Sel darah tali pusar (cord blood) telah terbukti keampuhannya melawan penyakit-penyakit akutSelain menyembuhkan leukemia, anemia aplastic/fanconi, dan penyakit autoimmune, ia juga bisa menyembuhkan cacat otak
BACA JUGA: Abu Dhabi saat Diguyur Hujan Paling Deras sejak Satu Dekade Terakhir
Kini, saatnya menyimpan darah tali pusar di bank darah, sebagai asuransi biologis masa depan yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit berat dan akut.-------------------------------------------------
ARSITO HIDAYATULLAH, Jakarta
------------------------------------------------
LIMA tahun silam, awal pekan Juli 2004, dunia medis Singapura dikejutkan dengan kisah seorang bayi yang berhasil menyelamatkan kakaknya dari ancaman maut leukemia
Laporan itu mengisahkan seorang anak laki-laki yang sudah di ambang maut akibat digerogoti kanker darah leukemia
BACA JUGA: Anak Dapat PR Menjawab Pertanyaan Dana Rp 6,7 T
Berbagai upaya sudah dilakukanBACA JUGA: Bercinta saat Menderita, Anak Lahir di Penampungan
Hingga akhirnya, orangtua anak lelaki itu menempuh cara terakhir untuk hamil kembali demi mendapatkan bayi, di mana darah tali pusarnya diharapkan dapat mengakhiri penderitaan sang kakakAlkisah, orangtua bocah lelaki itu akhirnya melahirkan seorang bayi perempuanDan upaya para dokter Singapura mencangkokkan darah tali pusar sang adik ke tubuh kakaknya berhasilDelapan belas bulan kemudian, bocah lelaki yang bernama Ryan Foo itu pun sehat kembaliTiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2007, sejarah seperti berulang kembaliSeorang remaja berusia 19 tahun bernama Candy Yeow terselamatkan dari maut leukemia setelah mendapatkan infus sel darah tali pusar"Mukjizat darah tali pusar (cord blood) seperti terulang kembali," tulis Media Corp terbitan Agustus 2007.
Tahun 2009, cord blood kembali membuktikan mukjizatnya.Lagi-lagi di negeri jiran SingapuraKali ini, cord blood membuktikan tidak hanya mampu menghindarkan maut dari leukemia, tetapi juga menyembuhkan penyakit cacat otak.
Adalah Georgia Conn, bocah perempuan berusia 2,5 tahun, yang harus mengalami cacat otak (cerebral palsy) sedari lahirGangguan pada saat dilahirkan menjadi penyebabnya, sehingga dua tahun lebih harus dijalani anak malang itu dalam kondisi tak benar-benar hidup"Ini sungguh sebuah karunia, sebuah keajaiban yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya," kata Michael dan Louis Conn, pasangan orangtua Georgia ketika memberikan kesaksian di hadapan puluhan wartawan dari berbagai negara, awal Desember lalu di Singapura.
Pasangan suami-istri asal Australia itu mengaku tak pernah menyangka, keputusan untuk menyimpan darah tali pusar putrinya Georgia justru akan menyelamatkan sang buah hati"Keputusan itu kami buat pada detik-detik terakhir, menjelang kelahiran anak kami," katanyaLouis Conn mengaku sempat ragu, sebelum akhirnya memutuskan menyimpan darah tali pusar anaknyaApalagi, selama kehamilannya, mereka tidak pernah merasakan keanehan"Proses kehamilan saya sangat mulus, lancar tanpa kendala, dan kami tak punya alasan apapun untuk sekadar menduga bahwa putri kami, Georgia, bakal menderita kelainan saat dilahirkan, maupun pada saat manapun di masa depannya," ungkap Louis Conn, menceritakan awal kisah hidup putri sulungnya itu.
"Tak pernah dalam sejuta tahun pun kami terpikir bakal pernah menggunakan darah tali pusar Georogia, sebelum akhirnya menyepakati untuk menyimpan sel darah tali pusar ituKami mendaftar karena kami menyukai potensi bahwa darah tali pusar telah membantu menyembuhkan penyakit seperti leukemia..," tuturnya lagi.
Ternyata memang, manusia tak bisa memastikan apa yang bakal terjadi esok hariKarena nyatanya, Georgia yang menurut Louis di menit-menit awal proses kelahirannya lancar-lancar saja, harus mengalami kejadian menyedihkan beberapa saat kemudian"Segala sesuatu (kemudian) berjalan burukIa tersangkut di saluran kelahiran tanpa oksigen untuk waktu cukup lama, hingga ia pun tak bisa bernafasKurangnya oksigen itu lantas membuat tubuhnya mulai mati perlahan-lahan," ujar Louis pula.
"Kami tak tahu sama sekali apa yang sedang tejadi saat itu - dan ini jelas bukan sebuah kejadian yang pernah kami bayangkan sebelum memasuki proses melahirkan," lanjut Louis, sambil menambahkan bahwa tubuh bayi Georgia kemudian harus ditarik keluar, plus dirawat intensif selama tujuh hari untuk menstabilkan kondisinyaHingga akhirnya, melalui proses MRI scan, diketahui parahnya cedera pada bagian otak Georgia, di mana sang bayi kemudian didiagnosa menderita cacat otak.
Louis lantas mengisahkan, bahwa dengan kondisi sedemikian rupa, Georgia pun tumbuh di bawah perawatan dan kasih sayang mereka dengan penuh penderitaanPertumbuhannya tak sama dengan bayi-bayi normal lainnyaPutri kecil itu senantiasa menangis sepanjang waktu, tubuhnya kerap sekali kejang hingga tiba-tiba kaku - bahkan bisa 50 kali dalam sehariGeorgia juga sangat susah tidurTak bisa duduk di bangku mobil maupun dalam kereta bayi, yang berarti tidak bisa dibawa bepergian dari rumah sama sekali.
Sebagai orangtua yang menyayangi putrinya, Louis yang adalah seorang graphic designer, beserta suaminya Michael yang menjabat direktur pada sebuah bank Prancis di Singapura, tentu tak henti berupaya mencari jalan kesembuhan bagi GeorgiaSambil terus mengumpulkan informasi dan opsi jalan keluar terbaik, mereka pun telah mencoba berbagai jalur terapi untuk sang anakHingga akhirnya terpikirkan untuk menggunakan darah tali pusar Georgia yang sebelumnya sudah disimpan di Cordlife, lembaga penyimpanan di SingapuraNamun untuk itupun, mereka terlebih dahulu berupaya menemukan informasi akurat soal kemungkinan pemanfaatannya, berikut segala prosedur, resiko dan lain sebagainya.
Singkat cerita, setelah sebelumnya terbayang bakal menjalani proses stem cell infusion (infusi sel induk) dari darah tali pusar Georgia di Amerika Serikat (AS), Michael dan Louis pun berjumpa dengan Dr Keith Goh, yang lantas coba mengajukan kemungkinan operasi dilakukan di Singapura sajaIni sebenarnya sesuatu yang baru di dunia medis Singapura (untuk kasus cacat otak), hingga perlu dipastikan dulu termasuk hingga ke Kementerian Kesehatan setempat, meskipun jelas lebih aman dan efisien, baik dari segi prosedur, waktu, maupun biaya.
Hingga akhirnya, pada tanggal 8 September 2009 lalu, Georgia pun menjalani proses transplantasi darah tali pusar miliknya sendiri di Singapura"Tak perlu perjalanan internasional, maupun tim medis yang baruSemua selesai dikerjakan dalam satu hari saja, dan hanya 10 menit perjalanan dari rumah," ungkap Louis pula sambil mengisyaratkan perasaan lega mereka saat itu.
Apa yang kemudian lebih membuat keluarga Conn lega - demikian juga Dr Goh beserta segenap tim medis dan pihak Cordlife - adalah kenyataan kemajuan kondisi tubuh Georgia setelah ituDari pengamatan Michael dan Louis sendiri, sejak operasi itu, sudah ada banyak perubahan menggembirakan dari GeorgiaMulai dari temparamennya, konsentrasi serta interaksi tubuhnya, perkembangan berbicara, hingga kekuatan otot-otot tubuh, berikut semangat hidupnya yang seolah terbaharui dalam melakukan aktivitas sehari-hari layaknya bayi lain.
"Perubahan-perubahan itu telah terjadi hanya dalam 2,5 bulan terakhir, jadi kami benar-benar senang sekaligus tak sabar melihat apa yang bisa dicapainya dalam setahun ke depan, serta di masa-masa berikutnya," tutur Louis Conn dengan mata berbinar, sembari melirik Georgia yang tengah bergerak-gerak aktif di pangkuan ayahnya yang duduk di kursi, siang itu.
Perkembangan kondisi Georgia, yang enam bulan terakhir juga sudah mempunyai adik yang sehat bernama Sybilla itu, memang menjadi perhatian banyak orangKemajuannya pun diakui oleh sejumlah terapis yang selama ini menanganinya"Hal pertama yang saya perhatikan sepekan setelah infusi sel darah Georgia, adalah bahwa anak itu jadi jauh lebih tenangDan pekan-pekan selanjutnya, saya lihat ia jadi lebih gembira, serta cepat merespon dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya," ungkap Diane Paulin, paediatric physiotherapist bagi Georgia, memberikan kesaksiannya.
"Ia juga secara umum sekarang lebih jarang frustrasi atau merasa terganggu dengan pergerakan di sekitarnya, maupun terhadap latihan-latihan dalam terapinya," tambah Jaclyn Tan pula, seorang Consultant Occupational Therapist dari OzWorks Therapist, yang selama ini juga berada di sekitar bocah perempuan itu.
'Asuransi Biologis' Berpotensi Luas
Kisah Georgia, maupun juga kisah menyentuh lainnya seperti yang sudah dialami Ryan Foo dan Candy Yeow, pada intinya berkaitan dengan satu hal: sebuah jaminan atau 'asuransi tak terduga' yang mereka dapatkan dari darah tali pusarSesuatu yang barangkali relatif baru bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, namun sebenarnya juga tidak sama sekali 'brand new'Setidaknya, data resmi transplantasi dari sumber darah ini tercatat sudah banyak dilakukan sejak tahun 2000 laluDuke University di AS misalnya, termasuk salah satu yang menjadi pusat pengembangan untuk itu.
"Dan ini memang bukan kisah-kisah science fiction (fiksi ilmiah) semataIni real scienceSaya sendiri, terlepas dari keterlibatan perusahaan kami dalam hal ini, secara pribadi senantiasa merasa tersentuh dengan nasib dan kisah-kisah para pasien kesehatan yang sempat berada dalam kemalangan, namun lantas seakan mendapatkan berkah hidupnya kembali itu," tutur Yvonne Chan pula, yang kebetulan adalah Regional Marketing Manager di Cordlife Pte Ltd, Singapura.
Dari beberapa website resmi maupun forum diskusi kesehatan mengenai cord blood, memang disebutkan bahwa saat ini saja, ribuan orangtua termasuk mereka yang bekerja di jalur medis, telah menyimpan darah tali pusar bayi-bayi merekaHal itu terutama lantaran kandungan stem cells (semacam sel induk) dari darah tersebut, yang dinyatakan terbukti telah mampu mengobati lebih dari 80 penyakit, termasuk beberapa jenis kanker dan kerusakan darahTransplantasi sel darah ini sendiri, di seluruh dunia tercatat telah dilakukan hingga di lebih dari 10 ribu kasus.
Para pakar medis maupun ahli biologi regenerasi bahkan meyakini kalau potensi pemanfaatan sel darah tersebut masih akan lebih banyak lagi di masa depan"Potensi sebenarnya dari pemanfaatan sel induk darah tali pusar masih (akan) berkembang lebih luas daripada penerapannya pada saat ini, dan kita baru saja mulai menemukan nilai sebenarnya," ungkap salah seorang pakar, Associate Professor Mark Kirkland, yang menjabat Direktur Medis di lembaga Australian Stem Cell Healthcare.
Hingga saat ini saja, sebagaimana diungkap di situs Clinical Research and Trials, pemanfaatan sel induk darah tali pusar tersebut telah terbukti dan terus dikembangkan untuk berbagai masalah kesehatan tubuhSebutlah mulai dari diabates melitus (untuk anak), leukemia, cacat otak, stroke, penyakit jantung, liver, cacat mata, cedera otot dan syaraf, hingga regenerasi bagian tubuh yang rusak akibat cedera parah, dan lain sebagainya.
"Ini memang (lantas) membuat kita berpikir, bahwa dengan perkembangan pesat dan kemajuan terus-menerus dalam ujicoba klinis saat ini, penyimpanan darah tali pusar bisa dikatakan sebagai salah satu jaminan kesehatan vital yang diperlukan oleh setiap anak," ujar Dr Cherie Daly, pakar dan konsultan internasional di bidang cord blood, yang belakangan kebetulan juga duduk sebagai Kepala Urusan Medis di Cordlife.
Cordlife sendiri, yang tercatat sebagai salah satu perusahaan di bidang jasa penyimpanan darah tali pusar, bisa disebut sebagai salah satu yang terkemuka saat iniPerusahaan yang didirikan oleh sosok bernama Steven Fang Boon Sing pada tahun 2001 ini, juga agaknya merupakan yang paling majuPasalnya, seperti diberitakan The Business Times (Singapura) September 2009 lalu, tahun ini saja perusahaan tersebut masih mencatatkan laba bersih sebesar AUD 4,2 jutaIni setidaknya mengindikasikan bahwa perusahaan ini stabil, selain dari berbagai kelebihan yang dimilikinya.
"Hingga sekarang, sudah lebih dari 25 ribu keluarga yang mempercayakan (penyimpanan) darah tali pusar bayi mereka kepada kami, yang membuat Cordlife menjadi usaha penyimpanan cord blood terdepan di kawasan Asia-Pasifik saat ini," tutur Steven Fang, CEO perusahaan penerima "Technology Pioneer" dari World Economic Forum dan akreditasi dari American Association of Blood Banks (AABB) itu, yang di kesempatan lain juga menambahkan bahwa terkait suksesnya transplantasi untuk kasus cerebral palsy pada Georgia Conn, kini waiting list untuk proses serupa pun terus bertambah panjang di divisi medisnya(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bayar Lebih Mahal, Turis Asing Justru Ketagihan
Redaktur : Tim Redaksi