Mullah Omar Tewas, Perundingan Damai Taliban-Afghanistan Terancam Buyar

Kamis, 30 Juli 2015 – 00:39 WIB
Mullah Mohammed Omar pada tahun 1996 difoto oleh BBC secara diam-diam saat muncul di depan publik. Foto: BBC

jpnn.com - KABUL - Sekali lagi, Mullah Mohammed Omar dikabarkan tewas. Kemarin (29/7) pemerintah Afghanistan memberitakan kematian orang nomor satu Taliban tersebut. Tetapi, pemerintah tetap menyelidiki kebenaran berita itu. Apalagi, tidak ada keterangan resmi dari Taliban terkait dengan berita penting tersebut.   

"Kami menerima informasi tentang kematian Mullah Omar, pimpinan Taliban. Kini kami sedang berusaha mengonfirmasikan berita itu," ujar Zafar Hashemi, wakil jubir Presiden Ashraf Ghani, dalam jumpa pers di Kota Kabul. 

BACA JUGA: Afghanistan Klaim Pemimpin Taliban Mullah Omar Tewas

Biasanya, Taliban cukup reaktif terhadap berita-berita tentang pemimpin bermata satu tersebut. Sejauh ini Taliban selalu membantah berita kematian Omar.
   
Di tempat terpisah, seorang pejabat keamanan Pakistan menyatakan bahwa berita kematian Omar itu hanyalah rumor belaka. "Ini rumor yang sengaja ditiupkan untuk mengacaukan proses perundingan damai (Taliban dan pemerintah)," tegas politikus yang merahasiakan identitasnya tersebut. 
Lusa, rencananya, pemerintah kembali mengadakan dialog damai dengan perwakilan Taliban di wilayah Pakistan.
   
Jika Omar tewas, menurut pejabat Pakistan itu, proses perundingan damai akan terganggu. Sebab, Taliban tidak bakal punya lagi panutan sekaligus pembuat keputusan. 

Sebenarnya, sejak keberadaan Omar tidak lagi diketahui, Taliban lebih banyak dikendalikan komandan-komandan di lapangan. Namun, mereka sering berbeda pendapat. Termasuk soal dukungan terhadap perundingan damai.
   
"Mati atau hidup, dia tetap sosok yang penting dalam hierarki kepemimpinan Taliban," tutur seorang diplomat Barat. Tanpa Omar, lanjut dia, Taliban tidak akan lagi satu suara. Karena itu, perundingan damai dengan pemerintah Afghanistan terancam buyar.
   
Di sisi lain, serangan teror Taliban bisa jadi tidak bakal segencar dulu. Sebab, tidak ada lagi sosok pemimpin yang bisa menyatukan kelompok militan radikal tersebut. (AP/AFP/BBC/hep/c14/ami)

BACA JUGA: AS Bantah Bebaskan Mata-mata Israel Tak Ada Kaitannya dengan Kesepakatan Nuklir Iran

BACA JUGA: Myanmar Sita Jutaan Pil Narkotika Bernilai Rp2 Triliun

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Turki Tegaskan Tak Mungkin Berdamai dengan Kurdi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler