MPR Minta Tingkatkan Ekspor Indonesia ke Kazakhstan

Kamis, 09 Desember 2021 – 21:39 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (kanan) menerima Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan Fadjroel Rachman di Jakarta pada Kamis (9/12). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia bisa mempelajari banyak hal dari Kazakhstan yang sukses memindahkan ibu kota negaranya dari Almaty ke Astana (sekarang Nur Sultan).

Hal itu dikatakan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) setelah menerima Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan Fadjroel Rachman di Jakarta pada Kamis (9/12)

BACA JUGA: MPR RI Respons Positif Rencana TNI Rekrut Santri

''Pemindahan ibu kota negara persoalan yang sangat kompleks dan rumit. Karena itu, perlu upaya yang terkonsolidasi dengan baik,'' ujar Bamsoet.

Sejumlah hal perlu dilakukan secara bertahap.

BACA JUGA: Pimpinan MPR Apresiasi Kinerja Polri

Ketua ke-20 DPR RI ini menjelaskan, Duta Besar Fadjroel Rachman juga bergerak cepat menuntaskan berbagai visi dan misi luar negeri Presiden Joko Widodo. 

Sebagai sosok yang pernah menjabat juru bicara presiden, Fadjroel Rachman sangat memahami suasana batin dan perjuangan Presiden Joko Widodo dalam memajukan Indonesia.

BACA JUGA: MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan, Mahasiswa Berperan Besar Tangkal Hoaks

"Salah satu hal yang menjadi konsentrasi Presiden Joko Widodo adalah menjadikan duta besar tidak hanya agen diplomasi, tetapi juga sebagai marketing dalam memasarkan berbagai produk UMKM Indonesia,'' ujar Bamsoet.

Letak geografis Kazakhstan yang berbatasan langsung dengan Rusia, Tiongkok, Iran, dan Turki menjadikannya seperti leader di kawasan Asia Tengah. 

Bamsoet menilai, Indonesia harus bisa memanfaatkan hal itu untuk meningkatkan ekspor ke Eropa.

Bamsoet menerangkan, produk potensial Indonesia yang dapat diekspor ke Kazakhstan, antara lain, minyak nabati, teh, kopi, cokelat, dan produk makanan.

Selain itu, obat-obatan, kosmetik, ikan, popok, produk kimia dan petrokimia, kayu dan barang turunannya, kertas dan kardus, pakaian, alas kaki, serta kain. 

Perdagangan kedua negara masih relatif kecil dan belum dapat dilakukan secara langsung, melainkan harus melalui negara ketiga.

Bamsoet menjelaskan, salah satu kendalanya adalah biaya logistik dan transportasi yang sangat tinggi.

Di Kazakhstan, tidak ada pelabuhan laut terbuka dan penerbangan langsung dari Indonesia.

"Kendala ini bisa dilihat sebagai peluang bagi Duta Besar Fadjroel Rachman untuk membuka penerbangan langsung Indonesia-Kazakhstan, baik kargo maupun penerbangan dengan penumpang,'' pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler