Mubarak Ditenggat Jumat

Demo Sejuta Orang, Tuntut Mundur sebelum Transisi Demokrasi di Mesir

Rabu, 02 Februari 2011 – 06:45 WIB
KRISIS - Ramainya khalayak warga dan demonstran di Tahrir Square, Kairo, Selasa (1/2). Foto: Reuters TV.

KAIRO - Tuntutan supaya Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur dari kekuasaannya sudah menjadi harga matiUnjuk rasa besar-besaran di Mesir terus berlangsung

BACA JUGA: Mesir Bergejolak, Ribuan WNI pun Dievakuasi

Hal itu terbukti dari aksi penggalangan massa besarnya partisipasi warga untuk menghadiri pawai atau arak-arakan sejuta orang (marches of a million) kemarin (1/2).

Lautan manusia memenuhi Lapangan Tahrir, pusat Kota Kairo, sambil membawa berbagai spanduk dan bendera Mesir
Lokasi tersebut memang menjadi titik utama atau pusat kegiatan unjuk rasa antipemerintah sejak Selasa pekan lalu (25/1)

BACA JUGA: 2010 jadi Tahun Maut Warga Afghanistan

Selain di Kairo, aksi penggalangan sejuta massa berlangsung bersamaan di Alexandria, kota terbesar kedua di Mesir; dan Suez.

Meskipun aksi kemarin belum mampu memaksa mundur Mubarak, kelompok oposisi dan demonstran tidak patah arang
Massa memberikan tenggat waktu kepada Mubarak untuk mundur paling lambat Jumat lusa (4/2).

Deadline yang ditetapkan oposisi itu disampaikan oleh Mohamed ElBaradei, pemimpin unjuk rasa antipemerintah, kepada stasiun televisi Al-Arabiya

BACA JUGA: Rabu Pagi, Evakuasi Perdana Tiba

"Saya mendengar dari para peserta unjuk rasa bahwa mereka ingin (kekuasaan Mubarak) ini berakhirJika tidak hari ini (kemarin, Red), maksimal Jumat nanti (Mubarak harus mundur)," kata ElBaradei.

Tokoh pembangkang yang juga mantan kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tersebut menambahkan bahwa rakyat Mesir telah menandai Jumat nanti sebagai "hari kepergian" (bagi Mubarak dari kekuasaan)"Saya berharap Presiden Mubarak mau turun sebelumnya dan meninggalkan negeri ini setelah 30 tahun berkuasaSaya rasa dia tidak ingin terjadi banjir darah (di Mesir)," papar peraih Nobel Perdamaian pada 2005 tersebut.

ElBaradei telah ditunjuk kelompok oposisi sebagai pemimpin dalam mewujudkan transisi demokrasi di MesirTokoh yang sebelumnya tinggal di Austria itu menyatakan bahwa pihaknya berharap Mubarak mau turun tanpa takut akan diadili dan dihukum."Saya ingin Presiden Mubarak keluar (turun dari kekuasaan, Red) secara aman," ujar ElBaradei dalam wawancara terpisah dengan stasiun televisi Al-Hurra"Kami akan membuka halaman dan lembaran baruJadi, kami bisa memaafkan apa yang terjadi di masa lalu," terangnya.

Dalam wawancara lain, ElBaradei mengungkapkan bahwa Mubarak harus turun dan meninggalkan Mesir jika ingin selamat"Saat ini, Anda bisa dengarkan di jalan-jalan bahwa rakyat tidak lagi bicara Mubarak harus turunMereka sudah bilang bahwa Mubarak harus disidangJika dia benar-benar ingin selamat, sebaiknya segera pergi ke luar negeri," ucapnya kepada koran The Independent"Saya kira tentara Mesir kini bersama dengan rakyat," tambah diplomat veteran itu.

Kantor berita Reuters menaksir lebih dari 200 ribu orang mengikuti parade atau pawai di Kairo kemarinInformasi lain menyebut, tidak kurang dari 400 ribu orang membanjiri Lapangan TahrirAnalis menduga peserta demonstrasi di Kairo, Alexandria, dan Suez kemarin bisa saja mendekati sejuta orang

Itu merupakan aksi massa terbesar untuk menuntut turunnya Mubarak yang telah berkuasa 30 tahunDemo tersebut memasuki hari kedelapan kemarinTidak hanya kalangan terpelajar --seperti pelajar, mahasiswa, hingga doktor-- yang ikut sertaWarga miskin dan para pengangguran juga bergabung.

Berbagai spanduk bertulisan besar: "Bye, Bye, Mubarak" (Selamat tinggal, Mubarak) dibentangkanPengunjuk rasa juga menolak janji reformasi yang ditawarkan pemerintahan MubarakMereka menuntut presiden keempat dan terlama dalam sejarah Mesir itu mundur"Pergi dari negeri iniRevolusi, revolusi di seluruh negeri," teriak massa.

Puluhan ribu orang sengaja menginap di Lapangan Tahrir sejak Senin malam (31/1)Mereka tidur di tenda-tenda atau di atas rumput di lokasi ituTank-tank dan tentara mengawasi di sekeliling lapangan tanpa bertindak apa-apa.

Menjelang siang kemarin, massa terus mengalirTak seberapa lama, lapangan tersebut penuh sesak.  Militer hanya memeriksa identitas para demonstran yang berdatangan"Saya akan bertahan sampai mati," ujar Usamah Allam, 43"Jika saya mati, keluarga saya akan bangga(Tekad seperti) inilah yang diperlukan rakyat Mesir," lanjut pengacara yang kemarin mengenakan jaket, dasi, dan jins itu.

"Revolusi kali ini tak hanya milik partai politik tertentuTetapi, bisa dilakukan siapa sajaMuslim, kelompok apapun, dan rakyat Mesir yang miskin juga bisa berperan," kata seorang pria tua yang tidak mau disebutkan namanya.

Pemerintahan Mubarak sebetulnya telah berupaya meredam rencana demonstrasi sejuta orang ituSelain menghentikan layanan kereta api sehari sebelumnya, akses jalan juga ditutup.Koresponden kantor berita Agence France-Presse (AFP) melaporkan bahwa tentara menghentikan semua kendaraan yang hendak memasuki ibu kotaDalam perjalanan dari Kairo menuju Alexandria, dia menyaksikan lebih dari 100 truk dan mobil tertahan di jalan.

Ketika para pengendara truk mengajak berdebat tentara, seorang personel militer mengokang senapan di tangannyaTentara itu meminta agar para warga sipil mundur.  Tetapi, di jalur lain, sejumlah minibus diizinkan melintas dari Kairo menuju Alexandria setelah dihentikan dan digeledah tentara.

Sementara itu, jalan-jalan di Kota Mansura yang berada di delta Sungai Nil dan Fayum, selatan Kairo, juga diblokade militer.  Di Kairo, banyak warga tidak bisa masuk ke tempat kerja  karena jalan ditutup dan transportasi berhenti beroperasiKendati begitu, blokade jalan oleh militer tersebut tidak mampu meredam tekad warga untuk mengikuti unjuk rasaMassa terus mengalir untuk mendukung unjuk rasa menuntut mundurnya Mubarak.

Hingga hari kedelapan kemarin, unjuk rasa dan kerusuhan di Mesir telah menelan banyak korbanKomisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Navi Pillay menyebut bahwa sedikitnya 300 orang tewas dalam kerusuhan antipemerintah di seantero MesirSelain itu, lebih dari 3 ribu orang terluka dan ratusan lainnya ditangkap"Korban terus berjatuhan setiap hari," katanya dalam pernyataan di Jenewa, Swiss, kemarinDia mendesak agar pemerintah Mesir menekan jatuhnya korban dan mendengarkan tuntan warganya.

Sumber-sumber medis dan keamanan di Mesir menyatakan bahwa hingga Senin lalu sedikitnya 138 orang tewas di Mesir dalam kerusuhan yang meluasPenjarahan, perampokan, dan pencurian juga masih merajalelaOposisi menegaskan bahwa mereka tidak akan bersedia bernegosiasi dengan pemerintah sebelum Mubarak meninggalkan kekuasaannya"Kami tidak akan pernah menerima ajakan berunding," terang pernyataan komite oposisi yang diteken sejumlah tokoh, termasuk Mohamed ElBaradei dan mantan calon presiden (capres) Ayman Nour.

Sikap yang sama disampaikan Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi terlarang di Mesir"Tuntutan kami yang pertama adalah Mubarak harus mundurHanya dengan cara itu, dialog bisa segera dimulai dengan militerTermasuk transisi demokrasi secara damai," terang Mohammed al-Beltagi, mantan anggota parlemen dari Ikhwanul Muslimin

Beltagi menjelaskan, oposisi beroperasi di bawah Komite Nasional untuk Menindaklanjuti Tuntutan Rakyat (the National Committee for Following up the People's Demands)Anggotanya adalah Ikhwanul Muslimin, Asosiasi Nasional untuk Perubahan atau the National Association for Change (NAC) yang dipimpin ElBaradei, sejumlah partai politik, dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya

Sikap tegas oposisi tersebut disampaikan untuk menyikapi ajakan Wakil Presiden (Wapres) Omar SuleimanMubarak telah menugaskan Suleiman untuk membuka dialog dengan oposisi di tengah aksi protes luas menentang pemerintah"Presiden Mubarak telah meminta saya segera membuka pembicaraan dengan  kekuatan-kekuatan politik untuk memulai dialog terkait semua masalah menyangkut reformasi konstitusional dan parlemen," papar mantan kepala intelijen itu di televisi.

Menurut Suleiman, pihaknya sedang menyusun langkah untuk mengimplementasikan keputusan pengadilan terkait hasil pemilu legislatif di sejumlah wilayah pada musim gugur laluSelain itu, kata dia, pemerintah akan mengatasi secepat mungkin upaya prioritas untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran, korupsi, serta menciptakan keseimbangan upah dan harga-harga.

Sejumlah negara juga mendukung transisi di Mesir secara tertib dan damaiSikap tersebut, antara lain, disuarakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack ObamaDeplu AS dikabarkan telah mengirimkan diplomat veterannya ke Kairo untuk menemui Mubarak pada Senin laluBelum diketahui hasil pembicaraan itu

Koran The New York Times melaporkan bahwa Frank Wisner, mantan Dubes AS untuk Mesir, diduga mengusulkan transisi politik kepada MubarakAS, tulis koran tersebut, tidak akan ingin Mubarak jatuh, tetapi mengajukan usul pemerintahan baru pasca-Mubarak."Ketika Anda punya teman lama yang sangat dekat, pembicaraan yang dilakukan tentu saja bersifat dua arah," ujar seorang pejabat senior AS kepada koran tersebut menjawab secara diplomatis langkah AS mendorong penyelesaian politik di Mesir.

"Harus ada transisi secara tertib dan damai," kata Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengutip formula yang digunakan Menlu Hillary Clinton"Akan ada negosiasi yang berarti dengan berbagai pihak di kalangan rakyat Mesir, termasuk oposisiSaya yakin transisi yang tertib berarti perubahan,"  lanjut Gibbs.

Gibbs juga menyebut akan dihindari kemungkinan Mubarak dijatuhkanSkenarionya, bisa jadi, Mubarak akan diminta tidak mencalonkan diri dalam pemilu mendatangJadi, akan muncul presiden baru"Itu bukan pemerintah kami yang menentukanSemua tergantung pada rakyat Mesir," tandasnya(AFP/AP/Rtr/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Myanmar Rapat Parlemen setelah 20 Tahun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler