Muhaimin Dinilai Tak Paham Budaya Arab

Senin, 04 Juli 2011 – 18:23 WIB

JAKARTA - Penguasaan kultur Timur Tengah dianggap sebagai syarat mutlak agar proses lobi dan negosiasi terkait penanganan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bisa berjalan mulusSementara, menurut Direktur Eksekutif Suara Anak Bangsa (SAB), Ali Fahmi Alhabsyi, Menakertrans Muhaimin Iskandar merupakan sosok yang tak paham budaya Timur Tengah

BACA JUGA: Gayus Merasa Pernah Dikecewakan Atasan

Ali mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencopot Muhaimin.

Lantas, siapa penggantinya? Ali menilai, kursi menakertrans harus diisi oleh orang yang punya pengaruh dan jaringan di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi
Menurutnya, politisi PKS banyak yang paham budaya Arab

BACA JUGA: Sisir Uang Suap Sesmenpora, KPK Gandeng PPATK

” Misalnya kader-kader PKS, mempunyai kelebihan tentang timur tengah,” kata Ali di Jakarta, Senin (4/7).

Dia menilai, jika menakertrans lihai melobi lantaran punya pemahaman yang baik tentang budaya Arab, maka presiden tidak perlu repot-repot membentuk Satgas TKI
"Presiden SBY seharusnya tidak perlu repot-repot membuat Satgas TKI, cukup menukar posisi kursi Menakertrans dari milik PKB ke PKS, dan kursi menteri PKS ke PKB misalnya Kementrian Pertanian,” katanya.

Menurut Ali, banyak politisi PKS yang latar belakang pendidikannya adalah lulusan dari universitas di Arab Saudi, atau negara Timur Tengah lainnya, seperti Mesir yang mempunyai universitas terkenal seperi Al Azhar.

”Misalnya Hidayat Nurwahid, Anis Matta dan banyak lagi yang latarnya lulusan Tarbiyah dari Timur Tengah

BACA JUGA: Tak Sehat, Panji Gumilang Minta Pemeriksaan Ditunda

Mereka kan, terutama yang lulusan universitas di Arab, mempunyai chemistry kuat dengan Saudi Arabia,” ujarnya.

Dikatakan, dengan latar belakang pendidikan seperti itu, kata Ali, maka bisa gampang masuk ke jaringan pemerintah dan ulama-ulama Wahabi di Arab SaudiKarena harus diakui, ulama Wahabi pengaruhnya cukup besar, serta kultur kekeluargaannya begitu kuat.

“ Pola pemerintahan Saudi dalam memperlakukan TKI yang tidak adil harus dilihat dari  sudut sosio-historis aliran Islam Wahabi yang berkembang di sana, dimana aliran ini cenderung menempatkan wanita dalam posisi sebagai inferior," terangnya.

Hal ini, lanjutnya, berbeda dengan keislaman yang berkembang di tanah air yang mayoritas bermazhab Syafi’i yang lebih toleran dan terbuka“Pola pendekatan berbasis aliran inilah yang  sulit  ditembus Muhaimin Iskandar yang berlatar belakang seperti kita kaum nahdliyin,” ujarnya(sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabareskrim Tak Merasa Kecipratan Uang Nazaruddin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler