skotlandia, David Marshall.

Gol ajaib ini menjadi trending topic di media sosial. Ribuan tweet mengomentarinya. Sangat mungkin gol ini menjadi "goal of the tournament", gol terbaik dalam gelaran Euro 2020.

Torehan golnya itu sekaligus membawa Modric mencatat rekor sebagai pemain tertua yang mencetak gol. Modric sekarang berumur 35 tahun 286 hari. dan dia juga mencatat rekor Eropa sebagai pencetak gol termuda di ajang yang sama ketika umurnya 22 tahun 273 hari.

Ketika mengawali karier sepak bola, Modric dipandang sebelah mata. "Tubuhmu terlalu kecil untuk menjadi pesepak bola," demikian kalimat yang sering didengar oleh Modric pada awal kariernya.

Setiap kali berlatih, setiap kali kalimat itu pula yang ia dengar. Bukan satu-dua orang yang mengatakannya, tetapi hampir semua.

Namun, justru dari tubuh kecil kerempeng yang tidak atletis itu gerakan-gerakan sihir muncul.

Dunia tersihir dan pada puncaknya menobatkan Modric sebagai penerima Ballon d’Or, pemain terbaik dunia 2018 menyisihkan Ronaldo dan Messi.

Dua pesepak bola itu sering disebut sebagai makhluk dari planet lain, alien, karena skill-nya yang di luar jangkauan manusia. Ronaldo dan Messi selalu berebut menjadi yang terbaik di dunia selama sepuluh tahun.

Namun, tahun itu muncul makhluk lain yang bisa mengalahkan dua alien itu. Makhluk itu adalah tukang sihir bertubuh kecil dari Kroasia, Luka Modric. Ia merampas gelar itu dari Messi dan Ronaldo.

Tubuh Luka Modric tidak seatletis Cristiano Ronaldo dengan tubuh garing dan perut six pack.

Bakat pemain asal Kroasia itu juga belum mencapai level Lionel Messi. Namun, kerja keras dan semangat tinggi menjadi kunci keberhasilan Modric. Berbagai rintangan dia lalui untuk bisa sampai menjadi salah satu pesepak bola terbaik dunia saat ini.

Masa kecil Luka Modric tidak terlalu bahagia apabila dibandingkan pesepak bola lainnya. Lahir di Yugoslavia yang menjalani Perang Balkan, Modric kehilangan orang-orang yang dia cintai.

Kakek dan nenek Luka Modric ditembak ketika dia masih berusia enam tahun. Selain itu, kota Modric yang menjadi tempat tinggalnya kerap dijatuhi bom. Situasi keamanan di negaranya membuat Modric kecil terpaksa mengungsi di sebuah hotel. Modric menjadi pengungsi selama kurang lebih tujuh tahun.

Ketika situasi keamanan di negaranya mulai kondusif, Luka Modric baru bermain sepak bola. Ia mengawali karier bersama Dinamo Zagreb. Karier Luka Modric semakin menanjak ketika pindah ke Tottenham Hotspur pada 2008.

Empat musim di London Utara, Luka Modric kembali hijrah. Real Madrid menjadi pelabuhan Modric berikutnya ketika pindah pada 2012. Sayangnya karier Luka Modric tidak langsung berjalan lancar di Real Madrid.

Modric sempat kesulitan beradaptasi dengan sepak bola Spanyol pada musim perdananya. Bahkan, Luka Modric dilabeli pembelian terburuk musim itu oleh para pendukung Real Madrid. Beruntung, Modric tidak patah arang dan bekerja keras memperbaiki performa.

Perlahan, tetapi pasti, Luka Modric menyegel tempat di tim utama Real Madrid. Gelandang asal Kroasia itu membantu Los Blancos memenangi La Decima. Setelah itu, Luka Modric menjadi pemain penting di lini tengah Real Madrid. Bahkan, Modric mendapatkan nomor punggung legendaris, 10.

Puncak karier Luka Modric tercipta pada 2018. Pada tahun itu, Modric membawa Real Madrid memenangi Liga Champions untuk tiga kali berturut-turut. Sebuah rekor yang belum terpecahkan oleh tim mana pun.

Puncak sihir Modric dipamerkan di panggung Piala Dunia 2018. Ia membawa Kroasia menjadi Kuda Hitam yang tampil di final. Sayang sekali di partai puncak itu sihir Modric dihentikan oleh tim Prancis.

Di pentas Euro 2020 kali ini sihir Mozart Kecil masih berkilau. Sihir itu akan menyilaukan lawan-lawannya. Dan tidak mustahil Kroasia menjadi juara karena sihir Si Mozart Kecil. (*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler